Happy Reading
Entah mengapa sejak Karin bilang jika seseorang yang t'lah lama ku tunggu kehadirannya akan segera kembali membuat perasaanku menggebu. Penantian yang ku anggap menjadi penantian yang sangat berharga. Entah mengapa aku bisa menyebutkan itu sebagai penantian yang sangat berharga, padahal aku sendiri belum tau apakah penantianku ini akan dibalas dengan sebuah harapan yang sangatku harapkan saat ini?
"Jadi gimana?" tanya seseorang.
"Lo atur aja semuanya. Tapi gue mau jangan terlalu membuat dia kaget. Ya supaya dia juga nggak terlalu bingung,"
"Oke deh. Lo ke tempat yang udah gue kasih tau aja ya. Inget, on time!"
"Selow down mba. Ya kali gue telat,"
"Oke kalo gitu. Gue pergi dulu ya mau ada urusan bentar. Semoga besok aman-aman aja ya,"
"Aamiin. Thanks Rin,"
Sepeninggalan Karin, aku langsung mengurus segala sesuatunya. Aku berharap ini akan terjadi sesuai yang aku harapkan.
***
"Anak Bunda kenapa senyum-senyum mulu?"
"Bunda ini. Bikin aku kaget aja. Nita ke mana Bun?"
"Kamu ini kalo ditanya bisa aja mengalihkan pembicaraan ya,"
Aku hanya menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal.
"Kamu nggak niat mau ngasih Bunda calon mantu gitu Ndra? Ingat nak, Bunda sudah semakin tua. Gimana kalo nanti Bunda meninggal duluan sebelum melihat kamu menikah,"
"Hustt. Bunda apa sih ngomongnya. Bunda pasti bisa melihat aku menikah dan Bunda bisa menggendong cucu,"
"Ya kalau gitu buktiin dong omongan kamu,"
"Bunda doain aja,"
"Kamu masih menunggu Auna?"
Aku terdiam mendengar ucapan bunda.
"Bunda cuman nggak mau nak apa yang kamu lakukan selama ini akan sia-sia. Bunda bukannya nggak setuju, tapi Bunda sayang sama kamu. Kamu juga harus ingat, umur kamu sudah kepala tiga. Sudah seharusnya kamu mencari pendamping hidup,"
"Bunda tau 'kan jika doa orangtua itu doa yang insyaaAllah terkabul? Maka dari itu Bunda doakan saja yang terbaik untuk aku ke depannya. Doakan aku semoga apa yang udah aku lakukan akan berimbas dengan yang udah aku harapkan saat ini,"
"Tanpa kamu berkata seperti itu Bunda sudah pasti mendoakan yang terbaik untuk anak-anak Bunda," ucap bunda lalu membawaku ke dalam pelukannya.
"Ya sudah, Bunda mau ke super market dulu ya. Bahan-bahan untuk masak udah mulai menipis,"
"Mau aku antar Bun?"
"Nggak usah. Bunda nanti mau bareng sama bu Ani kok tetangga seberang rumah kita,"
"Ya udah, Bunda hati-hati ya,"
Bunda hanya menjawab dengan anggukan kepala. Sepeninggalan bunda, aku langsung masuk ke kamarku untuk menanti hari esok. Ah, sepertinya malam ini akan menjadi sangat panjang.
***
"Tunggu,"
Aku menahan langkahnya saat ia ingin meninggalkan tempat di mana kami berdiri sekarang. Langsung ku peluk dirinya dari belakang. Sudah bisa ku tebak apa yang akan terjadi. Ya ini semua memang salahku. Seandainya waktu bisa ku ulang kembali, aku ingin sekali memperbaiki semuanya. Aku dapat merasakan ia menghelakan nafasnya dalam-dalam. Aku yakin ia sedang berfikir keras apa yang telah terjadi saat ini.
Ia melepaskan pelukanku. Lalu berkata, "Mau kamu sekarang apa? Bukannya ini yang kamu mau? Aku pergi dari hidup kamu. Sekarang kenapa kamu ada di sini? Kembali membuka luka yang sudah susah payah aku tutup selama lima tahun ini. Mau kamu apa Ndra?! Apa?!"
Aku melihatnya menangis, tanpa berkata lagi, aku langsung membawanya ke dalam pelukanku. Auna menangis. Itu semua karena aku sebabnya. Ya Tuhan. Apa yang sudah aku perbuat.
"Maafin aku Na. Aku sama sekali nggak punya maksud seperti itu. Aku cinta sama kamu. Cinta aku terus bertambah setelah kamu pergi ninggalin aku. Aku mohon Na, jangan nangis,"
"Kamu tau gak? Kamu yang udah buat aku kaya gini! Kamu nyuruh aku menikah dengan orang lain tanpa kamu memikirkan perasaan aku yang sebenarnya. Kamu nyuruh aku buat pergi dari hidup kamu! Tapi setelah aku pergi dari hidup kamu, kamu datang seenak kamu membuka luka yang sudah susah payah aku tutupi. Mau kamu apa Ndra?! Apa?!"
"Iya Na aku tau aku salah. Maafin aku Na. Aku bersumpah akan memperbaiki semuanya,"
Auna melepaskan pelukanku lalu pergi meninggalkanku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku tau Auna butuh waktu. Tidak mudah baginya untuk menerima semua ini setelah apa yang sudah aku lakukan padanya.
Lalu aku mengambil handphone ku dan mengirim pesan untuk seseorang.
Dia marah sama gue. Gue harus apa?
Tak lama kemudian aku menerima balasan.
Gue udah siapin semuanya. Pokoknya lo tenang aja.
Thanks ya. Lo emang selalu ngerti.
Setidaknya aku bisa bernafas lega untuk sekarang.
***
Jakarta 27 Oktober 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain, I Love You [Compeleted]
ЧиклитKetika semesta mempertemukan sifat yang saling bertolak-belakang. Ketika semesta merubah segalanya yang kelam menjadi indah dan sebaliknya. Akankah semesta mempersatukan mereka di balik badai yang tak kunjung usai? *** banyak banget kesalahan peng...