Bab 19 - Ikhlas

663 34 6
                                    

Aga mengendarai mobil dengan kecepatan rendah. Kali ini, Ia benar-benar berusaha keras untuk mengontrol emosinya.

Aga melirik Anna yang sedang melamun di bangku penumpang.

"Na, lo kenapa? Ada apa sebenarnya? Alasan lo pulang sebenarnya bukan karena lo belum ngerjain tugas kan?" Tanya Aga memulai pembicaraan.

Anna menggeleng.

"Bukan kak..." Lirih Anna.

"... Stella nuduh gue nusuk dia dari belakang."

"Maksudnya?" Aga mengernyit bingung dengan penjelasan Anna yang terdengar gantung.

"Iya, Stella suka sama kak Atta, kak. Jadi awal ceritanya tuh, tadi pagi, gue sama kak Atta jalan-jalan di sekitar villa untuk lihat sunrise. Nah karena si Stella belum bangun, ya gak kami ajak kak. Terus, pas kami di jalan balik menuju villa, ternyata dia udah nungguin kami di teras. Dia langsung cemburu dan marah-marah ke gue." Ujar Anna dengan air muka penuh penyesalan, matanya memanas dan pelan-pelan menitikkan tetes demi tetes air mata.

Aga mengerem mobilnya tiba-tiba. Jantungnya berhenti berdetak, wajahnya juga memerah.

Dengan cepat, Aga keluar dari mobil dan berlari ke belakang.

Aga benar-benar cemburu, namun Ia berusaha menyembunyikan perasaan itu karena Ia takut kejadian beberapa hari lalu terulang kembali, ya, ujung-ujungnya Ia malah memarahi Anna, dan Anna balik marah ke Aga. Dan, hubungan mereka menjadi kurang baik.

Aga bersandar di sisi belakang mobil sambil memegang dadanya yang berdegup sangat kencang.

"Segini parahnya ya efek cemburu itu? Gue gak mau kehilangan Anna. Gue gak mau!"

Setelah beberapa menit, degup jantungnya kembali normal, Aga kembali masuk ke dalam mobil dan mendapati wajah kebingungan Anna, dengan sisa-sisa air mata yang tersisa.

"Kakak kenapa? Kok tiba-tiba keluar?"

Aga memutar bola matanya, berusaha mencari-cari alasan.

"Tadi gue nahan kentut." Aga tersenyum kecut.

"Ih kakak jorok, gak lucu tau." Anna membuang muka ke arah jendela sambil menutup hidungnya.

Aga refleks tertawa melihat air muka Anna yang sudah kembali membaik. Aga mendekat kemudian mengusap rambut Anna dengan lembut.

"Kalo lo gak suka dengan Atta, lo gak nusuk Stella dari belakang kok, Na." Lirih Aga tepat di telinga Anna.

"...Lo ga suka Atta, kan?" Aga menatap Anna dalam, Ia ingin melihat kejujuran yang terpancar dari mata Anna. Karena katanya, mata gak bisa berbohong.

Dengan berat hati, Anna menggeleng kemudian tersenyum.

Gue harap enggak, Na.

***

Disisi lain, Atta tampak sibuk menyiapkan berkas-berkas yang harus dibawa ke lokasi proyek sambil sesekali menelepon seseorang. Ia akan melanjutkan tujuannya datang ke kota ini, dan melupakan permasalahan hari ini, setidaknya sampai besok.

"Mohon maaf pak, saya terlambat. Tiba-tiba ada urusan mendadak yang tidak bisa saya tinggalkan. Apakah bapak bisa menunggu 20 menit lagi? Saya sedang dalam perjalanan." Jelas Atta kepada seseorang di balik telepon.

"Oke baik pak, mohon maaf sebelumnya ya pak." Atta memutuskan sambungan telepon.

***

"Stella, ayo, kakak udah mau berangkat. Kamu jadi ikut?" teriak Atta dari ruang tamu.

Sepertinya Atta harus melewati jalan yang sudah ditakdirkan. Ia harus menjauhi Anna demi kebaikan hubungan persahabatan keduanya.

"Jadi kak, aku turun." Stella berjalan cepat mengikuti Atta menuju teras sambil menenteng sepasang high heels. Stella mengganti pakaiannya menjadi kemeja pendek dengan rok lipit selutut.

"Pake dulu sepatunya." Ujar Atta yang sedang duduk di bangku teras.

Stella tersenyum kemudian dengan posisi berdiri, Ia memasang high heelsnya. Ia kesusahan hingga membuatnya hampir terjatuh.

Atta geleng-geleng kepala.

"Duduk di situ Stel." Atta menyuruh Stella duduk di sebelah Atta, sedangkan Atta berdiri dan mengambil posisi berlutut di depan Stella.

"Jangan grasak grusuk, ntar kamu jatuh." Lanjut Atta sembari mengambil posisi mengaitkan beberapa tali yang terdapat di high heels Stella tersebut.

Wajah Stella memerah karena malu diperlakukan manis oleh Atta.

Halloooo!!! update nih update. Dibaca, trus dikomen ya wkwk

MoonattaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang