Aisy_20

694 47 6
                                    

Kejadian tersebut terjadi begitu cepat, bahkan orang-orang sudah mulai mengerumuni Aisyah yang terluka di bagian kepala.

Aisy dan Arsya berlari secepat yang mereka bisa kemudian Arsya mengambil Aisyah dalam gendongannya.

Aisy terus menangis disebelah Arsya yang sedang menggendong Aisyah menuju mobil, karena mobil terdekat hanya ada mobil si pelaku yang entah apa yang ada di pikiran nya sampai menabrak pembatas jalan hingga mobil yang di kendarai nya masuk ke area taman, sedangkan si pelaku yang sedang di hajar masa tidak Aisy hiraukan karena yang terpenting adalah keselamatan Aisyah.

Tiada hentinya Aisy menangis selama perjalanan,merutuki dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga Aisyah sedangkan Arsya berusaha fokus dengan jalanan yang ada di depannya.

Setelah sampai di rumah sakit, buru-buru Arsya menggendong Aisyah memasuki IGD.

"Dokter, suster tolong anak saya" teriak Arsya dengan kepanikan luar biasa, disambut oleh seorang perawat dan segera meletakan Aisyah di brangkar dan mempersilahkan Arsya untuk keluar selama dokter menangani Aisyah.

Arsya tidak peduli baju yang ia kenakan berlumuran darah, yang ia pedulikan hanya putrinya.

"Sudah sayang ini kecelakaan,bukan salah kamu" ucap Arsya dengan suara parau seraya memeluk Aisy menenangkan.

"Ta-tapi kalau aku bisa ngejar Aisyah mungkin dia gak akan seperti ini.. hiks" ucap Aisy terus menyalahkan dirinya sendiri.

Arsya terus mencoba menenangkan Aisy dari kekalutan nya,tak lama dokter yang menangani Aisyah keluar dengan raut wajah yang tidak bisa Aisy tebak. Arsya dan Aisy menghampiri sang dokter guna menanyakan keadaan Aisyah.

"Dok bagaimana keadaan anak kami ?" Tanya Arsya berusaha setenang mungkin.

"Begini pak, putri bapak kehilangan banyak darah dan kebetulan kantung darah dengan golongan O- sedang kosong, sedangkan golongan O- hanya dapat menerima darah dari sesama O- . Kami sudah berusaha mencari di PMI namun jika bapak ibu memiliki darah yang cocok itu lebih baik agar pasien dapat di tangani dengan cepat."

"Emm.. dok golongan darah saya B+ sedangkan istri saya AB, jadi kami tidak bisa menjadi pendonor" ucap Arsya dengan wajah menjadi panik.

Sedangkan Sang dokter buru-buru menyuruh seorang perawat untuk menghubungi PMI kembali.

"Bagaiman jika bapak dan ibu menghubungi saudara ataupun teman yang memiliki golongan darah O- sementara kami akan berusaha menghubungi PMI a...."

"Saya bersedia menjadi pendonor" ucap seseorang  yang berada di belakang Aisy dan Arsya memotong pembicaraan, sontak keduanya menoleh bersamaan.

Deg

Aisy terkejut melihat orang di belakang nya, walaupun wajahnya terlihat babak belur namun Aisy yakin dia mengenal orang itu.

Dilain sisi orang tersebut juga merasa terkejut melihat Aisy, sedangkan Arsya yang tidak mengenal orang itu hanya mengerutkan alisnya.

"Aisy ?" Ucap orang tersebut.

"Mas Irwan, apa yang mas lakukan di sini ?" Tanya Aisy bingung walaupun jelas-jelas kemungkinan orang yang berdiri di depannya berada di rumah sakit tentu saja untuk mengobati luka-luka di wajahnya,namun Aisy merasa bukan hanya hal itu penyebab nya.

Dengan ragu dan terbata Irwan mengatakan alasan nya "A-aku yang menabrak anak kecil tadi"

"APA?" Teriak Arsya terdengar begitu marah.

Bugh bugh

Tanpa Ancang-ancang Arsya menerjang Irwan yang sudah babak belur dengan beberapa bogeman mentah menambah luka-luka di wajah Irwan yang sudah mulai mengering.

Aisy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang