Bab 14 Nekat!

17.9K 2.1K 23
                                    

Melati terbangun dengan linglung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melati terbangun dengan linglung. Dia terlalu kebas setelah kemarin. Tidur dengan masih menangis terisak walaupun Vino menjaganya. Tapi saat terbangun pagi ini dia masih belum bisa mencerna semuanya.

Dia hanya mengiyakan apa yang di katakan Vino semalam. Pria itu memberinya kaos oblong miliknya sebelum dia beranjak tidur. Melati sendiri terlalu sedih dengan keadaannya sehingga tidak menyadari apa yang di lakukan nya. Dia menerima semua perintah Vino.

Aroma kopi menguar di sekitarnya. Melati menatap cangkir yang ada di atas nakas di samping kasurnya. Kopi itu mengepul. Melati mengulurkan tangan untuk mengambil cangkir dan menyesap isinya.

Sungguh nikmat kopi di pagi hari. Setelah meletakkan cangkir kopi itu kembali di atas nakas. Melati menyingkap selimutnya dan menjulurkan kakinya untuk turun dari ranjang. Dengan kaki telanjang, dan dia menyadari dia hanya mengenakan kaos milik Vino yang kebesaran sampai lutut. Di balik itu dia merasa terlalu polos.

Melangkah perlahan keluar dari kamar tamu, tapi dia tertegun saat mendapati Vino sudah duduk di sofa ruang tamu. Pria itu tampak sedang memegang kompres yang di tempelkan di pipinya. Dan mata Melati membelalak melihat wajah Vino yang lebam-lebam.

"Vin. Astaga. Apa yang terjadi? Siapa yang memukulimu?"

Melati langsung berlari ke arah Vino. Bersimpuh di bawah kaki Vino. Mengamati luka-luka yang ada seluruh wajah Vino. Pria itu tampak mengenaskan.

"Sudah baikan kok."

Vino menyentuh rambutnya dan mengusapnya dengan lembut. Membuat Melati meringis melihat darah yang sudah mengering di bibir Vino.

Melati menangis. Dia tidak tahu kenapa dia menangis. Tapi dia tidak bisa melihat Vino tersiksa seperti ini.

"Mel. Huusst. Jangan menangis lagi. Matamu sampai tidak bisa terbuka karena menangis terus Mel."

Tapi tangis Melati semakin pecah. Dia tertunduk dan kini membiarkan rambutnya yang panjang menutupi wajahnya. Tapi Vino langsung menariknya dan mendekapnya erat.

"Vin. Siapa yang melakukan?"

Melati kini menyandarkan di dada Vino. Duduk di atas lantai dan merapat ke arah Vino. Usapan di punggungnya menenangkannya. Seperti semalam.

"Tadi pagi buta kedua orang tuamu kembali ke sini lagi. Tapi itu dengan Mama dan papaku. Rupanya papamu mengkonfrontasi kedua orang tuaku ke sini. Mereka mendapat cerita yang salah kalau kita berdua tinggal seatap dan melakukan hal-hal yang melanggar aturan agama. Papaku marah, seketika juga memukuliku. Tapi aku tahu aku belum bisa mengungkap semuanya. Aku mengkhawatirkan keadaan papamu Mel. Dia menderita penyakit jantung, aku takut kalau menceritakan tentang Mawar dia akan mendapatkan serangan."

Melati benar-benar menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Menahan kesiapnya. Melati shock dengan informasi yang di berikan Vino.

"Lalu kedua orang tua kita menuduh kita..."

Vino menggelengkan kepalanya.
"Aku menyangkalnya. Tapi aku mengakui kalau aku mencintaimu."

Melati tersedak saat mendengar ucapan Vino. Dia menatap Vino yang kini menatapnya lekat.

"Aku memang mencintaimu. Sejak dulu sampai nanti."

Melati langsung bereaksi. Dia mendorong Vino untuk melepaskan pelukannya. Tapi Vino menahannya. Lalu menunduk dan menahan wajah Melati dan mengecup bibirnya dengan lembut.

"Vin, kita tidak bisa. Ada Angga.."

Tapi Vino kembali menggeleng.

"Kamu sudah menjadi istriku saat ini Mel. Tidak ada yang tidak bisa."

Mata Melati membelalakkan saat mendengar ucapan Vino. Dia seketika mundur dan Vino tidak menahannya.

"Kamu bohong."

Vino menggelengkan kepalanya dan mengernyit saat merasakan nyeri di sekitar wajahnya. Vino seperti habis di keroyok preman.

"Ada videonya kalau kamu ingin bukti. Papamu memaksa aku untuk menikahimu. Dengan papamu sendiri yang menjadi wali dan seorang ustadz yang ternyata sudah di bawa papa dari Jakarta. Kita sudah menikah Mel."

Melati menutup mulutnya. Tidak percaya dengan ucapan Vino. Pria itu kini bersandar lagi di sofa. Meski dia duduk di lantai Vino tampak tidak terusik.

"Mereka mengatakan agar kita tidak melakukan dosa lagi. Tapi papamu semakin membencimu Mel. Maafkan aku. Dia mengatakan tidak ingin mengakuinya sebagai anak lagi."

Melati menangis histeris. Dia menekuk lututnya dan memegang kedua kakinya dengan tangannya. Bergetar hebat karena informasi yang tiba-tiba. Bagaimana itu bisa terjadi dalam waktu semalam.

"Dan mereka juga membawa Angga. Mereka tetap menyangka kalau Angga adalah putriku dan Mawar. Mereka tidak ingin Angga di rawat olehku ataupun olehmu karena kita pasangan yang penuh dosa."

Setelah mengatakan itu Melati bisa melihat air mata menitik dari mata Vino. Dan Melati tahu, Vino bersedih untuk Angga. Dia kehilangan anak yang selama ini di cintainya.

Dengan gerakan refleks, Melati beringsut dan mendekati Vino lagi. Memeluknya erat. Dan membiarkan pria itu menangis. Mereka berdua menangis.

*****

"Kamu akan aku antar pulang ke rumah kontrakan Mel."

Melati menyesap teh yang baru saja di buatnya. Mereka sudah sama-sama tenang. Dia juga sudah mengobati wajah Vino. Pria itu sudah mandi dan terlihat lebih segar meski wajahnya masih terlihat buruk.

Pagi ini suara lalu lalang kendaraan di depan rumah Vino sudah terdengar. Kesibukan kota Yogya mulai menyambut mereka.

Melati sendiri sudah berganti dengan pakaiannya sendiri.

"Aku akan mengurus pernikahan resmi kita Mel. Aku akan mendaftarkan pernikahan kita ke kantor ku. Dan ke KUA. Setelah kita menikah resmi, aku akan memboyongmu ke sini."

Vino sudah tampak biasa lagi. Sikap tegasnya kembali terlihat. Pria itu pagi ini hanya mengenakan jaket hitam tapi tidak memakai seragam di baliknya. Vino mengatakan dia libur, tapi masih banyak yang harus di urusnya.

"Jadi benar kita sudah menikah?"

Vino menoleh kepadanya. Pria itu langsung duduk lagi di sebelahnya. Dan mengulurkan tangan untuk menggenggam jemarinya.

"Kamu sudah melihat videonya kan? Aku mengucapkan ijab qobul. Ada saksi. Kamu ridho kan?"

Melati menggigit bibirnya. Tapi dia memang merasa lega. Hatinya mengembang dan menghangat. Tidak di pungkiri ini memang impiannya sejak dulu. Mimpi yang sudah di pendamnya sekian lama.

Melati mengangguk. Tapi tidak merasa bahagia. Karena kondisi mereka. Vino banyak berkorban demi dirinya. Vino rela di jauhkan dari Angga, dipukuli dan harus menahan semua anggapan buruk tentangnya. Ini ujian untuk mereka.

"Terimakasih Mel."

Vino mengecup keningnya. Kemudian beranjak berdiri dan mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri.

"Aku antar kamu pulang. Kita tetap belum menikah di hadapan umum. Jadi aku akan tetap menjagamu untuk nama baikmu."

Melati hanya menghela nafasnya.  Haruskah dia merasa bahagia untuk saat ini?

Bersambung

Pucuk Melati hadir lagi nih..

seputih MelatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang