25

163 7 1
                                    

Usai Marcell keluar dari rumah sakit, Maria sangat rajin mengunjungi Marcell di rumahnya dan bahkan sampai merawatnya. Saat Kondisi Marcell membaik dan dapat beraktifitas kembali, mereka berdua sangat sering bepergian jalan bersama.

Maria tidak tahu apapun mengenai Marcell yang akan pergi ke luar negeri meninggalkannya dan dia tidak tahu kalau Marcell telah mengetahui pernikahannya dengan Gavin.

Sehari sebelum keberangkatan Marcell, dirinya mengajak Maria ke suatu bukit dimana kita bisa melihat seluruh kota dari atas bukit tersebut.

Sehari sebelum keberangkatan Marcell, dirinya mengajak Maria ke suatu bukit dimana kita bisa melihat seluruh kota dari atas bukit tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini adalah tempatku menghilangkan stress dari keras kepalamu" ucap Marcell

"Maksud kamu?" Tanya Maria menatap Marcell

"Tempat ini membuatku tenang saat aku tidak karuan ingin bagaimana menghadapimu"

"Kamu terbebani dengan sifatku?" Ucap Maria ketus

"Bukan begitu. Hanya saja aku ingin sekali kamu berubah. Aku mohon, Maria"

"Kau tahu kan. Aku benci membahas pembahasan seperti itu"

"Demi aku. Aku mohon" Marcell menggenggam tangan Maria erat

"Kenapa?"

"Aku ingin kamu bahagia"

"Kamu pikir aku tidak bahagia? Aku bahagia denganmu Cell"

"Hanya denganku. Aku ingin kau bahagia dimanapun itu, ada atau tidak adanya aku."

Maria menutup wajahnya dan menangis. Tangan Marcell membuka wajah Maria dan mengusap lembut air mata kekasihnya itu. "Jangan menangis. Kamu tidak pantas menangis untuk hal seperti itu" perlahan kepala Marcell mendekat ke wajah Maria dan dia mencium bibir Maria dengan lembut dan begitupun dengan Maria yang membalas ciuman Marcell.

"Kamu janji padaku untuk mengubah sifatmu?" Sahut Marcell usai mencium Maria

Maria mengangguk pelan, meski dalam hatinya ia ragu.

"Besok aku akan ke Irlandia. Jaga dirimu baik-baik tanpa aku. Aku sudah menyuruh Yura dan Gavin untuk menjagamu, oh iya, jangan ketus pada Gavin. Dia laki-laki yang baik" jujur Marcell

"Apa?? Kamu mau pergi besok? Ke Irlandia? Kenapa? Untuk apa Cell? Lalu aku bagaimana?" Penuh tanya Maria dengan suara yang keras

"Makanya aku ingin kau berubah, aku ingin kau berteman dengan semua orang. Aku akan menetap di Irlandia, aku sudah mengurus semua berkas yang harus ku bawa"

"Tanpa sepengetahuan aku? KAMU ANGGAP AKU ITU APA SIH?" Marah Maria yang diikuti dengan tangis

"Maafkan aku Maria. Tapi aku tidak akan kembali lagi, meskipun suatu saat aku kembali status kita sudah tak lagi sama"

"Aku kecewa berat dengan kamu Cell!!" Wajah Maria nampak emosi menatap Marcell

"Berjanjilah bahagia tanpaku. Suatu hari nanti jika saja aku kembali aku ingin melihatmu kembali bersama suami dan anak-anakmu"

"Bukankah kita sudah berencana untuk masa depan kita? Kenapa kau merusah rencana kita?"

"Kita hanya manusia Mar, kita cuma merencanakan. Tuhan yang memberkati rencana kita, Tuhan yang mengatur jalan hidup kita. Tuhan hanya ingin hubungan kita sampai sini"

"Bawa aku pulang sekarang" ucap Maria

Di perjalanan suasan hening menghampiri mereka, bahkan tangan Maria tidak lagi melingkar ke badan Marcell yang sedang mengendarai motor. Maria meminta Marcell berhenti di tengah jalan dan mencari taxi untuk melanjutkan perjalanan pulangnya.

Marcell menemani Maria menunggu taxi dan tak ada obrolan diantara mereka. Sampai saat Maria mendapatkan taxinya, "besok aku berangkat 11.30 siang, aku harap kau menemuiku besok" ucapnya saat Maria hendak masuk ke mobil namun perkataannya tak di balas oleh Maria.

Sepeninggal Maria, air mata Marcell jatuh. Ia merasa sangat jahat pada Maria. "Maafkan aku Maria, aku ingin kau bahagia. Aku tidak ingin kau terluka karena aku. Maaf Maria.. aku sangat mencintaimu, bagaimana bisa aku akan melupakanmu"

***
Sesampai Maria di rumah Gavin, wajahnya masih dialiri oleh air mata saat ia masuk ke rumah. Semua orang menatap Maria yang menangis melewati orang-orang yang menunggunya. Gavin lalu menyusul Maria ke kamar, ia tahu apa yang terjadi pada istrinya itu.

Gavin masuk ke kamarnya dan melihat Maria tidur menutupi wajahnya dengan bantal. "Maria?" Panggil Gavin lembut

Maria hanya diam dan tersedu-sedi dalam tangisnya di balik bantal. Gavin mengelus kepala Maria sangat lembut untuk menenangkan Maria. "Kamu jahat Gav, kenapa kamu tidak memberitahu ke aku kalau Marcell akan pergi. Kalian semua jahat" sahut maria

"Maria... Marcell ingin memberitahu mu sendiri. Dia melarang kami untuk memberitahumu"

Maria bangun dari tidurnya dan menatap Gavin dengan wajahnya yang penuh air mata. "Apa yang kamu beritahukan pada Marcell?"

Gavin mengerutkan kening "maksudmu? Aku tidak memberitahu apapun. Kita sudah sepakat bukan?"

"Lalu kenapa Marcell memintamu untuk menjagaku? Marcell sangat tahu kalau aku sangat membencimu Gav"

"Yah mana aku tahu Mar, tanya langsung pada Marcell. Aku benar tidak tahu soal itu"

Maria memeluk erat Gavin dan menangis keras. "Aku tidak ingin kehilangan Marcell, Gav"

"Sudahlah Maria, lagian Marcell sudah mengambil keputusan" sahut Gavin mengelus punggung Maria.

"Maria.." ucap Gavin ingin mengucapkan sesuatu. "Sebenarnyaa.."

"Apa Gav?" Tanya Maria melepas pelukannya

"Dia sudah tahu tentang hubungan kita berdua" ia sangat merasa bersalah menyembunyikan hal tersebut dari Maria tapi ia tidak ingin terus menyembunyikannya dan membiarkan Maria menunggu dan menyimpan hati untuk Marcell. Dia juga sangat mencintai Maria.

"Kamu..-"

"Nggak Mar, sumpah aku tidak mengatakan apapun. Dia sudah tahu kabar tentang dari kita dari ibunya. Mereka hanya berpura-pura tidak tahu hanya untuk menjaga perasaan kamu"

"Aku sendiri kaget saat dia tahu hubungan kita" lanjutnya

"Kamu bohong kan Gav? Dia nggak bilang apa-apa ke aku. Kamu pasti berbohong"

"Kamu tidak akan percaya jika aku yang mengatakannya. Sebaiknya kamu minta penjelasan dari Marcell"

Maria marah dan melempar apapun yang ada di dekatnya. Ia sangat frustasi, bagaimana mungkin orang-orang disekitarnya menyembunyikan hal penting darinya. Bahkan orang yang dianggapnya paling baik padanya rupanya mengkhianat. Marah dan kecewa bercampur perasaan Maria.

Gavin menenangkan Maria, dia terus beberapa kali memeluknya dan memaksanya untuk diam. Sampai akhirnya Maria lelah sendiri dan tertidur pulas di pelukan Gavin. Gavin menidurkan istrinya dan memasangkan selimut di seluruh badannya. Gavin menatap wajah lelah Maria dan mengelus pipinya. Ia kemudian mencium kepala Maria dan beranjak tidur di samping Maria.

***
"Maria, ayo bangun" elus lembut gavin di kepala Maria

Perlahan Maria membuka matanya dan melihat Gavin di hadapannya sedang tersenyum. "Aku ingin menemui Marcell, kamu mau ikut?" Tanya Gavin. Maria menggeleng menandakan tidak ingin ikut menemui Marcell yang sebentar lagi akan pergi.

"Yasudah, kamu bangun dan mandi. Terus itu turun untuk sarapan. Aku berangkat ke rumah Marcell dulu" pamit Marcell dengan mencium keninh Maria

Maria hanya pasrah tak berkutik, ia masih tidak menerima dirinya ditinggalkan oleh Marcell. Cintanya pada Marcell membuatnya buta, cintanya membuatnya gila.

Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang