Bab 39 jeda sejenak

14.5K 1.6K 21
                                    

"Mbak Mel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mbak Mel. Setahu ku tuh kalau ibu hamil gemukan  deh. Ini kok Mbak Mel malah makin kurus."

Melati hanya tersenyum saat mendengar celetukan Igo. Sore ini dia diantar Vino lagi untuk menginap di kontrakannya Kania. Karena Vino jaga malam. Suaminya itu terlalu posesif memang. Tidak membiarkan dirinya berada  di rumah sendiri. Padahal dia juga berani.

Hanya saja sejak tangisannya kemarin karena masalah dengan kedua orang tuanya. Vino makin bersikap lembut dan selalu menjaganya. Ada kelembutan yang lebih dari sikap Vino. Dan itu mendamaikan hati Melati. Di tengah kegalauannya.

Igo  sedang memakan bakso yang baru saja di pesannya dari bakso yang biasa lewat di depan kontrakan. Pria itu memang selalu tersenyum cerah dan menemaninya kalau dia menginap di sini.

"Aku kan masih hamil muda. Dan banyak mual muntah. Ini aja nasi gak doyan aku Go. Makannya kentang goreng terus baru bisa masuk."

Iyo menghentikan makannya dan kini menatapnya lekat.

"Memangnya sesulit itu ya kalau orang hamil?"

Melati kini merapatkan jaket yang dipakainya. Jaket milik Vino itu memang sengaja dia pakai. Aroma Vino menempel disana dan selalu jadi pengobat mualnya. Aneh memang.

"Ya ndak. Kan ibu hamil itu macem-macem Go. Ada yang malah gak mual muntah tapi makan terus. Itu namanya ngebo  kalau istilah orang jawa."

Igo  terkekeh mendengar ucapannya. Dasar. Cowok kalau bertanya memang suka yang aneh-aneh.

Igo lalu meletakkan mangkuk bakso yang sudah kosong itu ke atas meja. Mereka memang duduk di teras depan. Sore ini gerimis mulai mengguyur dan bisa dipastikan akan berubah jadi hujan deras. Musim penghujan seperti ini membuat Melati jadi hanya berdiam diri di dalam rumah. Tidak berani kemana-mana.

"Mbak Mel beneran gak bohong? Masalah sama ayah Mbak Mel Gimana?"

Disinggung tentang itu. Melati akhirnya menghela nafasnya.

"Berat Go.  Ayah harus bed rest di rumah sakit. Dan aku diminta ibu untuk menjenguk. Tapi Vino melarangku.  Lagipula aku memang sedang dalam kondisi tidak baik."

Igo  mengernyitkan kening mendengar ucapannya. Pria itu bahkan kini bersedekap.

" Mbak. Kalau aku yang jadi suaminya mbak pun. Aku pasti melarang. Apalagi Mbak Mel kelihatan menderita gini gara-gara kehamilan mbak. "

Melati hanya menganggukkan kepalanya. Dia juga sependapat. Dan patuh sepenuhnya kepada Vino.

"Iya Go. Cuma entahlah. Ibu  menganggapku anak durhaka karena aku tidak mau menjenguk ayah. Dan memutuskan untuk tidak menganggapku anak lagi. Kecuali..."

"Wah itu gila.."

Melati menatap Igo  yang kini tampak kesal mendengar ucapannya.

"Iya ibu memberi syarat. Aku harus menceraikan Vino dan bersedia dijodohkan dengan anak teman ayah."

Melati bisa melihat Igo menggelengkan kepalanya. Tampak tidak percaya dengan ceritanya.

"Masa orang tua Mbak Mel kejem banget. Sebenarnya Mbak Mel ini anak kandung bukan sih?"

Melati hanya mengangkat bahunya  dia sudah pusing memikirkan hal itu sejak kemarin. Yang dia ingin saat ini. Jeda sejenak dari masalah itu.

"Eh Go. Ajakin main ke time zone aja yuk?"

Igo langsung membelalakkan matanya. Mendengar usulannya.

"Ngapain coba ke time zone? Kayak Davi ponakanku aja."

"Aku pingin main aja. Main dapetin boneka."

Igo mengangkat alisnya tidak percaya. Tapi kemudian mengangguk membuat Melati bersorak girang. Dia memang harus mengalihkan pikirannya.

*****

"Astaga Mel kamu emang hebat. Dapat boneka banyak banget ini. Kalau enggak di stop mesinnya kehabisan stock boneka tuh."

Kania membawakan boneka-boneka hasil mainnya di time zone. Melati akhirnya pergi dengan Kania dan Igo2. Setelah 3 jam bermain mereka akhirnya pulang dengan membawa boneka banyak dan kartu yang melimpah . Igo dan Kania juga jago dalam bermain. Mereka semua senang.

"Darimana saja kamu?"

Melati terkejut saat membuka pintu ruang depan .Dan mendapati Vino sudah duduk di ruang tamu. Menatapnya lekat. Kania yang membawa boneka miliknya langsung meletakkan boneka itu di kursi teras. Dan berpamitan untuk pergi dari rumah itu. Beralih ke rumahnya sendiri yang bersebelahan. Sedangkan Igo  memang sedang memasukkan mobilnya ke garasi.

"Owh kamu udah pulang? Katanya dinas malam?"

Melati masuk ke dalam rumah dan kini mendekati Vino yang duduk di sofa dengan sikap kaku. Bersedekap dan tidak Ada senyum di sana.

"Jawab aku dulu Mel. Kamu membuatku khawatir. Ponsel kamu dimana?"

Melati langsung merogoh tas salempang yang di pakai nya. Dan mendapati ponselnya memang dimatikan karena low bat.

"Mati. Tadi kehabisan batre."

Vino kini menepuk kedua kakinya dengan tangannya. Tampak menahan marah.

"Kenapa tidak meninggalkan pesan sedikitpun. Bukankah aku bilang kamu tidak boleh kemana-mana. Ini hujan Mel. Aku menyuruh kamu menginap di sini biar kamu aman. Ada Kania dan Igo juga. Tapi kamu malah pergi main. Ini juga udah malam. Kamu gak pakai jaket. Kalau kedinginan Gimana?'

Melati hanya menatap Vino yang kini sudah meluapkan amarahnya.

"Maaf. Aku tadi hanya.."

"Hanya apa? Punya kesempatan pergi sama Igo? Nostalgia?"

Tentu saja Melati langsung memberengut. Kenapa Vino masih terus saja cemburu dengan Igo?

"Kamu kenapa sih Vin? Masih bawa-bawa nama Igo. Kamu gak percaya sama  Aku?"

Mata Vino menyipit. Tapi kemudian mengacak rambutnya dan kini menghela nafas.

"Aku terlalu cemburu kalau kamu pergi dengan pria lain Mel. Please."

Hati Melati melunak saat melihat bagaimana Vino terlihat frustasi. Dia beranjak dari duduknya dan kini mendekati Vino. Lalu menyandarkan kepalanya di bahu Vino.

"Maafin aku vin. Aku tadi pergi cuma ingin refreshing. Pingin ngelupain masalah yang sedang mendera kita. Aku juga ingin tersenyum dan tertawa dengan lepas Vin. Aku hanya ingin itu. Tapi maaf kalau itu membuatmu marah."

Melati mencoba untuk meredakan amarah Vino. Bagaimanapun meski mereka bilang kalau semuanya baik-baik saja. Tapi toh ada batu terjal yang menghalangi rumah tangga mereka.

Kecupan di pucuk kepalanya. Dan rengkuhan di bahunya membuat Melati menggigil. Vino memeluknya.

"Maafin aku Mel. Aku terlalu takut kehilangan kamu. Maafin aku ya?"

Melati menghela nafasnya dan kini berbalik lalu memeluk Vino. Dia tahu suaminya khawatir dengan masalah yang di berikan kedua orang tuanya.

"Vin. Aku mencintaimu. Aku tidak mungkin meninggalkanmu.  Apapun yang terjadi."

Bersambung

Helluuu ehm author itu ketik langsung di up. Jadi gak pernah kepikiran  ini bakal di bawa kemana. Ikutin alurnya  aja ya. Yang udah baca cerita author sejak dulu pasti tahu karya author itu gak cuma berhenti di satu konflik. Nano nano tapi  masih ringan. Jadi enjoy aja ya aa..

Eh koment yuk jangan koment kalau lagi pas ada masalah aja wkwkwkwk giliran yang manis2 diem aja. Buat semangat nih biar ketiknya  lancar jaya okay

seputih MelatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang