Putih, tinggi, dan ganteng? Apa jangan-jangan yang dimaksud Eric itu cowo yang nabrak gue tadi? Tapi cowo dengan ciri-ciri itu di kampus ini sih banyak, gak cuma dia.
Dan, gue gak pernah liat dia sih, perasaan gue hapal semua deh wajah-wajah senior di sini. Hmmm, mungkin dia mahasiswa jurusan lain yang kebetulan lewat karena ada kepentingan.
"Na, anna annaaaaaa." jerit Diandra.
"Eh, santai dong. Kebiasaan banget jerit-jerit gak jelas." Anna membulatkan telapak tangannya, menghembuskan udara ke dalamnya kemudian meletakkannya di sekitar telinga.
"Lo sih melamun. Kita kan lagi penasaran dengan cowo yang titip salam ke Stella."
"Gue gak melamun kok." bantah Anna.
"Tapi kok diem aja? biasanya lo yang paling heboh soal beginian." balas Diandra lagi.
"Hush! Kok kalian jadi berantem sih." Mecca jengah dengan pertengkaran Anna dan Diandra yang terjadi hampir setiap hari. Mereka seperti kucing dan anjing, tetapi tidak tahan jika dipisahkan lebih dari sehari.
"Siapa ya kira-kira? Bantuin nebak dong." Stella nyengir kemudian membayangkan wajah senior yang titip salam padanya tersebut.
"Eric gak mau ngasi tau nama?" tanya Anna.
"Nah, Eric lupa siapa namanya, karena dia jarang kelihatan di kampus." jawab Stella.
Gotchaa!!! Firasat gue kok gak enak ya. Gue ngerasa cowo yang Stella maksud itu adalah cowo gue tabrak tadi pagi.
"Gak mungkin! Gak mungkin!" ucap Anna kuat-kuat sambil menggeleng.
"Gak mungkin apa, Na?" tanya mereka serempak dengan dahi berkerut.
"Gak mungkin apa?" Anna malah balik bertanya.
"Elo emang ya Na, buat emosi gue naik terus. Kurang-kurangin makan micin deh." Diandra menggeram kesal karena Anna selalu bertingkah konyol yang membuat emosinya meningkat.
Dibsaat mereka sedang asyik berbincang di hall, tiba-tiba lelaki yang menabrak Anna turun dari lantai atas dan berjalan melewati mereka.
Lelaki itu melirik sekilas ke arah mereka kemudian tersenyum tipis. Dia tersenyum-entah ke siapa, Anna ingin membalas senyum itu, namun Anna takut itu bukan untuknya, sehingga dia memilih menunduk.
"Eh itu siapa? Kok senyum ke arah kita? Kok ganteng banget?" tanya Stella dengan mata berbinar-binar ketika lelaki itu sudah melewati mereka.
"Dan, omong - omong, cirinya juga mirip dengan yang dibilang Eric. Apa dia yang titip salam ke gue? Makanya tadi dia senyum ke arah sini? Dan, artinya dia senyum ke gue dong?" Stella memberondong dengan banyak pertanyaan.
"Gak mungkin deh kayanya, Stel. Dia mah kecakepan untuk titip salam ke lo, hehe." ujar Mecca.
"Kok jahat sih, Mec. Gini - gini, gue kan cantik juga." Stella yang awalnya bahagia, dalam beberapa detik berubah menjadi sedih karena pernyataan Mecca.
"Gue kaya pernah liat itu cowo deh, duh tapi kapan ya " Diandra mengingat-ngingat, kemudian menyikut bahu Anna.
"Eh? Kenapa, Di?" jawab Anna terkejut.
"Dia yang tadi pagi nabrak lo, bukan?" tanya Diandra memastikan.
"Gak tau, gue gak ingat."
Anna berbohong. Tentu saja dia sangat ingat betul wajah orang yang menabraknya tadi pagi. Hanya dalam sekali pandang, Anna telah jatuh hati.
Tapi Anna takut mengakuinya di depan mereka.
Stella telah jatuh hati dengan pria itu, apa mungkin Anna tega, secara blak-blakan menyatakan jika dia juga menyukai lelaki yang sama?
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonatta
Любовные романы[Private Acak, Harap Follow dulu] Namanya Anna Mahendra. Dia adalah mahasiswi Arsitektur semester 5 jalur beasiswa program pemerintah. Dia gadis polos tanpa make up, tanpa high heels, tanpa kendaraan mewah. Dia berbeda. Suatu bulan, Ia jatuh ke bula...