Mana mungkin dia mau nganterin lo pulang, Na. Ditegur duluan aja udah syukur banget.
Anna kembali meneruskan langkahnya menuju halte. Cuaca kala itu mendung, semendung hatinya karena belakangan ini Ia sering dilema bagaimana harus bersikap.
Beberapa detik kemudian, tetes demi tetes hujan jatuh membasahi rambutnya, Anna masih berjalan santai tanpa mengubah kecepatan.
Namun tiba-tiba langit murka, petir menyambar dengan dentuman yang mengejutkan. Begitu juga Anna, Ia langsung berucap dalam hati.
Setelah petir menyambar, hujan turun dengan sederas-derasnya. Dengan langkah seribu, Anna langsung berlari menuju halte yang jaraknya tidak kurang dua meter dari posisinya berdiri sekarang.
Rambut dan kemeja Anna basah, namun tidak sampai kuyup.
Anna duduk dengan perasaan gelisah karena tidak ada satupun bus yang lewat selama hampir 10 menit. Sekarang pukul 16.45 dan pukul 17.00 bus berhenti beroperasi.
Jangan-jangan udah gak ada bus yang lewat lagi.
Anna mengacak-ngacak rambutnya kesal.
Anna menyesal memilih bus sebagai armada kepulangannya, karena jika Ia berjalan kaki, mungkin Ia telah sampai di kos saat ini. Paling tidak, ya walaupun basah, Ia sudah sampai di kos.
***
Di sisi lain, Atta yang juga kehujanan menepikan motornya di selasar gedung kemahasiswaan. Ia masih di dalam kampus ketika hujan mengguyurnya semenit yang lalu.
Atta memasukkan tas ke dalam jok motornya, tiba-tiba Ia teringat dengan Anna. Atta langsung melirik jam tangannya.
Ini kan udah hampir pukul 17.00, mana mungkin ada bus yang lewat lagi. Apa gue anterin aja ya? Tapi, gue kan bawa motor sama aja dia bakal kehujanan. Hm..oh iya, Aga.
Atta mencari kontak Aga di ponselnya, kemudian memencet tombol call.
"Ga, lo dimana?" tanya Atta sambil mengibas-ibaskan rambutnya yang basah.
"Gue lagi on the way ke Binjai. Kenapa Ta?" jawab Aga yang sedang menyetir.
Setelah Aga mendapat penolakan dari Anna, Ia langsung tancap gas balik ke rumah, mengganti motor dengan mobil dan langsung berangkat ke Binjai untuk urusan lain.
"Shh.. gapapa." Atta mematikan sambungan teleponnya.
Atta gusar sendiri, Ia berjalan mondar mandir sambil berpikir keras.
Kemudian tiba-tiba ide cemerlang muncul di kepalanya. Atta memencet beberapa digit angka kemudian tersambung, Ia berniat memesan taksi untuk Anna.
Setelah Atta memesan taksi tersebut, Ia langsung menancapkan motornya menuju sekitar halte tempat Anna menunggu bus. Kemudian, Ia bersembunyi di balik gedung.
"Kan bener dugaan gue, dia masih kejebak hujan di sini." ucap Atta pada dirinya sendiri.
Atta mengamatinya dari jauh. Tak butuh waktu lama, taksi tiba tepat di depan halte. Sesuai rencananya, Ia akan membuntuti Anna sampai rumah, karena Ia tak tenang kalau Anna pulang sendirian.
Sopir taksi tersebut membuka kaca mobil penumpang depan.
"Dengan mbak Anna? Ada seseorang yang memesan taksi untuk mbak. Dia bilang, mbak kejebak hujan." ujar driver taksi tersebut.
"Siapa ya pak yang memesan?" tanya Anna.
Anna cukup was-was dengan modus seperti ini, karena telah banyak tersebar berita gadis yang dilarikan kemudian dijual.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonatta
Romance[Private Acak, Harap Follow dulu] Namanya Anna Mahendra. Dia adalah mahasiswi Arsitektur semester 5 jalur beasiswa program pemerintah. Dia gadis polos tanpa make up, tanpa high heels, tanpa kendaraan mewah. Dia berbeda. Suatu bulan, Ia jatuh ke bula...