26

247 5 1
                                    

Pagi itu Gavin segera menemui Marcell di bandara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi itu Gavin segera menemui Marcell di bandara. Tampak Marcell dan keluarganya di depan gerbang keberangkatan. Dengan langkah yang santai gavin berjalan ke arah Marcell.

"Gavin, ngapain repot-repot ke sini?" Heran Marcell melihat kedatangan Gavin. Namun dibalik keheranannya, matanya sibuk mencari-cari ke arah kanan kiri

"Nggak apa-apa, sebagai rasa terima kasih gue ke elo. Sorry bro, gue nggak bisa ngajak-"

Marcell langsung memotong pembicaraan Gavin, ia tahu apa yang Gavin ingin katakan. "Yaelah... biasa aja kali" ucapnya seolah tak ada yang terjadi. Meski dalam hati Marcell sangat ingin menemui perempuan yang ia cintai untuk terkahir kalinya.

Hanya ada rasa sesal dan sakit mengetahui Maria tidak ingin menemui dirinya.

"Lo bakal balik lagi kan?" Tanya Gavin

"Tentu tapi dengan keadaan berbeda lagi"

Gavin sibuk mencerna maksud perkataan Marcell, namun dirinya sangat yakin dia menyindir mengenai hubungannya dengan Maria. Sedikit merasa bersalah yang dirasakan Gavin, namun disisi lain ia juga amat mencintai istrinya itu, meski cara mencintainya berbeda dengan cara Marcell.

"Jangan lupa ngabarin ya bro" sahut Gavin menepuk bahu Marcell

Marcell tersenyum tipis mengangguk. "Jaga dia baik-baik" pesan Marcell pada Gavin

"Tentu.. dia sudah menjadi milikku seuntuhnya" sahut Gavin

"Lo masih ingatkan omongan gue di rumah sakit? Cara menangani emosi Maria, membuat Maria tersenyum dan tertawa, hal yang dia sukai dan yang ia benci, cara memiliki ha-" ucapan Marcell menggantung tampak ragu mengatakannya

"Tenang aja, gue ingat semua. Thanks anyway. Tapi untuk memiliki hati Maria, biarkan aku melakukannya dengan caraku sendiri. Maria milikku sekarang, aku tidak ingin memperlakukan dirinya seperti caramu"

"Jangan sakiti dia dan jaga dia dari Jedster"

"Tentu Cell. Don't worry"

Marcell melirik jam tangannya dan memakai tas ranselnya. Ia bersiap-siap untuk masuk ke dalam bandara dan berpamitan dengan keluarganya juga pada Gavin. "Gue berangkat" ucapnya sangat ragu. Ragu bukan karena ia bimbang untuk ke Irlandia tetapi ia masih menunggu kedatangan Maria. Tampaknya Maria benar-benar tak ingin bertemu dengannya lagi. "Bahagilah Maria" batin Marcell.

Marcell melangkah membalikkan badan dan berjalan meninggalkan orang-orang.

"MARCELL" teriak seseorang yang membuat langkah Marcell terhenti dan segera berbalik

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang