Suara ketukan dan tangisan itu membuat pelukan itu meregang. Bahkan Melati langsung melangkah mundur dengan terengah. Sedangkan Vino tampak terkejut dan menatapnya tak percaya.
"Mbak.."
Suara Igo membuat Melati tersadar. Dan tangis Angga langsung membuat Vino berlari masuk ke dalam. Melati juga langsung membuka pintu. Dan menemukan Igo sudah ada diambang pintu. Tampak mengangkat alisnya saat mereka bertatapan.
"Udah ketemu Angganya?"
Melati hanya menggelengkan kepalanya dan kini membuka pintu lebih lebar. Memberikan tempat untuk Igo masuk.
Pria itu akhirnya masuk ke dalam. Dan kini menatap sekeliling ruangan tamu.
Suara tangis Angga terdengar lagi. Melati melihat Vino tengah menggendong Angga yang tampak memerah wajahnya dan terisak.
"Hei, Angga kenapa menangis?"
Melati langsung mendekati Vino. Dan melihat Angga langsung menatapnya dengan senang.
"Tante.."
Melati mengangguk lalu kini mengulurkan tangan untuk menggendong Angga. Vino tampak ragu sejenak. Tapi pria itu kemudian memberikan Angga untuk di gendongnya.
"Uuhhh...udah gede ya Angga sekarang." Melati tidak berani menatap Vino. Dia masih terlalu canggung karena peristiwa tadi. Kenapa dia begitu terhanyut dengan pria itu.
Angga langsung menyurukkan wajahnya di lekuk lehernya.
"Tante Angga di temani tidur ya?"
Melati akhirnya terpaksa menatap Vino yang juga mendengar rengekan Angga. Pria itu mengangguk.
"Kamar ada setelah tirai ini."
Vino menunjuk tirai yang memisahkan ruang tamu itu. Melati akhirnya mengangguk. Dia menoleh ke arah Igo yang diam saja sejak tadi masuk
"Go, kamu mau nungguin aku kan? Atau kalau kamu mengantuk kamu..."
Tapi Igo sudah mengangguk."Iya mbak. Aku tungguin kamu. "
Melati akhirnya tersenyum. Igo memang selalu saja menurutinya. Dia akhirnya menatap Vino lagi.
"Aku minta ijin menidurkan Angga ya?"
Pria itu mengangguk dan mempersilakannya.
Melati menggendong Angga untuk melangkah ke arah kamarnya.
Dia merasa Angga memeluknya erat. Dan takut kalau melepaskannya. Hati Melati merepih lagi. Angga tidak mempunyai ibu karena dirinya. Semuanya adalah salah dirinya.*****
Suara pintu terbuka membuat tidur Melati tersentak. Dia menatap sekeliling kamar dengan bingung. Ini bukan kamarnya.
Dan saat menoleh ke sampingnya, dia baru tersadar kalau dia tengah menemani tidur Angga.
Maaf aku mengganggumu Mel."
Melati langsung berusaha untuk Bangun. Dia tadi berniat menidurkan Angga sebentar. Tapi ternyata dia ketiduran.
"Owh. Angga sudah tidur. Aku harus pulang."
Melati turun dari atas kasur dengan tergesa dan tidak mau menatap Vino.
"Kamu kenapa begitu takut kepadaku?"
Pertanyaan Vino membuat Melati akhirnya menatap pria itu.
"Aku tidak takut. Aku permisi. Igo sudah menungguku"
Melati langsung melangkah dengan cepat keluar kamar. Dan tahu kalau Vino tidak mencegahnya.
Melati langsung melangkah menuju ruang tamu dan melihat Igo masih menunggunya dengan setia. Pria itu tampak terkantuk-kantuk di sofa. Tapi begitu melihatnya senyum manis langsung terkembang di wajahnya.
"Kita pulang?"
Melati mengangguk. Dan kini meraih lengan Igo. Dia terlalu bingung.
Igo tentu saja dengan refleks merangkul bahunya."Mbak ini kecapekan. Besok kalau sakit gimana?"
Igo menepuk rambutnya dengan lembut. Dan membuat Melati tersenyum. Selalu pria itu memperlakukannya dengan penuh perhatian.
"Mel."
Suara Vino membuat Melati menoleh ke arahnya pria itu tampak menatapnya dengan tajam. Dan membuat Melati gelisah.
"Makasih. Aku sudah mengganggu waktumu."
Melati hanya mengangguk.
"Besok kalau Angga rewel bawa ke tempatku saja. Aku permisi ya."Melati menoleh ke arah Igo dan pria itu mengangguk. Igo berpamitan dengan Vino yang hanya mengangguk kan kepalanya saat mereka keluar dari rumahnya.
****"Kalau ngantuk sini tidur sini."
Igo menepuk bahunya saat mereka sudah ada di dalam mobil. Hari sudah pagi. Suara adzan subuh tampak berkumandang. Dan itu membuat Melati tidak enak dengan Igo.
"Maafin aku ya Go. Jadi kamu begadang."
Igo menoleh ke arahnya. Dan tersenyum.
"Apa sih mbak ini. Biasa aja mbak. Kapan sih aku gak mau nganterin mbak?"
Melati hanya tersenyum lagi.
"Mbak. Mas Vino itu suaminya almarhum kakaknya Mbak ya?"
Melati memgangguk. Tidak mau membahas itu sekarang.
"Tapi sepertinya...dia punya perasaan sama mbak."
Deg
Jantung Melati berdegup kencang. Lalu menatap Igo yang masih fokus di kemudi.
"Ngawur kamu."
Dia tertawa gugup. Tapi Igo kini menoleh lagi kepadanya.
"Beneran mbak. Aku tuh bisa lihat tatapan yang penuh cinta. Aku kan pria mbak."
Melati hanya terdiam. Tidak bisa menjawab. Dia tidak mau membahas semua ini. Dengan Igo.
"Jadi aku punya saingan nih?"
Tentu saja ucapan Igo itu membuat Melati langsung menatapnya. Pria itu tersenyum lebar. Lalu menghentikan mobilnya saat sampai di traffict light.
"Mbak kan tahu aku suka sama mbak. Jangan bilang mbak gak tahu?"
Bersambung
Ketik 3 cerita nih malam ini.
.udududuu jari keriting deh
KAMU SEDANG MEMBACA
seputih Melati
RomanceMelati. Dia menepi ketika seluruh dunia sepertinya hancur di depannya. Kematian kakak kandungnya yang sangat di sayanginya sangat memukulnya. karena semua itu terjadi karena dirinya. Mengasingkan diri dari keluarganya adalah satu-satunya jalan yang...