Bab 10 terima!

20.3K 2K 27
                                    

Debur ombak di depannya membuat Melati menatapnya dengan takjub

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Debur ombak di depannya membuat Melati menatapnya dengan takjub. Langit biru cerah, dan juga angin pantai mulai membuat dirinya lebih rileks. Sejak datang 30 menit yang lalu Ke pantai Indrayanti ini, pantai yang ada di Wonosari. Hampir menempuh perjalanan 45 menit dari kota Yogya.

Dia menatap Igo yang berlari -lari kecil degan membawa satu buah kelapa muda. Pria itu tampak sangat muda. Dengan celana jins sobek-sobek dan sweater yang membuat wajahnya makin terlihat remaja. Padahal usianya juga cuma terpaut 2 tahun darinya.

"Nih mbak aku beliin es kelapa muda."

Igo sudah duduk di sebelahnya. Mereka kini berada di salah satu gazebo yang ada di sepanjang pantai.

"Aku masih sedikit pusing Go. Kamu sih nekat culik aku ke sini."

Melati menerima es kelapa muda yang di ulurkan kepadanya. Dan kini meletakkannya di depannya. Laku segera mengaduk-aduk dengan sendok plastik yang ada diberikan kepadanya. Mengambil kelapa muda dan segera menyantapnya.

"Habis mbak Kayak di penjara. Iya tahu mbak di amankan di rumahnya Mas Vino. Tapi kan kalian cuma ipar."

Melati menatap Igo yang kini menatapnya serius.

Dua hari ini Melati memang ada di Rumah Vino. Tapi itupun lebih banyak di habiskan dengan Angga. Sedangkan Vino terlalu sibuk bertugas. Berangkat pagi dan pulang larut malam. Mereka hampir tidak pernah berbicara.

Sedangkan Melati tidak tega untuk meninggalkan Angga seorang diri. Jadi selama dua hari ini dia lebih dekat dengan Angga. Karena kecelakaan kecil itu, Melati memang cuti dari sekolah. Dan dia lebih banyak di rumahnya Vino.

Sampai akhirnya tadi pagi saat Angga sudah di antar Vino sekolah, Igo tiba-tiba datang dan langsung membawanya pergi ke sini.

"Iya aku juga nanti sebenarnya mau balik ke rumah. Tapi kasihan Angga."

Igo kini menggeser duduknya. Lebih dekat dengannya. Melati sendiri lebih senang mengamati orang-orang yang sedang bermain air di depan sana. Ingin rasanya dia juga bermain pasir, tapi Igo pasti melarangnya.

"Mbak, jawabannya apa?"

Melati kembali menoleh ke arah Igo. Dia tidak paham apa yang di tanyakan pria itu.

"Jawaban apa?"

Igo menyugar rambutnya dan kini menekuk kedua lututnya dan tampak begitu santai dengan posisi itu.

"Aku cinta sama kamu."

Melati langsung merasakan pipinya memerah. Pria di sebelahnya ini terlalu blak-blakan.

"Go, aku kan lebih tua dari kamu. Lagipula aku sudah menganggapmu adik sendiri. Jangan ngaco ah. Banyak yang naksir tuh sama kamu. Emang di kampus gak ada yang cantik?"

Melati mencoba bergurau. Tapi saat menoleh ke arah Igo. Pria itu bergeming dan tetap menatapnya. Hal itu membuat dia mengusap tengkuknya untuk mengurangi rasa canggungnya yang tiba-tiba hadir.

"Mbak Mel cinta sama Mas Vino kan?"

Jantung Melati berdegup kencang saat mendengar ucapan Igo. Wajahnya terasa begitu panas. Dan dia tahu, Igo pasti sudah bisa menyimpulkan sendiri.

"Aku mau pulang. Angga harus di jemput."
Melati merasa tidak nyaman saat ini. Dia langsung beranjak dari duduknya.

"Jadi itu kan dosa mbak selama ini? Mbak pergi selama 5 tahun dari keluarga mbak karena mbak mencintai kakak ipar mbak sendiri?"

*****

"Tante..."
Melati membungkuk untuk memeluk Angga yang baru saja keluar dari kelas. Selama perjalanan pulang, Melati hanya diam di samping Igo. Pria itu juga tidak banyak bicara selain menanyakan dimana Angga sekolah.

"Ini siapa Tante?"
Angga menunjuk Igo yang berdiri di sampingnya.

"Owh iya Angga ingat. Om yang makannya banyak itu ya?"

Celetukan Angga membuat Igo langsung tergelak dan Melati tersenyum. Igo mencubit pipi Angga yang gembil itu.

"Wah temen Om nih. TOS bro."

"Iya dong Om. Sama kayak Angga suka makan."

Melati akhirnya bisa tersenyum dengan Igo saat mendengar celetukan Angga. Pria itu kini meliriknya. Dan mendekat.

"Mbak senyum mbak manis."

"Igo. Udah ah kita pulang sekarang. Angga ikut ke rumah Tante dulu ya? Sampe papa Vino jemput?"

Angga langsung mengangguk dan menggelendot manja.

"Aku tampaknya harus bersaing juga sama Angga ya? Selain Mas Vino?"

Bisikan Igo kali ini membuat Melati menghentikan langkahnya. Mereka sudah sampai di depan mobil Igo. Dan Angga langsung masuk ke dalam mobil.

Sedangkan Melati kini menatap Igo yang masih berdiri di sampingnya.

"Ok. Aku turuti maumu Go. Kita pacaran."

Terlalu cepat dia menjawab dan membuat Melati sendiri tidak tahu apa yang di ucapkan nya. Dia sudah jengah dengan sindiran Igo tentang Vino.

"Mbak."

Melati langsung masuk ke dalam mobil tidak mempedulikan tatapan terkejut dari Igo. Tapi kemudian dia melihat Igo langsung berlari kecil menuju balik kemudi.

"Tante, Angga mau makan pizza boleh?"

Melati langsung menunduk dan tersenyum ke arah Angga yang ada di sampingnya. Melirik Igo yang sudah melajukan mobilnya dengan senyum tersungging.

Tapi benarkah apa yang di lakukan nya? Dia tidak tahu apa yang lakukan nya saat ini. Mungkin dia juga ingin menjauh dari Vino. Menepikan rasa yang masih mengendap sekian lama di lubuk hatinya. Tapi dia memang harus menepikan rasa itu. Tidak mungkin untuk merengkuhnya.

"Om yang traktir kamu makan pizza. Siap bro?"

Angga langsung bersorak senang. Sedangkan Melati hanya bisa menghela nafasnya. Mungkin ini keputusan yang terbaik. Igo bisa mengisi kehampaan hatinya.

Bersambung

seputih MelatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang