Aisy_4

2.1K 87 2
                                    

Flashback

Hari minggu adalah hari dimana aku biasa menghabiskan waktu bersama keluargaku terutama dengan putri kecilku Aisyah, Aisyah biasanya selalu minta di temani pergi ke taman di hari minggu karena Aisyah tidak memiliki teman bermain yang sebaya di sekitar rumah kami.

Selama empat tahun belakangan ini prioritasku adalah Aisyah, putri cantik ku yang Allah kirimkan untuk menemani dan mewarnai hidupku. Aisyah adalah anak yang ceria,aktif dan pintar. Bahkan Aisyah sudah lancar berbicara saat umur tiga tahun dan bisa berjalan lebih cepat dari kebanyakan anak seusianya waktu itu, Dia putriku yang sangat membanggakan.

"Ayah liat deh gambar Ai,bagus gak ?" tanya Aisyah seraya menghampiriku yang sedang duduk di sofa sedangkan ia menggambar di karpet bulu tidak jauh dari ku.

"Wahhh bagus bangettt,anak siapa si ini pinter bangetttt" ucapku seraya mengangkatnya keatas pangkuanku dan memeluknya dengan gemas serta  menciumi seluruh wajahnya yang membuat Aisyah tertawa kegelian.

"Anak ayah dong" ucap Aisyah lalu memeluk leherku dan merebahkan kepalanya di cekuk leherku setelah dia puas tertawa.

"Kalau sudah besar Ai mau jadi apa ?" tanyaku dengan tangan yang mengusap lembut punggungnya dengan segala perasaan kasih sayang yang aku miliki untuknya.

"Ai mau jadi guru... Ah enggak-enggak Ai mau jadi dokter,ehh tapi jadi polwan kan keren. Ihh Ai pusing mau jadi apa" ucapnya lalu mendongakan wajahnya menghadap wajahku "menurut Ayah Ai harus jadi apa kalau sudah besar ?" sambungnya.

"Emmmm apa ya ?" aku mengetuk ngetukan telunjuku di pelipisku pura-pura berpikir " Ayah serahin semua sama Ai aja mau jadi apa, bagi Ayah Ai jadi perempuan sholehah aja ayah sudah sangat senang" ku elus kepalanya lalu kucium keningnya dengan sayang.

"Oke Ai mau jadi sholehah aja, terus jadi guru deh biar ilmu Ai bermanfaat terus murid Ai jadi sholehah semua dehhh.. Yeeeee" Aisyah bersorak kegirangan sampai bertepuk tangan sendiri dengan tawa yang terus mengalir di bibirnya sontak hal itu membuatku tersenyum dan ikut tertawa saat Aisyah berdiri di atas pangkuanku lalu mengecup keningku beberapakali.

Cup "Ai sayang ayah"

cup "Ai cinta Ayah"

cup "Ayah cinta dan sayang Ai gak ?" tanyanya dengan tangan mungil yang menangkup wajahku. Mendengar perkataan nya tak terasa aku meneteskan air mata.

"Ayah kok nangis kan Ai sayang dan cinta sama ayah,ayah harus seneng dong" ucapnya lalu kembali memeluku begitu erat.

"Ayah gak nangis kok,ayah seneng banget. Ayah juga sayang dan cinta sama Ai" ucapku seraya mengecup rambut pirangnya. Setelah itu aku menggelitiki pinggangnya karena aku tahu jika tidak begini ia akan merasa sedih melihatku menangis.

"Hahaha... Aya-ah ge haha geli yah haha udah hahaa" Kami berdua tertawa bersama.

Mendengar Aisyah dan aku tertawa, ibu menghampiri kami berdua ke ruang tengah dengan senyum yang tersungging di bibirnya.

Aisyah yang melihat ibu datang lantas ia bersembunyi dibalik badan ibu untuk menghindar dari gelitikanku.

...

"Asa.." ucap ibu seraya menggenggam tangan ku.

Saat ini Aisyah telah kembali berkutat dengan gambar-gambarnya di atas karpet.

"Iya bu" ku tolehkan wajahku menghadap wanita tercantik dalam hidupku.

"kamu inget gak anak nya umi Dizah yang pernah ibu ceritain" tanyanya.

Aisy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang