Aisy_8

1.5K 90 2
                                    

Arsya yang kebetulan menghadap ke arah tempat suara itu tiba-tiba mengepalkan tangan begitu kuat sehingga buku-buku jarinya memutih setelah mengetahui siapa pemilik suara tersebut, beruntung jarak dia dan seseorang yang memanggilnya berjarak tiga meja darinya dan lalu lalang pelanggan dan pelayan menghalangi jalannya sehingga hal itu dimanfaatkan oleh Arsya untuk membawa Aisy pergi menjauh dari tempat itu sebelum Aisy menoleh dan mengetahui siapa orang yang memanggil Arsya tadi.

"sayang ayo kita pergi..."

Setelah mengatakan hal itu lantas Arsya menarik tangan Aisy dengan terburu-buru, sontak membuat sendok yang sedang Aisy pegang terjatuh saking tiba-tibanya Arsya menarik tangan Aisy.

"tapi mas itu mak—"

Ucapan Aisy terpotong begitu saja saat Arsya terus nenariknya menuju pintu keluar di sebelah kiri, Aisy yang merasa bingung hanya bisa mengikuti kemanapun Arsya membawanya. Setelah keluar dari cafe, Arsya membawa Aisy masuk ke dalam mobilnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"mas kita mau kemana?" tanya Aisy dengan tatapan lurus ke depan.

Merasa pertanyaannya tak di jawab lantas Aisy menoleh kemudian mengusap punggung tangan Arsya dengan lembut sontak membuat Arsya terlihat lebih rileks dari sebelumnya dan cengkramannya pada stir mobil pun sedikit mengendur seiring dengan kenyamanan yang Aisy ciptakan dengan elusan lembutnya.

"sayang di jok belakang Ada air minum, tadi kamu belum sempat minum kan?" ucap Arsya seraya mengusap kepala Aisy dan mengulas senyum manis kepada Aisy.

Setelah mengambil air minum dan meminumnya lantas Aisy kembali menyimpannya kembali setelah sebelumnya menanyakan apakan Arsya ingin minum atau tidak dan hanya di jawab dengan gelengan kepala.

Sebagai seorang istri dan perempuan tentu saja Aisy merasa sedikit cemburu ketika mendengar bahwa yang memanggil suami nya adalah seorang perempuan, terlepas dari rasa cemburunya tentu saja Aisy merasa heran dengan sikap suaminya yang terkesan kucing-kucingan seakan tidak ingin Aisy mengetahui sosok perempuan itu terbukti dari saat Arsya menarik Aisy ia tidak di izinkan untuk menoleh ke arah sosok yang tadi sempat menyerukan nama Arsya.

Aisy hanya takut traumanya akan kembali, trauma yang membawanya pergi ke negri lain hanya untuk melupakan perasaan sakit hatinya. Namun Aisy tau dibandingkan memikirkan perasaan dan kecurigaan nya yang belum tentu benar, lebih baik Aisy menghibur suaminya.

Ummul Mukminin, Khadijah ra. adalah teladan nomor satu dalam masalah ini. Pada saat Rasulullah saw. mengalami ketegangan, ia meringankan beban perasaan beliau. Dia menyejukkan hati dan menghibur beliau seraya berkata, “Demi Allah, Allah tidak akan pernah menghinamu, karena sungguh engkau telah menyambung silaturrahmi, menanggung orang yang kesulitan, menutup keperluan orang yang tidak punya, memuliakan tamu, dan menolong setiap upaya menegakkan kebenaran.”

 Ali ra. pun turut menyumbangkan nasehat kepada pasangan suami istri, “Hiburlah hati dari waktu ke waktu yang lain, sebab jika hati itu dibuat menjadi benci, maka ia akan menjadi buta.”

Sesungguhnya inilah yang diinginkan oleh suami mana pun; yaitu mendapatkan ketenangan dan penghibur hati dari istrinya, sehingga mendapatkan dalam keluarganya ‘rumahku surgaku‘. Syaikh Abdul Halim Hamid mengatakan, bahwa sesungguhnya Allah menjadikan istri sebagai tempat berteduh, agar suami tenang dan tenteram di haribaannya. Cinta yang ditunjukkan kepada suami dengan hati nan lembut penuh kasih sayang akan segera melenyapkan segala perasaan kusut, penat dan letih, setelah bergulat dengan gelombang kehidupan yang keras. Setiap orang memang ingin mempunyai teman yang bersedia mendengar dan berbagi rasa dengannya. Termasuk suami kita. Wajarlah jika suami menghendaki keluarga adalah tempat untuk menghibur hatinya, melegakan hatinya. Demikian itu akan didapat jika seorang wanita shalihah memahami hal tersebut. “Sebaliknya, adalah sangat dicela istri-istri yang tidak pandai menghibur suami. Rasulullah saw. bersabda, “Siapapun wanita yang cemberut di hadapan suaminya, maka ia akan dimurkai Allah sampai ia dapat menimbulkan senyuman suaminya dan meminta ridhanya.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Siapapun wanita yang durhaka di hadapan suaminya, melainkan ia akan bangkit dari kuburnya dengan mukanya yang berubah menjadi hitam.”


"udah sampe sayang, ayo turun"

Setelah mengucapkan itu lantas Arsya membuka sabuk pengaman nya sendiri lalu keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Aisy.

"tapi ini dim— mas kok kita ke sini?"

Mata Aisy membulat saat melihat dimana mereka berada saat ini, Aisy menatap Arsya kemudian mengalihkan tatapan nya kepada tangan Arsya yang sedang menunggu respon dari tangan Aisy untuk Arsya genggam.

"mas hanya ingin nostalgia bersama kamu" ucap Arsya dengan tangan yang setia menggandeng tangan Aisy menuju ke tengah lapangan.

Yup lapangan. Saat ini mereka sedang berada di salah satu lapangan basket di dekat kampus tempat mereka menuntut ilmu dulu.

"tadinya si aku mau bawa kamu ke lapangan dalem kampus tapi kayaknya jam segini masih rame jadi aku bawa kamu ke sini aja" ucap Arsya dengan senyum manis nya dan tatapan lurus ke arah Aisy.

Tentu saja kampus masih ramai karena saat ini masih siang dan biasanya kampus akan sepi jika sudah larut malam karena walaupun tidak ada kelas kebanyakan mahasiswa memiliki kegiatan yang menyebabkan mereka pulang malam.

"tapi ini kita mau ngapain mas?" tanya Aisy heran.

Aisy merasa heran kenapa mereka harus pergi ke lapangan basket, bukannya tadi Arsya sedang kesal? Harusnya Arsya membawa Aisy ke tempat yang indah atau tempat yang pas untuk menenangkan diri bukan kelapangan seperti ini. Hmmm suami Aisy memang unik, ketika banyak orang yang meredakan amarahnya dengan mengunjungi tempat-tempat yang menenangkan justru Arsya malah memilih lapangan basket untuk menenangkan diri. Ck ck.

"seperti yang tadi aku bilang, aku mau nostalgia. Mengingat kenangan kita dulu sebelum aku wisuda, kita sempat tanding basket 'kan? Aku masih inget kok dulu itu kamu cewek tomboy yang suka banget nungguin jemputan sambil main basket tapi kamu bukan anak club olahraga dan yang aku tahu kamu itu gak punya kegiatan diluar kampus kecuali sibuk masukin bola ke ring tiap pulang kampus tanpa mau masuk club basket terus kalo gak salah dulu juga kita pertama kali ngobrol saat di lapangan basket dan saat itu kamu dapet amanah dari dosen buat nemuin aku. Aku malah berfikir mungkin kalo dosen itu gak ngasih kamu amanah kita gak akan pernah bisa ngobrol dan jadi akrab waktu itu" ucap nya dengan pandangan menerawang dan senyum mengembang.

Sepertinya Arsya benar-benar ingin mengajak Aisy nostalgia dengan kenangan mereka saat di kampus dulu, bahkan Arsya mengingatkan Aisy dengan hal-hal yang tanpa sengaja sedikit ia lupakan. Aisy jadi senyum-senyum sendiri saat mengingat hal itu karena percaya atau tidak waktu itu Aisy pertamakali merasakan getaran aneh kepada Arsya bahkan Aisy saja waktu itu baru mengenal Arsya saat mereka bertemu di lapangan basket. Mungkin itu yang dinamakan jatuh cinta pada obrolan pertama. Haha.

Keseriusan nostalgia Arsya semakin terlihat nyata saat Arsya sudah membawa bola basket ditangannya dan saat ini sedang ia pantul-pantulkan. Ternyata tadi sebelum Arsya membukakan pintu mobil untuk Aisy  ia sempat mengambil bola basket dari bagasi.

"ihhh... Kok kamu masih ingat si, aku aja udah agak lupa. Hehe"

Aisy berkata dengan semburat merah yang menghiasi pipinya, bagaimana tidak Aisy sedang mengingat masa-masa dia mengalami cinta dalam diam. Diam-diam mengagumi presiden BEM yang pertamakali ia temui saat di lapangan basket dan tanpa ia sadari sudah jatuh cinta pada obrolan pertama.

"maklum faktor usia kan?" ucap Arsya dengan seringai di bibirnya.

"ih apaan, orang tuaan kamu. Wleee" Aisy memeletkan lidahnya ke arah arsya dan setelahnya ia tergelak.

"maksud kamu tuaan aku beberapa jam? Karena aku lahir tanggal 31 desember malam dan kamu lahir di tanggal 1 januari pagi?" ucap Arsya dengan alis terangkat.

Aisy jadi semakin tergelak karena perkataan Arsya, apalagi saat mengingat syarat calon suaminya yang harus lebih tua darinya dan ia merasa di bohongi oleh sang umi yang waktu itu ia percaya perkataannya begitu saja. Memang si lebih tua tapi kalau cuma beberapa jam kan sama saja,ya walaupun masih bisa dikatakan lebih tua Arsya di banding dirinya karena bayi kembar saja yang berbeda beberapa menit bisa di katakan adik kakak kenapa mereka yang berbeda beberapa jam tidak bisa di katakan berbeda usia.

"eh hehehe..." mendengar jawaban Arsya, Aisy hanya terkekeh lalu berusaha untuk mengambil bola yang berada di tangan Arsya.

😋😋😋😋

Aisyyyyy datang again😅

Ayo ayo yang menunggu Aisy silahkan vote dan comen🤓

Aisy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang