Bab 16 - Pergi

663 51 15
                                    

Anna keluar dari kamar dengan mata sembab sembari membawa tas jinjingnya. Ia memutuskan untuk pulang hari ini karena tak mau memperpanjang masalahnya dengan Stella.

Biarlah, Anna bahkan tidak mengerti harus bersikap seperti apa. Di satu sisi, Ia tak bisa mengubur perasaan yang sudah terlanjur tumbuh, namun di sisi lain Ia tak mau Stella membencinya.

Perasaan ini terlalu rumit untuk diterjemahkan, apalagi, momen sunrise tadi pagi, memantapkan hatinya, bahwa Ia benar-benar menyukai Atta.

Dan, keputusan Anna untuk pulang pagi ini mungkin adalah yang terbaik untuk saat ini. Toh, di sini juga, Anna pasti hanya dianggap Stella sebagai pengganggu.

Tadi, selagi Anna beres-beres, Stella masih di kamar mandi, sehingga Stella tidak tahu menahu tentang kepulangan Anna.

Ah, pasti Stella juga akan sangat bahagia dengan keputusan ini. Bukankah ini yang Ia inginkan? Menghabiskan waktu berdua dengan Atta, tanpa adanya p-e-n-g-g-a-n-g-g-u.

***

Anna menuruni satu persatu anak tangga dengan langkah gontai, Ia kehabisan energi karena menangis.

Sedangkan Atta, berada di teras sekarang. Ia baru saja selesai mandi, dan sekarang Ia sedang menunggu yang lain untuk sarapan. Ia sangat berharap, masalah tadi sudah selesai.

"Anna!" Sapa Atta, ketika Atta melihat Anna melewatinya begitu saja dan berjalan menuju pekarangan.

Anna berbalik, wajahnya pucat, matanya bengkak, dan rambutnya berantakan.

Atta berdiri kemudian menghampiri Anna. Rasanya, Atta ingin sekali mendekap gadis itu, dan meminta maaf karena telah membuatnya berada di kondisi sulit seperti ini.

Kalau aja, gue bisa mengendalikan perasaan gue, dan menuruti kata-kata Aga untuk menjauhi lo. Lo pasti gak  seperti ini, Na. Batin Atta sembari menatap Anna dalam diam.

"Mau kemana? Kamu belum sarapan. Makan dulu sana." Ujar Atta setelah diam beberapa saat.

"Gapapa kak, aku mau pulang aja." Jawab Anna dengan wajah tertunduk.

"Kenapa pulang?" Atta pura-pura tidak mengetahui kejadian yang sudah terjadi beberapa saat lalu.

"Aku lupa kalau ada asistensi hari senin kak, dan aku belum ngerjain sama sekali."

Atta tau Anna berbohong tapi Ia juga gak bisa memaksa Anna untuk cerita.

"Aku anterin ya?" pinta Atta dengan wajah khawatir.

"Gausah kak, nanti Stella gak ada temen di sini. Aku udah nyuruh kak Aga jemput kok." Anna tentu saja menolak ajakan Atta, karena hal itu akan semakin memperkeruh suasana antara dia dan Stella.

"Serius? Aga jemput ke sini kan?" Tanya Atta memastikan.

Anna menggeleng, "Aku nyuruh kak Aga jemput di persimpangan depan kak, aku pergi ya kak."

Sepanjang Anna berbicara, Anna tidak menatap Atta sama sekali, Ia tak ingin air matanya meleleh lagi.

Anna berbalik badan kemudian melangkah pergi karena tak mendapat reaksi lagi dari Atta. Di sisi lain, pikiran Atta sudah kalang kabut membayangkan reaksi Aga, jika tahu Anna bersamanya.

***

Anna tidak benar-benar menelpon Aga, Ia hanya ingin meninggalkan villa itu secepatnya.

Benar kata orang-orang; cinta itu sepaket, ada bahagia dan air mata.

Rasanya, baru saja, Anna merasa bahagia dan melambung di udara, namun kini Ia harus menerima kenyataan pahit itu lagi.

MoonattaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang