"Mbak."
Melati benar-benar terkejut dengan panggilan itu. Dia langsung menatap orang yang memanggilnya.
Igo sudah berdiri di depannya dan kini tersenyum lebar. Seperti tidak ada kejadian yang berarti di antara mereka kemarin. Melati tentu saja mengernyitkan keningnya.
"Halo mbak. Kemana aja semalam?"
Pria itu sudah duduk berselonjor di teras depan rumah. Melati memang sore ini sedang asyik memeriksa tanaman-tanaman yang menghiasi teras. Dia memang suka berkebun.
"Memangnya kamu semalam nyariin aku?"
Igo langsung menggeleng. Pria itu kini malah asyik mengunyah permen karetnya.
"Kata Mbak Kania, Mbak Melati gak pulang semalam."
"Owh. Jadi cuma katanya Kania? Kamu sendiri darimana?"
Melati menatap Igo yang sudah tampak tapi sore-sore begini. Biasanya dia juga masih malas-malasan setelah pulang kuliah.
"Ehm anu... Si Nina ngajakin jalan nih mau nonton di 21."
Melati menghentikan aktivitasnya menyemprot tanamannya. Dia langsung menatap Igo.
"Kamu balikan sama Nina?"
Dan saat melihat pria itu tampak tersenyum malu-malu. Dia tahu kalau dugaannya benar.
"Owh."
Hanya itu yang di ucapkan Melati. Untung saja dia sudah menikah. Apa kabar hatinya kalau masih ingin menerima Igo. Mungkin kemarin Igo menyatakan cintanya karena pelarian dari Nina. Entah kenapa hatinya mencelus mendengar Igo tidak serius kepadanya. Padahal dia sendiri juga gak punya perasaan apapun kepada Igo.
"Jadi kamu kemarin nembak aku, terus putus terus..."
"Mbak bukan gitu." Igo tiba-tiba sudah beranjak berdiri. Seperti kebiasaan lamanya. Pria itu kini menarik jemari Melati
Menggenggamnya erat. Membuat Melati tidak nyaman. Dia langsung menarik jemarinya."Mbak. Aku tahu aku salah. Aku memang mencintai Mbak Mel kok. Tanya saja sama Mbak Kania. Aku tuh cinta Mbak Mel sejak dulu tapi aku..."
Melati menunggu jawaban Igo selanjutnya. Pria itu tampak gelisah. Dan kini mendekati Melati. Lalu langsung menyandarkan dahinya di bahu Melati.
"Maafkan aku mbak. Aku gak bisa nolak Nina. Aku terlalu kejam kalau meninggalkannya begitu saja. Aku kasihan mbak.."
Melati langsung menjauh dari Igo. Membuat pria itu hampir kehilangan keseimbangan.
"Kamu itu masih kecil Go ternyata."
Igo langsung mengerjapkan matanya. Tampak bingung.
"Mbak kenapa menjauh terus sih. Aku cuma ingin kembali lagi jadi sahabat Mbak Mel. Kalau Mbak Mel masih gak bisa Nerima cintaku..."
Igo kini mengacak rambutnya secara frustasi. Dan Melati melirik jam tangannya.
"Udah jam 5 katanya mau nonton? Entar Ninanya marah.."
Igo langsung menatap jam yang melingkar di tangannya. Tapi kemudian kembali menatapnya.
"Maafkan aku ya mbak."
Igo langsung berbalik dan berlari kecil ke arah mobilnya yang ada di halaman rumah.
Melati hanya menghela nafasnya. Sungguh dia merasa bersyukur sudah memutuskan pria itu. Mereka berdua hanya butuh sandaran sebetulnya.
Melati mengusap peluh yang kini mengalir di keningnya sore ini begiti gerah terasa.
Melati menatap halaman saat terdengar suara mobil. Dia mengenali siapa yang datang.
Saat itulah, keluar Vino dari dalam mobil. Memakai jaket hitam dan sepertinya pria itu pulang dari kerjanya.
Melati buru-buru merapikan rambutnya dan mengusap peluh nya lagi. Benar-benar penampilan yang paling jelek untuk saat ini.
"Ngapain ke sini?"
Itu pertanyaan bodoh menurut Melati. Tapi dia terlalu canggung.
Vino melangkah menuju teras rumah dan mendekati Melati.
"Aku gak boleh ke sini?"
Sikap Vino tampak terluka. Dari sorot matanya Melati bisa membacanya. Melati langsung menggelengkan kepalanya.
"Enggak. Eh boleh."
Melati langsung mengigit bibirnya lagi. Kenapa dia menjadi canggung begini?
Vino tampak tersenyum tapi kemudian kembali ke sikap tegasnya.
"Jadi kamu gitu ya? Selingkuh di saat suami kerja?"
"Siapa juga yang selingkuh? Dan siapa pula yang suami?"
Menyadari pertanyaan salah Melati kembali menggeleng.
"Owh jadi gitu? Habis bermesraan dengan cowok lain kamu langsung berubah lagi?"
Itu pertanyaan vino. Pria itu kini tengah masuk ke dalam rumahnya. Lalu menghempaskan dirinya di sofa putih yang ada di situ.
"Vin. Apa yang dimaksud? Aku lelah Vin."
Vino tampak terkejut saat mendengar pengakuannya.
"Kamu itu istriku Mel. Sampai kapan pun kita sudah sah menurut agama. Jadi jangan langgar hal itu. Kamu itu istriku."
Deg
Melati lupa. Mereka memang sudah menikah. Bukankah itu impiannya? Melati menatap Vino yang kini menatapnya tajam.
"Iya aku gak lupa kok Vin."
Tapi sungguh, jantungnya kenapa berdegup kencang begini?
Vino langsung menjentik hidung Melati.
"Bagus. Ya sudah aku pulang dulu. Masih harus ada yang di kerjakan."
Kenapa Melati merasa kecewa? Kenapa Vino begitu sebentar di sini?
Melati mengangguk dan mengikuti langkah Vino. Tapi kemudian pria itu menoleh kepadanya. Menatapnya dalam diam. Makin membuat Melati tampak canggung.
"Aku suamimu. Sebenarnya aku ingin di sini lebih lama. Bahkan igin menginap di sini. Tapi sayang. Kita masih harus sembunyi-sembunyi. Aku ingin resepsi kita nanti banyak orang yang terkejut. Itu intinya. Jadi bersabar ya sayang?"
Vino mengusap pipinya. Lalu tanpa berkata apapun pria itu membalikkan badannya. Dan melangkah menuju mobilnya.
Melati menghembuskan nafas lelahnya. Benarkah pria tampan tadi memang jodohnya?
Bersambung
Harusnya ketik panjang lebar. Tapi mata kok udah kriyep kriyep. Gak bisa di buka nih. Yuk ah gud nite all
KAMU SEDANG MEMBACA
seputih Melati
RomanceMelati. Dia menepi ketika seluruh dunia sepertinya hancur di depannya. Kematian kakak kandungnya yang sangat di sayanginya sangat memukulnya. karena semua itu terjadi karena dirinya. Mengasingkan diri dari keluarganya adalah satu-satunya jalan yang...