Aisy_7

1.6K 87 1
                                    

Aisy semakin menikmati perannya sebagai seorang istri dan seorang ibu, setiap pagi membangungkan anak dan ayah yang sama manjanya tidak membuat Aisy mengeluh justru ia semakin merasa bahagia. Seperti pagi-pagi yang biasa ia lewati dimana dua orang yang dicintainya akan berebut perhatian Aisy saat pagi hari.

"Bundaaa susu Ai mana bunn" teriak Aisyah begitu nyaring dari arah meja makan.

"iya sebentar sayang bentar lagi siap, sabar oke" jawab Aisy sedikit berteriak.

Mendengar teriakan Aisyah itu berarti pagi Aisy yang sebenarnya akan segera dimulai dan seperti yang sudah Aisy duga jika sang anak sudah mulai berteriak maka sang ayah akan ikut berteriak manja seolah usianya masih cocok dengan teriakan khas anak kecil itu padahal usianya itu demi Allah sudah tidak pantas jika harus merengek karena cemburu dengan putri kesayangannya yang selalu dapat perhatian dari Aisy lebih dahulu di banding dirinya.

"sayaangggg pakaikan dasiku, aku sudah telat" teriak Arsya saat memasuki dapur.

Teriakan dua orang terkasihnya sudah menjadi kebiasaan bagi Aisy, dimana dua orang berbeda usia itu akan selalu berebut perhatian dari Aisy namun Aisy merasa senang karena bisa menjadi bagian dari kebahagiaan keluarga kecilnya ini, yang tidak pernah ada dalam bayangan Aisy sama sekali. Memang sesuatu yang tidak pernah kita bayangkan kadang menjadi masa depan itu sendiri 'kan.

"gak usah teriak mas ini bukan di hutan" Aisy membersihkan tangan nya terlebih dahulu sebelum meraih dasi yang Arsya sodorkan lalu mulai membuat simpul dasi pada kerah kemeja Arsya.

Melihat Aisy yang terfokus dengan simpul dasinya membuat pikiran jahil Arsya tiba-tiba muncul, dengan sengaja Arsya melingkarkan tangannya pada pinggang Aisy lalu menariknya untuk semakin mendekat ke arahnya. Merasa sinyal bahaya lantas Aisy menumpukan kedua tangannya pada dada bidang Arsya dan mendongakan wajahnya kearah Arsya dengan satu alis terangkat.

"mas jangan macem-macem ya ini di dapur" ucap Aisy dengan wajah yang sudah merona.

Tindakan Arsya yang seolah tidak tahu malu selalu membuat Aisy geleng-geleng kepala, bagaimana tidak dirumah ini ada sang ibu juga putrinya namun tindakan Arsya selalu saja seenaknya jika menyangkut Aisy. Memang bukan tindakan kasar tapi tetap saja Aisy merasa tidak enak dengan bu Ami dan saat Aisy mengatakan hal itu maka Arsya hanya akan bilang 'ibu juga pasti ngerti, kita kan pengantin baru' selalu seperti itu.

Pengantin baru apanya, bahkan ini sudah lewat sebulan dan Arsya masih menganggap mereka pengantin baru. Memang bagi sebuah pernikahan waktu sebulan bukanlah waktu yang lama mungkin masih bisa di katakan masa hangat hangat nya dan Aisy berdoa semoga kehangatan ini tidak akan luntur jika nanti usia pernikahan mereka sudah menginjak waktu puluhan tahun.

"gak macem-macem kok cuma satu macem aja" Arsya setengah berbisik di telinga Aisy "emangnya kalo di dapur kenapa?"  bisik Arsya lagi.

"masss ih.. Katanya udah telat,ayo lepasin " Aisy memukul dada Arsya pelan dan berusaha melepaskan rengkuhan Arsya dari pinggangnya namun alih alih melepaskannya Arsya malah semakin menarik Aisy kedalam pelukannya.

"Aku menc....."

"Bundaaaaaa..." ucapan Arsya terhenti karena teriakan nyaring dari putri kesayangannya, dirasa rengkuhan Arsya mulai mengendur lantas Aisy melepaskan diri dari lilitan tangan Arsya lalu mengambil segelas susu untuk Aisyah dan berjalan meninggalkan Arsya menuju meja makan, sedangkan Arsya yang merasa terkalahkan lagi dan lagi oleh Aisyah hanya mendengus dan menyusul Aisy di belakangnya dengan gerutuan yang dapat Aisy dengar keluar dari mulut Arsya.

"dasar pengganggu kecil" batin Arsya.

Sarapan pagi keluarga kecil itu diwarnai oleh celotehan Aisyah tentang teman teman barunya, memang setelah insiden Aisyah bertengkar dengan Al di taman waktu itu Aisyah jadi memiliki banyak teman bermain.

Aisy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang