Bab 37 Resah

14.8K 1.7K 33
                                    



Melati sudah bisa menguasai hatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melati sudah bisa menguasai hatinya. Bagaimanapun juga dia tidak boleh egois. Ada kehidupan yang lain untuk terus di perjuangankannya. Jadi dia tidak boleh terus bersedih.

Ini memang sudah takdirnya.  Sejak dulu, bahkan sebelum peristiwa naas itu. Dia dan Mawar memang diperlakukan berbeda. Kedua orang tuanya lebih menyayangi Mawar. Dari segi apapun.

Selama ini Melati hanya mengira kalau kakaknya memang sosok yang lebih menarik perhatian daripada dirinya. Jadi dia mencoba menerima. Kalau ayahnya memang terlihat terang-terangan membencinya. Ibunya lebih halus dalam bersikap. Meski ibunya juga tidak pernah memeluknya dan memenangkannya apalagi dia menangis. Sejak kecil dia sudah di didik untuk mandiri tidak bergantung kepada ibunya. Dan sekaranglah jawabannya. Ibunya terlalu mencintai ayahnya sehingga Melati merasa ibunya membencinya karena peduli dengan ayahnya.

Dia mengusap perutnya dan berjanji tidak akan pernah memperlakukan buah hatinya seperti itu.

Melati menatap Vino yang sejak tadi berjalan mondar mandir di depannya. Hari sudah malam saat Melati terbangun dari tidur lelapnya. Dia terlalu lelah sehingga tidak menyangka akan terjatuh tidur di pelukan Vino setelah menangis tadi.

Setelah bangun dia langsung memasakkan makan malam. Tapi Vino sepertinya menyembunyikan sesuatu. Keceriaan suaminya itu terlalu di buat-buat

"Vin"

"Hem."

Pria itu berhenti di depannya sebentar. Menatapnya penuh perhatian. Tapi kemudian melanjutkan aktivitasnya berjalan mondar mandir lagi. Lalu pria itu mengambil ponsel dari saku celananya dan mulai menjauh darinya. Lalu menelepon seseorang.

Melati sekarang mulai curiga. Dia mematikan televisi yang di tontonnya  dan kini mulai beranjak dari duduknya. Lalu perlahan melangkah mendekati Vino yang kini berdiri memunggunginya di teras depan. Hawa dingin malam langsung menyergapnya

"Pah. Tolong jaga Angga ya. Vino gak mau ancaman ibu Mel terjadi."

Langkah Melati terhenti saat sampai di belakang Vino. Suaminya itu terlalu serius menelepon dan tidak mendengar langkahnya.

"Iya pah.  Tadi ibunya Melati mengancam Vino akan menculik Angga kalau Melati tidak menjenguk ayahnya. Ya Allah pah, Vino khawatir sama keduanya. Mel sedang dalam kondisi tidak baik. Dan Vino juga gak mau terjadi apapun sama Angga. Pala tahu sendiri bagaimana Vino menyayangi Angga."

Hati Melati merepih mendengar itu semua. Dia terpukul mendengar itu semua. Bagaimana bisa ibunya begitu kejam dengan mengatakan itu kepada Vino. Dia sangat tahu Vino mencintai Angga sepeti anaknya sendiri.

Refleks Melati segera memeluk Vino dari belakang. Membuat pria itu terkejut. Dan langsung menoleh ke arahnya. Melati merebahkan kepalanya di punggung Vino.

"Pah nanti Vino telepon lagi."
Vino ingin berbalik tapi Melati menggelengkan kepalanya.

"Jangan berbalik Vin  aku ingin seperti ini."

"Mel."

Melati merasakan Vino menghela nafasnya. Dan mulai lebih rileks. Pria itu menangkup kedua tangan Melati yang melingkar di perutnya.

"Maafkan aku membuatmu  sedih. Aku tidak mau ini terjadi tapi.."

"Vin  ini salahku. G ara-gara ayah membenciku  Anggalah  yang jadi korban."

Vino langsung membalikkan tubuhnya dan merengkuh Melati ke dalam pelukannya. Mengecup pucuk kepala Melati dengan sayang.

"Hust  jangan menyalahkan diri sendiri. Aku tadi yang mengatakan kepada ibu kalau kamu tidak boleh di ganggu. Dan ibu menjadi murka lalu mengancam akan menculik Angga. Tapi kamu tidak udah memikirkan apapun. Angga aman sama papa dan mama. Aku juga sudah meminta temanku untuk menjaga Angga."

Melati menatap Vino yang kini menunduk untuk menatapnya  pria itu sepertinya resah. Melati sedih tidak bisa membuat suaminya itu tenang.

"Vin. Makasih sudah nenjagaku seperti ini. Aku tidak tahu..."

Vino langsung menggelengkan kepalanya. Lalu menangkup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Jangan pernah berterima kasih kepadaku karena ini sudah kewajibanku  aku mencintaimu Mel."

Perlahan pria itu mengecup lembut bibirnya. Memberikan kehangatan kepada Melati dan membuat hatinya lebih baik. Ciuman itu intens dan lembut. Vino makin merapatkan tubuh Melati untuk menempel di tubuhnya sendiri.

Saat ciuman itu terlepas, Vino tampak menatapnya dengan gairah yang tidak dapat disembunyikan lagi.

"Tapi kamu tampak resah dari tadi. Dan aku merasa bersalah."

Melati kini mengusap kening Vino yang berkerut. Dan membuat pria itu tersenyum.

"Aku bisa dengan mudah kok ditenangkan. Asal itu kamu."

Melati mengernyitkan keningnya. Kali ini Vino mengecup kening Melati dengan lembut.

"Apapun perasaanku saat ini. Aku langsung tenang begitu menghidu aromamu. Aku mudah untuk kamu tenangkan."

Melati kini mengerti arah pembicaraan Vino. Dia tersenyum lalu menggelengkan kepalanya.

"Bukankah semalam juga kita sudah bercinta. Kata dokter jangan terlalu sering saat aku hamil muda. Masih kondisi rawan."

Vino tampak kecewa mendengar ucapannya  tapi kemudian tersenyum menggoda.

"Memangnya siapa yang bilang kita akan bercinta?"
Mendengar itu pipi Melati langsung merona merah. Dia malu. Dan kini menyembunyikan wajahnya di lekuk lengan Vino.

Dan pria itu tertawa. Membuat tubuhnya bergetar. Tawa yang membuat suasana hati Melati menghangat. Setidaknya Vino tidak terlihat gelisah lagi.

"Jadi ibu hamil sekarang mulai mesum?"

Melati memberengut saat mendengar ucapan Vino. Dia memukul bahu Vino membuat pria itu menyeringai lebar. Lalu memeluknya.

"Aku sayang sama kamu Mel. Bersamamu seperti ini sudah mengobati kesepianku selama 5 tahun ini. Aku bersyukur mempunyai kamu di sini."

Ucapan Vino tentu saja membuat Melati kini menatap lekat pria yang dicintainya itu

"Aku pun juga Vin. Aku juga merasakan hal yang sama. Please. Jangan pernah lagi tinggalkan aku untuk alasan apapun. Kita kuat kan bila bersama?"

Vino mengangguk lalu mengecup bibirnya lagi.

"Aku tidak bisa hidup kalau kamu pergi Mel. Sudah cukup kesepian ini. Walaupun rintangan apapun. Aku pasti akan selalu memenangkannya dan menghalangi siapapun yang akan menyakitimu. Aku akan melindungimu Mel."

Bersambung

Malam ini di sini dingin banget. Tadi sore terkena hujan es dan angin puting beliung. Pohon banyak yang tumbang. Rumah banyak yang rusak tertimpa pohon. Minta doanya ya semoga situasi aman terkendali.

seputih MelatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang