Pukul 7 malam, Stella sudah siap untuk melanjutkan aksinya. Ia sudah rapi dengan tanktop dan short-pants nya.
Dengan langkah kaki yang terpincang-pincang, Stella berdiri di depan cermin sembari melepas cepolan rambutnya dan membiarkannya terurai hingga dada.
Tiba-tiba angin bertiup cukup kencang dari arah ventilasi dan balkon yang terbuka, sehingga membuat gorden-gorden putih yang menutupi jendela saling bergoyang seirama.
Hawa dingin tersebut merambat masuk ke dalam kamar hingga menusuk kulit, membuat Stella menggigil kedinginan. Ia menggosok-gosok kedua tangannya agar tetap hangat.
"Anjir, dingin banget, tapi, ya kali gue ganti baju. Gak mau ah, kapan lagi bisa berduaan sama kak Atta." Ucap Stella sembari keluar kamar dan turun menuju lantai bawah dengan langkah terpincang-pincang.
Saat Stella sedang menuruni anak tangga, Atta keluar dari kamar mengenakan piyama berwarna cokelat, wajahnya terlihat segar, ditambah lagi terdapat butir-butir air yang membasahi rambutnya, sehingga membuat kadar ketampanannya bertambah 2 kali lipat.
"Loh? Udah bisa jalan? Padahal barusan kakak mau jemput ke atas." Ujar Atta berbasa-basi kemudian menghampiri Stella yang kelihatannya sulit sekali untuk berjalan.
'Sialan, tau gitu, gue diem dulu tadi di kamar.' Batin Stella.
"Masih sakit sih kak, tapi karena udah lapar banget, jadi dipaksa-paksain jalan deh kak..." Jawab Stella.
"...Aduh kak, nyeri banget." Keluh Stella yang refleks memegang pundak Atta.
Atta yang terkejut dengan sergapan tersebut dengan sigap menangkap tubuh Stella yang melemah dan hampir terjatuh.
"Masih sakit banget ya, Stel?" Tanya Atta sembari memapah Stella menuju sofa ruang tamu.
"Sakitnya suka tiba-tiba gitu kak, tiba-tiba berdenyut, tiba-tiba baikan." Ucap Stella dengan intonasi suara yang melemah.
Atta mendudukkan Stella di sofa tersebut, yang kemudian diikuti oleh Atta yang duduk di sampingnya, namun masih terdapat jarak di antara mereka.
Atta memandang Stella dari atas hingga bawah dengan dahi yang berkerut kemudian meneguk ludah.
"Kamu gak kedinginan?" Tanya Atta sembari meluruskan kakinya ke lantai.
"Enggak kak." Jawab Stella dengan santai.
"Ah masa? Kayaknya malam ini jauh lebih dingin daripada malam kemarin deh." Atta meragukan ucapan Stella
Stella menggeleng kemudian Ia mengipasi dirinya dengan telapak tangannya seolah-olah sedang kegerahan, padahal saat ini suhu mencapai 23°.
'tok tok tok'
Pintu belakang digedor.
"Kak, itu suara apaaa? Kita kan cuma berdua disiniiii." Ujar Stella ketakutan kemudian melompat ke pelukan Atta.
'Astaghfirullah, serius, ini gue lebih takut kalo Stella begini daripada suara ketokan pintu dari luar itu.' Batin Atta.
"Tenang, Stel. Gak ada apa-apa." Ucap Atta kemudian menjauhkan tubuh Stella dan memberi jarak di antara mereka.
"Kakak coba cek ya." Ucap Atta lagi kemudian bangkit dari posisi duduknya menuju pintu belakang.
Atta membuka pintu dan mendapati ibu pemilik rumah sebelah sedang menenteng beberapa lapisan rantang dengan senyum mengembang.
"Ini untuk makan malamnya nak Atta, maaf kalo Ibu telat mengantarnya, harusnya tadi sore, tapi tadi ibu kesorean pulangnya dari kebun." Ucap Ibu dengan nada penyesalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonatta
Storie d'amore[Private Acak, Harap Follow dulu] Namanya Anna Mahendra. Dia adalah mahasiswi Arsitektur semester 5 jalur beasiswa program pemerintah. Dia gadis polos tanpa make up, tanpa high heels, tanpa kendaraan mewah. Dia berbeda. Suatu bulan, Ia jatuh ke bula...