Aga memarkirkan motornya di parkiran salah satu rumah makan Minang yang letaknya tidak jauh dari kampus.
Setiap hari Aga selalu menghabiskan waktu makan siang di tempat ini bersama temannya, Beni. Tapi, berhubung hari ini Beni sedang ada urusan di luar, dia tidak ke kampus terlebih dahulu seperti biasanya, namun langsung menuju rumah makan.
"Kak Aga, perasaan gue kok gak enak ya?" Anna meneguk ludah.
"Santai aja, cuma satu orang kok. Si Beni, kenal kan, Na?" ujar Aga sambil terus berjalan menuju tempat duduk yang biasa dia dan Beni duduki, sedangkan Anna hanya mengikuti dari belakang.
"Oh kak Beni aja kan, kak? Alhamdulillah, gue nyantai kalo dia aja sih." ucap Anna sambil terus mengikuti langkah Aga, namun matanya fokus ke layar ponsel.
"Woy Atta! Tumben banget lo join bareng kita." ujar Aga sambil menarik kursi dan duduk setelahnya.
Namun, Anna masih fokus ke layar ponsel dan tetap berdiri di samping Aga.
"Na, duduk. Betah banget berdiri di situ." Aga menoleh ke arah Anna kemudian menarik lengan bajunya untuk duduk.
"Eh iya, maaf kak." Anna mengalihkan pandangannya dari ponsel ke arah tempat duduk yang ada di depannya sedangkan tangan kanannya menyimpan ponsel tersebut ke dalam saku celana.
Deg.
Tiba-tiba tubuh Anna kaku dan senyumnya kikuk ketika menyadari keberadaan seseorang.
"Na, kenapa? Ayo duduk sini." Aga mengernyit bingung.
"Ha...eh... iya kak." jawab Anna gugup, dia menarik napas kemudian mengeluarkannya perlahan. Anna berusaha menormalkan degup jantungnya kembali.
Dia? Dia temen sekelas kak Aga? Semesta, kenapa dunia ini begitu sempit? Kalo dia temennya kak Aga, kenapa gue gak pernah lihat dia selama ini? Kenapa wajahnya begitu asing? Kenapa pertemuan pertama kami tadi pagi begitu memalukan?
Dan, apa jangan-jangan dugaan Stella benar, bahwa senior yang dimaksud Eric itu temennya kak Aga ini.
"Tumben ya, lo mau makan di kampus, biasanya kan sibuk ngawas proyek dosen, dan bisnis baru." Aga menyenggol bahu Atta.
Posisi duduk mereka saat ini adalah Atta dan Aga bersebelahan, sedangkan di depan Atta adalah Beni dan di samping Beni adalah Anna.
Oh namanya Atta. Atta? Attalarik Syah? Atta janeta? Atta apa? Gumam Anna dalam hati
Atta tersenyum.
"Iya nih, hari ini gue bimbingan, jadi bisnisnya off dulu, kalo ngawas, gue biasanya weekend kok." jawab Atta.
Aga mengangguk.
"Lo kenal dia, Na?" tatapan Aga mengarah ke Anna yang sedari tadi bengong tak percaya.
"Hah?" Anna melongo.
Atta tertawa melihat tingkah Anna hingga matanya membentuk garis lurus.
"Lo ngelamunin apa sih, Na? Gue nanya, lo kenal dia gak?" Aga menunjuk ke arah Atta.
"Pernah ketemu sekali, tapi gak kenal kak." jawab Anna sekenanya.
"Denger tuh, Ta. Junior aja ga kenal sama lo. Keasikan kerja sih lo." ujar Beni.
"Hehe, tapi seminggu-dua mingguan ini, gue full di kampus kok..." jawab Atta membela diri.
"...nama kamu siapa?" Atta mengalihkan pandangannya ke arah Anna setelahnya.
"Eh? Namaku Anna kak." jawab Anna dengan segala kontrol-an degup jantung, tangan yang panas-dingin, hidung berkeringat dan pipi yang memerah.
Atta mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonatta
Romance[Private Acak, Harap Follow dulu] Namanya Anna Mahendra. Dia adalah mahasiswi Arsitektur semester 5 jalur beasiswa program pemerintah. Dia gadis polos tanpa make up, tanpa high heels, tanpa kendaraan mewah. Dia berbeda. Suatu bulan, Ia jatuh ke bula...