Bab 18 Tulus!

17K 1.9K 36
                                    

Melati benar-benar merasa malu dengan ucapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melati benar-benar merasa malu dengan ucapannya. Dia gugup. Tangannya gemetar dan pipinya terasa panas.

Vino hanya menatapnya dalam diam. Tapi kemudian pria itu tersenyum dengan lembut. Lalu mengusap rambutnya dengan sayang.

"Sini."

Vino menarik Melati ke dalam dekapannya. Lalu mengecup lembut keningnya. Melati memejamkan mata. Perlakuan lembut itu saja sudah membuat hatinya luluh. Dia menangis. Kenapa Vino begitu baik kepadanya?

"Aku mencintaimu dengan tulus Mel. Aku tahu. Mungkin aku manusia purba di jaman saat ini. Tapi dengarkan aku.."

Vino kini menyentuh dagu Melati untuk mengangkat wajahnya. Mengulurkan tangan dan kini mengusap lembut pipi Melati dengan ibu jarinya.

"Aku senang kamu sudah ada di sini. Menjadi milikku seutuhnya. Gadis manis ku."

Melati makin meneteskan air mata mendengar ucapan Vino.

"Aku tidak akan menyentuhmu sampai kita resmi menjadi suami istri secara sah di mata negara. Jadi kalau aku bisa bersabar 8 tahun, kenapa hanya menunggu beberapa Minggu aku tidak sabar?"

Melati makin tergugu. Tapi Vino menggelengkan kepalanya dan kini mengecup lembut kelopak matanya dengan sayang.

"Huuussst. Aku tidak mau melihat kamu menangis lagi. "

"Aku sayang kamu Vin."

Bisikan itu terdengar lirih. Tapi Melati yakin Vino pasti bisa mendengarnya. Karena pria itu kini tersenyum lagi.

"Aku mencintaimu Melati."

Suara dering ponsel mengejutkan mereka berdua. Dan saat Vino merogoh saku celananya dering itu terdengar dari ponselnya.

Melati agak menjauh untuk memberi ruang kepada Vino menerima telepon.

Pria itu masih menatapnya saat menjawab panggilan itu.

"Ibuk? Astaghfirullah. Sekarang Angga dimana?"

"Baik buk saya segera ke jakarta sekarang."

Melati langsung menatap khawatir kepada Vino. Pria itu juga menatapnya dengan sedih.

"Tapi buk... Baiklah saya akan sendiri."

Vino menatap Melati kembali saat mematikan ponselnya. Dan Melati langsung menggenggam jemari Vino.

"Angga kenapa?"

"Dia mengalami kecelakaan tadi siang. Dan kondisinya masih belum sadarkan diri"

"Ya Tuhan."

Melati tentu saja membekap mulutnya. Menangis terisak.

Tapi Vino sudah beranjak dari duduknya. Lalu segera mengambil jaket dan tasnya.

"Aku harus ke  bandara Mel. Semoga saja ada penerbangan malam ini. Angga butuh aku."

"Aku ikut."

Melati juga sudah beranjak berdiri. Tapi Vino langsung menggelengkan kepalanya.

"Maaf Mel. Ibu bilang ayah masih tidak mau bertemu denganmu dan aku tidak boleh mengajakmu ke sini."

Hati Melati langsung mencelus mendengar ucapan Vino. Dia merasa terhempas ke dasar jurang. Orang tuanya sendiri tidak mengijinkannya.

"Tapi Vin.."

"Aku akan memberimu kabar secepatnya. Sekarang aku antar kamu pulang ke rumah, lalu aku akan ke bandara ya?"

Vino melangkah mendekatinya. Tapi tidak melakukan apapun. Melati ingin melingkarkan lengannya di tubuh Vino. Memberi hiburan. Tapi sikap pria itu berubah kaku. Tampak tidak bisa fokus kepada sesuatu. Vino terlihat begitu gelisah.

"Vin hati-hati."

Vino mengangguk. Lalu segera menarik tangan Melati untuk keluar dari rumahnya.

******

Melati merasa tubuhnya terlalu lemas saat ini. Semalam dia tidak bisa tidur. Memikirkan kondisi Angga dan Vino.

Suaminya itu tidak banyak bicara saat mengantar sampai rumahnya. Bahkan tidak turun untuk mengantarkannya sampai depan pintu. Vino langsung melajukan mobilnya dengan cepat meninggalkannya berdiri di halaman rumah.
Dan sampai pagi ini pria itu belum memberinya kabar.

Melati resah. Dia ijin cuti dari sekolah. Kini yang bisa di lakukan nya hanya menatap ponselnya dan berdoa semoga Vino segera menghubunginya.

"Mbak Mel. Aku bawakan donat nih."

Suara Igo membuat Melati menatap Igo yang kini sudah masuk ke dalam rumah.

Melati duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Masih kucel. Belum mandi dan memakai baby dol warna biru laut miliknya. Rambutnya di biarkan tergerai dan tidak tersisir.

"Lah gak kerja?"

Igo langsung duduk di depannya. Dan kini menatapnya lekat.

"Enggak. Aku cuti."

"Sakit?"

Melati tidak menjawab. Dia hanya terus menatap ponsel miliknya.

"Mbak. Semalam mbak pulang larut banget. Di anterin Mas Vino. Mbak kenapa?"

Pertanyaan Igo yang sangat lembut itu akhirnya membuat Melati menatap Igo.

"Angga kecelakaan. Dan Vino pulang ke Jakarta."

"Owh astaga. Kenapa Mbak Mel gak ikut pulang?"

Igo tampak sangat polos saat mengatakan itu. Dan hati Melati kembali merepih

"Aku tidak boleh pulang sama ayah. Dia membenciku."

Air mata mulai mengalir dari mata Melati. Dia merasa sedih dan terbuang.

"Mbak. Maafkan Igo ya. Udah cup cup gak usah nangis lagi. Kita doain moga Angga gak kenapa-kenapa ya?"

Melati hanya mengangguk. Tiba-tiba ponselnya berbunyi dan membuat Melati langsung memencet tombol jawab.

"Vin."

"Mel."

"Vin gimana keadaan Angga?"

Tapi hanya keheningan di ujung sana. Melati menggigit bibirnya dan kini menatap Igo yang juga menunggunya.

"Vino jawab aku.."

Tapi hanya isakan yang terdengar di ponsel. Dan Melati ikut tergugu. Dia merasa sakit saat mendengar Vino menangis. Vino butuh dirinya saat ini dan kenapa dia masih di sini sejak tadi?

Melati langsung beranjak dari duduknya. Mematikan ponsel dan membuat Igo menatapnya terkejut.

"Mbak mau kemana?"

"Pulang ke Jakarta."

Bersambung

Ketik pake hp nih low bet duuhh segini dulu deh...

seputih MelatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang