Bab 20 Strong..

16.8K 2K 74
                                    

"Mbak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mbak."

Melati kembali mengusap air matanya yang terus menetes. Tidak mau berhenti meski dia sudah mencoba menenangkan dirinya.

Mengusap lagi dengan punggung tangannya. Melati kini menerima uluran coklat hangat yang baru saja di berikan Igo. Mereka tengah duduk di dalam rumah Vino.

Pria itu memaksanya untuk beristirahat di rumah. Setelah ucapan Vino tubuh Melati memang benar-benar lemas. Kepalanya makin berdenyut dan dia limbung di dalam pelukan Vino. Meski tidak sampai pingsan, tapi Vino akhirnya bersikeras membawanya pulang.

Sedangkan di rumah sakit, Angga di jaga oleh mamanya Vino. Kedua orang tua Melati juga sudah pulang ke rumah. Kenyataan itu membuat hati Melati makin merepih. Orang tuanya memang sudah membencinya. Tidak akan ada maaf lagi untuknya.

Kali ini Melati memang tengah meringkuk di atas sofa yang ada di ruang keluarga. Vino sedang mandi dan Igo yang menemaninya sejak tadi. Pria itu hanya diam saja. Meski Melati tahu ada banyak pertanyaan yang akan di ajukan Igo.

"Udah baikan?"

Pertanyaan Igo itu membuat Melati akhirnya mengangkat wajahnya. Dia mengusap air matanya lagi. Dan mulai perlahan menyesap coklat panas yang baru saja di buatkan Vino.

"Mbak jangan menangis lagi ya."

Igo yang duduk di seberangnya kini menatapnya dengan khawatir. Melati hanya menganggukkan kepalanya lagi.

"Go"

"Mbak."

Keduanya saling bebarengan memanggil nama. Lalu Melati memberi kesempatan untuk Igo.

"Mbak Mel sama Mas Vino?"

Igo tampak ragu menanyakan hal itu. Tapi Melati sudah mengetahui apa yang akan di tanyakan Igo.

Perlahan Melati mengangguk dan bisa melihat wajah Igo yang berubah muram
Melati tidak tega mengatakan sesuatu yang menyakiti Igo.

"Rumit Go. Aku dan Vino dulu sebenarnya pernah menjadi kekasih."

Igo kini menatapnya dengan penuh perhatian. Dan Melati tahu dia harus menyelesaikan ucapannya.

"Tapi ayahku menjodohkan Kak Mawar dengan Vino. Dan yah beginilah jadinya. Aku ini seorang penjahat Go. Orang yang telah menyebabkan kakak kandungku sendiri mati. Aku..."

Melati tidak menyadari kalau suaranya nyaris histeris. Setiap kali menceritakan Mawar dia pasti akan merasa seperti itu. Rasa bersalah mulai menekannya lagi.

Tapi sebelum Melati menjadi lepas Kendali tubuhnya tiba-tiba di tarik ke dalam dekapan Vino. Pria itu sudah ada di sebelahnya dan memeluknya erat.

"Mel. Please lupakan itu. Aku mohon."

Tentu saja tangis Melati menjadi semakin pecah. Dan Vino makin memeluknya erat. Seperti tidak mau Melati terlepas dari dirinya.

"Go. Bisa tolong tinggalkan kami sebentar?"

Melati bisa mendengar Vino memberi perintah kepada Igo. Dan tanpa kata Melati tahu Igo menurutinya.

"Sayang. Astaga. Jangan seperti ini "

Vino kembali mencoba membujuknya. Karena Melati sendiri masih terisak dengan keras. Ulu hatinya sampai sakit. Nafasnya tersengal. Trauma itu. Darah, tubuh Mawar yang terkapar di aspal. Dan teriakan semua orang membuat Melati kembali tidak bisa mengendalikan dirinya.

"Mel. Listen to me!"

Bentakan keras Vino akhirnya menyadarkan Melati. Dia langsung menatap mata Vino. Pria itu kini tengah menangkup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Kamu tidak bersalah. Kamu tidak bersalah. Kamu suci Mel. Kamu putih. Kamu bersih."

"Vin..."

Melati hanya mengucapkan itu. Dan tahu Vino juga sudah putus asa untuk menenangkannya. Selama 5 tahun ini dia selalu di Bayangi mimpi buruk tentang kecelakaan hari itu. Bergelayut dan terus membayanginya.

"Lupakan. Aku mohon. Demi aku Mel. Aku berdarah kalau kamu begini."

Vino menempelkan keningnya. Mereka sama-sama merepih. Melati akhirnya memejamkan matanya. Melingkarkan kedua tangannya di leher Vino. Dan menangis kembali.

******

"Aku harus kembali ke rumah sakit. Kamu di sini saja ya? Kamu butuh istirahat. Lagipula aku tidak mau kamu sakit Mel."

Melati tengah meringkuk di atas sofa lagi. Sudah satu jam lebih sejak tangisannya. Dan dia mulai tenang.

Vino kini duduk di sampingnya. Memangku kakinya dan memijatnya pelan.

"Aku ingin ikut kamu."

Vino menghela nafasnya. Lalu menatap Melati dengan sayang.

"Besok. Kamu besok boleh ke rumah sakit. Tapi sekarang kamu butuh istirahat. Aku tidak mau kamu di sakiti lagi oleh bapak."

Melati langsung teringat kedua orang tuanya. Terutama sang ayah.

"Vin. Waktu ayah mengetahui kalau Angga bukan.."

Vino langsung mengulurkan tangan untuk menggenggam jemari Melati. Pria itu tampak sangat sedih saat ini.

"Mereka marah. Kalau Mama sama papaku menguatkan aku. Tapi ibu sama bapak.."

Melati langsung beranjak dari tidurnya. Dia beringsut untuk mengulurkan tangan dan memeluk lengan Vino. Menyandarkan kepala di bahu Vino.

"Bapak marah besar denganku. Kenapa aku sampai selama ini menyembunyikan fakta ini. Dan kamu tahu..."

Vino langsung mengusap rambutnya. Lalu mengecup keningnya dengan begitu lama.

"Bapak malah memarahiku karena aku jujur kalau aku memang sudah tahu sejak malam pertama. Dan aku bilang kalau yang aku cintai itu kamu. Sebelum aku menikah dengan Mawar, kita sudah berhubungan."

Jantung Melati berdegup kencang. Dia tidak ingin lagi mendengar reaksi ayahnya. Belum siap untuk itu.

"Dan ayah?"

Melati langsung menatap Vino. Yang sepertinya enggan mengatakan lanjutannya.

"Mel. Apapun yang terjadi kamu tetap tidak bersalah. Kamu harus kuat ya?"

Vino kini mengecup keningnya lagi.

"Vin. Apa yang di katakan ayah?"

Vino tampak ragu untuk menjawab pertanyaannya. Tapi Melati tentu saja akan terus memaksa Vino.

"Bapak marah karena dulu aku kekasihmu. Dan di pikir bapak, Mawar hamil dengan orang lain karena ingin balas dendam denganku. Bapak mengira kita pacaran setelah aku menikah. Bapak tetap tidak percaya kalau aku memang mencintaimu sejak dulu. Itu salahku Mel. Aku dulu terlalu bodoh untuk menerima perjodohan ini. Jadi sekarang kamulah yang jadi korban."

Melati menatap Vino yang tampak sangat muram itu. Lelakinya ini terluka. Dan dia juga terluka atas sikap ayahnya yang terlalu picik. Kenapa dia diperlakukan berbeda dari Mawar?

"Ehm jadi ayah menganggap kita.."

Vino langsung mengangguk.

"Bapak mengira kita berselingkuh. Dan hal itu yang memicu Mawar juga berselingkuh."

Melati menghela nafasnya. Sampai kapan ayahnya akan berpendirian seperti itu. Tidak ada yang bisa menjelaskan kepada ayahnya memang. Karena Mawar juga sudah tidak bisa memberi kesaksian. Sampai kapan semua ini bisa di hadapinya dengan kuat?

Bersambung

Komennya 50 gimana? Lanjuuuuuttt

seputih MelatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang