Bab 20 - Godaan

305 26 6
                                    

Atta mengunci pintu villa, kemudian dengan alis yang bertautan, Ia bergegas berjalan menuju mobil dan membukakan pintu untuk Stella.

"yuk, Stel." Ujar Atta tanpa melirik ke arah Stella, kemudian Ia berjalan memutar dan masuk menuju kemudi lalu menyalakan mesin.

Stella melangkahkan kaki menuju mobil, namun saat akan membuka pintu, Ia menghela napas sambil menundukkan wajahnya.

"Are you okay, kak?" tanya Stella sambil menoleh ke arah Atta beberapa detik.

"I'm okay." Jawab Atta dengan intonasi suara yang sangat pelan, wajahnya tak menoleh sedikitpun.

"Kok kakak murung?" Tanya Stella.

"Gapapa, kepikiran aja."

"Kepikiran apa kak?" Tanya Stella sembari melipat ujung roknya.

Atta tertegun dan kebingungan harus jawab apa, "Nngg, itu, yaa kepikiran proyek inilah, ini kan kita datangnya telat, ya, kakak takut ngecewain owner." Ucap Atta beralasan.

Stella menggangguk ragu, "Oh iya kak, kakak pasti dengar tadi aku marah-marah ke Anna kan? Aku minta maaf ya kak, gara-gara aku, kakak jadi telat."

"Jangan dibahas yang tadi lagi ya, kakak lagi gak mood."

Stella memilih diam setelah itu, namun Ia sedang berpikir keras bagaimana caranya mengambil hati Atta, karena menurutnya, ini kesempatan yang sangat bagus untuk berdua-duaan dengan Atta, setidaknya sampai besok hari.

Stella melirik Atta sekilas kemudian senyum-senyum sendiri, namun yang dilirik sama sekali tak menyadarinya, karena Ia sedang berkecamuk dengan pikirannya sendiri.

***

Sesampainya mereka di proyek tersebut, Atta langsung bergegas mengambil berkas yang Ia letakkan di jok belakang tanpa memerdulikan Stella yang berharap dibukakan pintu.

"Stella, kakak buru-buru nih, kamu bisa tunggu di sini atau keliling-keliling di sekitar sini juga bisa, bilang aja kamu temennya Atta." Ujar Atta kemudian membanting pelan pintu mobil.

Stella mengerucutkan bibir sembari merapikan rambutnya dengan jari-jemarinya. Kemudan Ia mengambil tasnya dan memilih keluar mengejar Atta yang berjalan sangat cepat.

Stella mengikuti langkah kaki Atta tanpa memerhatikan keadaan jalanan setapak yang dipenuhi kerikil-kerikil bekas konstruksi yang belum dibersihkan.

"Aduhh! Kak Atta.. kak Atta." Teriak Stella dengan suara kesakitan.

Baru juga beberapa langkah, Stella sudah tersungkur karena high heels-nya menginjak kerikil-kerikil tersebut.

Atta yang mendengar suara Stella kembali mengacau, membuang napas kasar sambil meremas berkas-berkasnya tersebut.

'Kenapa lagi sih ini anak? Nyusahin aja'. Gerutu Atta dalam hati kemudian setelahnya Ia menoleh ke belakang.

Mata Atta membelalak tak percaya. Ia langsung berlari ketika melihat Stella tersungkur di antara kerikil-kerikil tersebut.

"Kok bisa, Stel?" Tanya Atta kemudian secara refleks Ia langsung membersihkan kaki Stella yang dipenuhi pasir

Pandangan Atta beralih ke lutut Stella yang berdarah.

"Aduh, ini berdarah..." Ucap Atta panik.

"...Kamu bisa jalan? Biar kakak bopong."

Stella mengangguk dan mencoba berdiri dibantu oleh Atta, namun ketika Stella menginjakkan kakinya yang kedua di tanah, Ia tergelincir lagi, namun kali ini Ia tidak langsung jatuh ke tanah karena Atta dengan sigap menangkapnya hingga membuatnya berada di pelukan Atta saat ini.

MoonattaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang