Stella yang bosan menunggu Atta memilih tidur di dalam mobil sambil memposisikan tubuhnya menyamping ke arah kursi pengemudi.
Satu jam kemudian, Atta kembali menuju mobil dengan wajah tenang sambil menenteng berkas-berkas yang dibawanya tadi.
Ketika Atta membuka pintu mobil, pandangannya langsung mengarah ke Stella yang sedang tertidur.
Kakinya melemas, Ia meneguk ludahnya kembali.Pelan-pelan, Atta masuk ke dalam mobil tanpa membangunkan Stella. Tangan kirinya, Ia gunakan untuk meletakkan berkas ke kursi belakang, sedangkan tangan kanannya memegang kemudi dengan gemetar.
Iman Atta roboh seketika melihat posisi Stella seperti ini. Bagaimana mungkin Stella bisa mengenakan rok pendek yang sudah robek dan kemeja ketat ini? Sedangkan selama ini yang Atta tahu, Stella selalu mengenakan pakaian yang sopan ketika di kampus.
Ya, 'ketika di kampus' saja, di luar kampus Atta sama sekali tidak tahu.Atta memandangi Stella tanpa kedip. Ia tiba-tiba kikuk sendiri.
'Kok gue panas ya tiba-tiba, anjir disini banyak setan kali ya?' Batin Atta.
Atta membalikkan tubuhnya ke depan kemudian pelan-pelan menyalakan mobilnya.
Atta mengendarai mobil dengan sangat pelan karena takut membangunkan Stella.
'Biarin aja dia tidur deh, lebih enak dilihat, gak pecicilan dan gak banyak tanya, lagian kakinya juga masih sakit, kasihan.' Batinnya.
'what? Gue bilang apa? Lebih enak dilihat?'
Kemudian Atta menoleh ke samping lagi. Ia melihat posisi kepala Stella hampir jatuh ke samping, dengan sigap Atta mendekatkan bahunya.
'Tapi sorry, Stel, walaupun lo kenyataannya se-sexy ini, hati gue cuma untuk Anna. Dulu gue, cuma tertarik doang sama lo, gak lebih.' Batinnya lagi.
Tiba-tiba Stella yang sedang tertidur, mengapitkan lengannya ke lengan kiri Atta. Sontak membuat Atta kesulitan untuk menyetir, tubuhnya miring sebelah.
'Ini gue bangunin aja kali ya? Gue ribet banget begini, tapi, astaghfirullah, itu rok kok makin kesingkap aja, dia gak kedinginan apa ya?'
Atta melihat wajah Stella yang kini berada di bahunya.
'Ah tapi kasihan, udah mau nyampe ini.' Batin Atta lagi.
Atta meneruskan perjalanan yang sudah tidak terlalu jauh tersebut dengan kondisi tubuh yang miring sebelah sambil sesekali menyeka rambut Stella yang jatuh menutupi wajahnya.
'Dia kok gak bangun-bangun ya, perasaan tadi malam dia yang tidur paling cepat.' Atta mengomel dalam hati.
***
Mereka sampai di villa pukul 3 sore dengan keadaan tubuh Atta yang sudah kram sebelah sedangkan Stella tidak kunjung bangun juga.
Pelan-pelan, Atta meletakkan posisi kepala Stella ke sandaran kursinya.
'yah, kenapa gak dari tadi, Ta. Lo kan ga perlu pegel-pegel, emang dasar lo pengen aja kan, Ta? Inget, lo cuma suka Anna, Ta.' Sedari tadi, Atta membatin dalam hati.
Atta keluar dari mobil kemudian membuka pintu penumpang.
'Ini mau gak mau, gue harus gendong dia lagi kan? Mending dia tidur gini aja ya, daripada bangun, entar gue ketahuan gugupnya karena gak pernah gendong cewe.'
Atta memajukan tubuhnya ke dalam mobil kemudian meraih kaki dan punggung Stella dengan kedua tangannya, hingga wanita itu berada di dekapannya.
Setelah benar-benar keluar dari mobil, Atta menutup mobil dengan pinggangnya dan mengeratkan Stella di gendongannya.
Atta gugup sekali namun Ia sudah pasrah karena, ya, ini adalah jalan satu-satunya.
Sepanjang perjalanan menuju lantai atas, Atta berulang kali tergoda untuk terus menatap Stella, namun dengan sisa-sisa iman yang ada pada dirinya, Ia tetap memandang ke arah depan.
Hingga tiba-tiba, Stella merekatkan kedua lengannya di bahu Atta, dan tubuh mereka menyatu. Namun kali ini, tidak ada penolakan dari Atta, dia diam saja, tidak seperti kali pertama tadi.
Stella bersorak dalam hati, karena Ia pelan-pelan bisa berhasil melelehkan hati Atta.
Sebenarnya, Stella sudah terbangun sejak Atta menyandarkan kepalanya ke sandaran, namun Ia sengaja tidak membukakan matanya.
***
Atta membuka pintu kamar atas dengan sikutnya kemudian meletakkan Stella di atas tempat tidur.
Napas Atta terengah-engah disambut oleh titik-titik peluh di dahinya, Ia masih berdiri di samping tempat tidur sambil terus memandangi Stella.
'Cukup, Ta! udah, jangan kelewatan.'
Atta menggelengkan kepala sembari membentangkan selimut hingga menutupi keseluruhan tubuh Stella.
Atta mengelus puncak kepala Stella beberapa detik, kemudian berkata.
"Tolong maafkan Anna, Stel."
Atta kemudian bergegas keluar kamar dan menutup pintu dari luar. Ia berjalan menuruni anak tangga dan duduk di tangga yang terakhir.
Atta menelungkupkan seluruh wajahnya dengan ditopang kedua tangannya.
"Ya Tuhan, tolong berikan aku kekuatan berada bersama wanita itu hingga esok hari, aku takut khilaf."
***
Sedangkan di kamar, Stella langsung membeku ketika Atta menyebutkan nama Anna setelah Ia pikir hampir berhasil mendapatkan hati Atta.
"Anna lagi, Anna lagi!" Ujar Stella sambil mengacak-acak selimutnya.
Stella bangkit dan duduk di bibir tempat tidur dengan napas menggebu-gebu.
'Oke, gak bisa dikasih kendor nih! Gue masih punya kesempatan sampe besok kan? Gue bakal buat kak Atta gak bisa lari dari gue.'
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonatta
Romance[Private Acak, Harap Follow dulu] Namanya Anna Mahendra. Dia adalah mahasiswi Arsitektur semester 5 jalur beasiswa program pemerintah. Dia gadis polos tanpa make up, tanpa high heels, tanpa kendaraan mewah. Dia berbeda. Suatu bulan, Ia jatuh ke bula...