20

154 3 0
                                    

Gavin menghampiri seluruh keluarganya yang datang. Dengan santai ia berjalan seakan kejadian tadi tidak pernah terjadi.

"Ekhem.." Perempuan yg langsung menerobos ke kamar Gavin berdehem

"Kenapa? Kak Audrey batuk? Lagi sakit?" Sahut Gavin seolah tidak mengerti bahwa kakak sepupunya sedang menggodanya

"Istri kamu mana?" Tanya Audrey

"Lagi di kamar, dia tidak mau keluar"

"Kenapa Gavin?" Tanya Samantha

"Biasalah tante, pengantin baru. Malu kepergok bercinta" jawab Audrey

Samantha mengerutkan keningnya, tidak mengerti dengan ucapan Audrey. Mana mungkin Maria ingin melakukannya sedangkan Maria sangat membenci Gavin dan ia menyaksikan bagaimana Maria menampar Gavin tadi pagi saat mengetahui ada bekas ciuman Gavin di leher Maria.

"Gak bisa nahan napa? Tunggu malam dulu" ejek sepupunya yang lain

"Kak Audrey salah paham, sumpah kita gak ngapa-ngapain tadi" Gavin mengelak

"Kamu kira mata kakak sudah gak normal, lah kakak lihat sangat jelas apa yang kalian lakukan"

"Pantas aja lama banget turunnya ternyata..."

"Sudah.. Sudah, memangnya salah kalau aku ngelakuin itu sama istri gue? Ah.. Sirik aja. Tapi bener gue gak ngapa-ngapain tadi"

"Ngelak aja nih anak. Kakak lihat jelas loh"

"Lain kali kalau 'mau' jangan lupa pintunya dikunci biar aman. Lagian buru-buru amat sih mau ngasih Grace keponakan"

Gavin habis-habisan diejek oleh keluarganya.

"Bagus dong, biar Arceli cepat punya teman main"

"Yaelah dibilangin nggak ngapa-ngapain"

"Iya deh iya"

Samantha beranjak meninggalkan ruang tamu.

"Mau kemana tan?" Tanya Audrey

"Mau nyamperin Maria" jawabnya

"Aku ikut"

"Tidak usah, tante mau bicara sesuatu dengannya"

"Ooh okok"

***
Samantha mengetuk pintu kamar Gavin namun tidak ada balasan dari Maria. Perlahan ia membuka pintu dan memanggil Maria dan masih tanpa jawaban. Samantha menginjakkan kakinya masuk dan matanya tertuju di balkon. Ia melihat Maria duduk termenung.

Ia menghampiri Maria, wajah Maria terlihat segar. Nampaknya ia baru saja Mandi. "Maria" panggil Samantha

Maria masih duduk termenung tanpa respon kata maupun respom gerakan sedikitpun, bahkan matanya tak berkedip.

"Maria, ada apa nak?"

Maria masih dengan keadaan yang sama.

"Maria.. Jawab ibu nak"

Air mata Maria menetes "tinggalkan aku sendiri"

"Apa yang dilakukan Gavin padamu? Katakan Maria, aku yang akan menghukumnya"

"Suruh dia berhenti menyentuhku"

Samantha terdiam, ia mengingat perkataan Audrey tentang apa yang ia lihat saat memasuki kamar Gavin. Mungkin karena itu Maria bersedih, ia mengerti perasaan Maria. Tidak mungkin ia ingin 'disentuh' oleh lelaki yang tidak ia suka. Namun di pihak lain, ia tidak bisa melarang Gavin karena sebenarnya itu hak Gavin.

"Baiklah nak. Ibu paham. Sekarang hapus air matamu dan ayo senyum" Samantha mengusap air mata Maria dan tersenyum lebar padanya dan yg ia dapatkan adalah wajah dingin Maria. Namun Samantha masih mencoba tersebyum.

"Jika kau membenciku, katakan saja. Itu akan lebih baik bagiku"

"Tidak nak.. Ibu sangat menyangimu. Sungguh. Jika kau tidak ingin bersama Gavin, kau bisa sekamar dengan Grace"

"Benarkah?"

Samatha mengangguk

"Terima kasih" Maria memeluk Samantha secara spontan,

Samantha tersenyum di peluk oleh menantunya. "Sekarang ayo, turunlah bersamaku"

Maria berjalan mengikuti Samantha di belakang. Ia menuruni tangga dan ia mendapatkan seluruh mata tertuju padanya tak terkecuali suaminya.

"Hai cantik" sapa Audrey

Maria tidak membalas sapaan Audrey.

Maria duduk didekat Samantha. "Ini istri Gavin, namanya Maria. Teman kuliah Gavin juga kok" Samantha memperkenalkan menantunya pada keluarganya

"Eh? Teman kuliah? Lo nggak hamilin anak orang kan, makanya lo nikah cepet gini" sahut Brian

Mata maria langsung tertuju pada Mata Brian, ia menatapnya dengan tajam.

'Serem banget sih nih cewek, cantik sih cantik tapi sumpah tatapannya dingin menusuk mirip sodako' batin Brian langsung salah tingkah saat Maria menatapnya.

"Sialan lu, emang gue type cowok kayak gitu?" Bantah Gavin

"Maria.. Ini paman Gavin, kakaknya ayah. Dia tidak sempat hadir di nikahanmu makanya baru hari ini mereka semua baru datang" Samantha memperkenalkan Maria pada Louis--paman Gavin.

Maria menyapa dengan tersenyum.

"Menantumu sungguh cantik Samantha" puji Sliver istri Louis.

"Tentu saja dia cantik"

Mata Maria tertuju pada seorang bayi perempuan yang lucu dipangkuan Audrey, dia jadi teringat dengan Vania. Bayi perempuan itu terus juga menatap ke arah Maria, ia bernama Arceli anaknya Audrey.

Arceli nampak ingin lepas dari pangkuan ibunya dan terus saja tertawa ke arah Maria. Sungguh, Maria sangat tidak tahan dengan anak-anak bukan ia membencinya tapi ia sangat menyukainya. Dia sangat lihai dalam urusan menjaga bayi dan anak-anak. Jika ia bertemu dengan seorang bayi maka muncul dalam pikiran Maria untuk mengajaknya bermain.

Ia harus tetap menjaga image dirinya disini. Maria tidak ingin orang-orang tahu bagaimana sifatnya. Ia lalu beranjak pergi sebelum ia tidak bisa menahan godaan Arceli. Tanpa ia sadari Arceli mengikuti dirinya, bayi ini sudah berumur satu tahun jadi dia sudah pandai berjalan.

Baru beberapa langkah kaki Maria menginjakkan tangga tiba-tiba suara tangis Arceli meledak. Semua orang terperanjak kaget termasuk Maria yang langsung berbalik dan berlari kearah Arceli.

"Yaa Tuhan" teriak Maria dan segera menggendong Arceli yang sedang menangis kuat.

"Uuuh... Sudah yah sayang" Maria menghapus air mata Arceli yang bercucuran.

Semua orang terdiam mematung memperhatikan Maria.

"Kau mengikutiku? Kau mau bermain denganku? Baiklah.. Mari kita ke atas" Maria mengelus-elus kepala Arceli, perlahan tangis Arceli mereda seakan dia berhasil menaklukan Maria.

"Namanya Arceli" sahut Audrey

Maria lalu tersenyum sekejap pada Audrey dan membawa Arceli ke kamar Gavin. Kini ia lupa tentang mengapa ia menghindar dari sekumpulan keluarga itu.

Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang