Bab 15 - Salahkah?

542 42 7
                                    

Stella mengusap matanya sembari menguap, Ia menggeliat di atas kasur kemudian menjauhkan selimut dari tubuhnya.

Dengan mata setengah terpejam, Stella meraba sisi kiri dan kanan bantal untuk mencari ponselnya.

Ketika layar ponselnya menyala, Stella refleks memejamkan mata beberapa detik, kemudian membuka matanya kembali pelan-pelan.

"Masih jam 7 anjir, kok tumben gue cepat bangun ya." Ujar Stella pada dirinya sendiri.

"Eh, Anna mana ya?" Stella mengedarkan pandangannya ke segala arah dengan posisi yang belum berubah hingga matanya tertuju ke arah pintu menuju balkon yang terbuka.

"Sialan, pantes gue kedinginan dari tadi, pintunya gak ditutup."

Dengan berat hati, Stella bangkit dari tempat tidur dan mencepol rambutnya secara asal, berjalan menuju pintu, dan menutupnya.

Namun, ketika Stella ingin menutupnya, Ia penasaran dengan keadaan sekitar villa, pasalnya kemarin mereka tiba pada malam hari, jadi tidak kelihatan apa-apa selain kegelapan.

"Bagus juga ya pemandangan di sini." Stella menghirup oksigen perlahan, kemudian melepaskannya.

"Tapi, kok sepi ya? Anna kemana? Kak Atta juga kemana?"

Stella meneguk ludah, Ia terpikir sesuatu, kemudian refleks berbalik badan. Dengan napas memburu, Ia berlari keluar kamar dan turun ke bawah. Stella menyusuri setiap ruangan yang ada di villa tersebut.

"Anna?"

"Kak Atta?"

"Kalian di mana?"

Tersisa hanya kamar Atta saja lah yang belum dibuka oleh Stella karena dalam keadaan terkunci.

"Gak."

"Gak mungkin kalau mereka di dalam kamar kak Atta." Ujar Stella dengan napas yang tak beraturan.

Stella menggeleng-gelengkan kepala sembari berjalan menuju teras, Ia membuka pintu yang kondisinya tidak terkunci.

"Mereka ke mana?"

Stella kembali mengedarkan pandangan ke sekeliling dan tanpa sengaja Ia melihat dua gelas teh yang tersisa sedikit dalam keadaan dingin.

Stella meneguk ludah.

"Apa- apaan ini?" Stella mengepalkan kedua tangannya.

"Sialan."

Dengan perasaan gusar, Stella melangkahkan kaki menuju pekarangan, dari jauh Ia melihat dua orang itu sedang berjalan beriringan sambil tertawa.

Stella membalikkan badan, mengambil posisi duduk dan merilekskan degup jantungnya yang memburu.

"Sabar, Stel." Stella melemaskan genggaman tangannya.

***

Di lain sisi, Anna dan Atta sedang berjalan balik menuju villa dengan diiringi tawa. Mereka membahas hal-hal ringan; seperti menceritakan kebiasaan-kebiasaan Aga, yang sering disebut batu berjalan oleh teman-temannya.

"Kenapa dikasi gelar batu sih kak? Kak Aga keras kepala?" tanya Anna sembari tertawa, pandangannya lurus ke depan.

"Bukan, dia pendiam, kayak batu." jawab Atta kemudian iseng menarik syal yang digunakan Anna.

Anna menoleh secepat kilat karena merasa ada yang menariknya, "Kakak yang barusan narik syalnya?" Tanya Anna dengan wajah bingung.

Sembari tersenyum, Atta menggeleng, "Enggak."

MoonattaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang