Bab 16 Canggung.

18.3K 2.1K 20
                                        

"Jaga baik-baik ya Mel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jaga baik-baik ya Mel. Mama menyayangimu. Maafkan papamu yang sangat keras kepadamu. Mama sebenarnya tidak setuju dengan sikapnya. Mama sayang kamu Mel, tapi Mama hanyalah seorang istri Mel. Bagaimanapun juga Mama tidak mau menentang papamu."

Melati terisak pelan. Dia tidak mau membuat mamanya khawatir. Hanya mendengar suara mamanya di ujung sana pun itu sudah menghapus kerinduannya selama ini.

Melati merebahkan diri di atas kasur. Malam ini hujan mengguyur Yogya dengan begitu deras. Maka dari itu sejak kedatangan Vino tadi sore dia tidak pergi kemanapun. Hanya berada di dalam rumah.

Saat dia mau beranjak tidur, dia mendengar dering ponselnya berbunyi. Dan mendapati sang Mama meneleponnya. Setelah sekian lama, mungkin sang Mama mendapatkan nomor ponsel dari Vino

"Maafin Mel ya mah. Mel tidak bermaksud menjadi durhaka. Hanya saja..."

Melati memejamkan matanya. Dia tidak bisa jujur di sini. Kalau memang harus semua terungkap dia perlu berbicara langsung dengan kedua orang tuanya itu.

"Iya sayang. Mama paham. Maafin Mama juga yang tidak bisa menentang papamu. Apapun alasanmu bersama dengan Vino. Adalah yang terbaik untukmu Mel. Mama memberi restu kepadamu. Sudah dulu ya. Besok Mama telepon lagi. Jaga diri di sana."

Melati makin tergugu saat sang Mama menutup teleponnya. Dia meletakkan ponselnya di bantal. Suara gelegar petir di luar sana makin membuatnya merapat di dalam selimut.

Tapi kemudian dia terbangun. Duduk di atas kasur dan menatap jam yang ada di atas nakas. Pukul 10 malam. Sudahkah Vino pulang ke rumah? Dia tiba-tiba merasa khawatir.

Dengan cepat ponselnya si pegang lagi dan menghubungi Vino. Tapi dia merasa ragu-ragu karena Vino pun tidak menghubunginya sejak tadi. Takut mengganggu kalau Vino sedang bertugas.

Melati meletakkan ponselnya lagi. Mendengar deru hujan di luar sana membuat hatinya tidak tenang. Melati beranjak turun dari atas kasur. Sepertinya satu gelas coklat panas bisa menenangkan hatinya.

Melangkah keluar dari kamar dan menyalakan lampu ruang tengah. Melati baru saja akan melangkah ke arah dapur saat di dengarnya suara ketukan dari ruang depan.

Mengernyit, dan bertanya siapa yang bertamu malam-malam? Igo? Biasanya pria itu juga sering mengetuk pintunya saat malam. Hanya untuk minta air panas untuk satu gelas kopi. Tapi Igo kan tadi sudah ke sini?

Melati berbalik dan melangkah ke arah ruang tamu. Menyalakan lampunya.

"Mel. Ini aku."

Suara Vino. Melati langsung bergegas menuju pintu. Dan saat pintu terbuka Vino sudah tampak menggigil kedinginan. Pria itu melepas mantolnya dan basah kuyup.

"Vino."

Melati langsung memberi jalan untuk Vino masuk ke dalam rumah. Pria itu langsung membuka mantel dan sepatunya yang basah sebelum masuk ke dalam.

Setelah menutup pintu Melati langsung menatap Vino yang sedang mengibaskan rambut basahnya itu.

"Kamu darimana?"

Melati kini segera mengambil handuk yang ada di rak sepatu yang ada di pojok ruangan. Lalu langsung memberikannya kepada Vino.

"Dari rumah. Tadi aku gak bisa tidur. Terus iseng baik sepeda malam hari. Buat olahraga juga, tapi gak tahunya malah hujan deras."

Vino menunjuk sepedanya yang sudah di parkir di teras depan rumah Melati dari jendela yang sudah di geser tirainya.

"Owh."

Melati hanya mengatakan itu dan menatap Vino yang sudah mengeringkan rambutnya.

"Lagipula aku juga kangen sama kamu."

Deg

Ucapan Vino yang lugas itu membuat Melati benar-benar tersipu malu.

"Hatsyiii.."

Suara bersin Vino membuat Melati langsung tersadar. Dia menatap Vino yang kini mengusap-usap hidungnya itu.

"Ehmm aku cariin baju ganti ya. Tapi kayaknya kaosku pun gak ada yang muat ya? Hemm bentar ya."

Melati langsung berbalik dan melangkah cepat ke dalam kamar. Selain ingin mencarikan Vino baju, juga menenangkan degup jantungnya itu.

*****

Melati menatap Vino yang kini duduk di atas sofa dan sedang menyesap coklat panas buatannya. Pria itu akhirnya memakai jaket paling besar yang Melati punya dan celana Hawai milik Melati yang cukup untuk Vino. Tapi tetap saja Melati masih belum percaya, kalau pria di depannya ini sudah menjadi suami sahnya.

"Aku sudah mendaftarkan pernikahan kita. Tapi antri ya. Kamu harus bersabar. Setelah nikah kantor beres kita lanjut ke KUA. Jadi kita resmi."

Vino mengucapkan itu dan membuat Melati hanya mengangguk. Hujan deras masih belum berhenti di luar sana.

"Mama baru saja telepon."

Melati memberitahu Vino saat pria itu meletakkan cangkirnya di atas meja. Pria itu langsung menatapnya dengan serius.

"Kamu jangan marah ya? Mama minta nomor teleponmu. Dan aku kasih. Beliau sangat merindukanmu Mel."

Melati mengangguk dan kini merapatkan jaket yang di kenakannya. Udara menjadi dingin saat ini. Mereka duduk di satu sofa panjang tapi saling berseberangan.

"Aku juga kangen sama Mama Vin. Bagaimanapun juga aku yang salah di sini."

"Aku yang salah Mel."

Vino tiba-tiba sudah ada di depannya. Pria itu mengulurkan tangan untuk menggenggam jemarinya. Kehangatan langsung menjalar di sekujur tubuhnya.

"Aku yang memberitahu Mawar malam itu kalau aku mencintaimu. Dan aku meminta bercerai darinya. Maka saat aku menyatakan cinta padamu, Mawar langsung marah. Dia berlari untuk menarik perhatianku tapi.."

Melati menggelengkan kepalanya. Tidak mau mendengar cerita itu lebih lanjut.

"Aku udah gak mau mendengarnya Vin. Sampai sekarang pun aku masih merasa bersalah."

"Huusst maaf."

Vino langsung mengulurkan tangan untuk memeluk Melati. Agak canggung sebenarnya saat Melati masuk ke dalam dekapan Vino. Tapi dengan sabar Pria itu menenangkannya. Sampai akhirnya dia merasa nyaman dalam pelukan pria itu.

"Maafkan aku Mel. Aku tahu ini menyakitimu."

Kecupan hangat mendarat di pelipisnya. Saat itulah Melati tersadar kalau dia merasa malu dengan kontak fisik ini.

Dia langsung menjauhkan dirinya dari Vino. Membuat Vino terkejut.

"Ada apa?"

Melati hanya menggelengkan kepalanya. Tampak bingung juga dengan apa yang kini di rasakannya.

"Aku...kita...Vin.."

Tapi saat melihat Vino tersenyum lalu mengangguk Melati menjadi tenang. Pria itu tidak memaksanya. Dan mengerti perasaannya.

"Aku tahu Mel. Kedekatan ini masih terasa begitu asing buatmu. Aku akan menunggumu Mel. Aku akan bersabar denganmu sayang."

Bersambung

07-10-17

Di selingi musik Bruno mars dan hujan yang begitu lebat...

Ahaiii lagi puitis nih authornya...suasananya bikin adeeemmm

seputih MelatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang