Happy Reading
Tak terasa, pernikahanku dan juga Andra sudah memasuki tahun kedua. Hari ini tepat anniversary ku dengan Andra. Sudah dua tahun juga, belum ada tanda-tanda kehamilan. Aku dan juga Andra sudah cek up ke dokter, dokter bilang aku dan juga Andra tidak ada masalah. Hanya saja mungkin Tuhan belum bisa mempercayai aku untuk menjadi seorang ibu.
Andra memang tidak pernah menyinggung kalau ia ingin cepat-cepat punya anak, tapi dari gerak-geriknya sudah terlihat bahwa ia ingin sekali punya anak. Seperti waktu itu aku bertemu dengan Karin dan juga Fathur. Mereka membawa anak mereka yang berusia delapan bulan, Andra melihat anak Karin dan juga Fathur begitu berbinar.
Kadang melihat pancaran kebahagian saat Andra sedang bermain dengan anaknya Karin, membuat hatiku sakit. Aku tidak tega melihatnya. Aku seperti wanita yang tidak berguna. Tidak dapat memberikan keturunan kepada Andra.
Saat aku sedang sibuk dengan fikirkanku, ada yang menepuk bahuku.
"Kok bengong?"
"Eh iya mas maaf. Jadi gimana? Nanti kita langsung ketemuan di kafe aja kali ya? Biar kamu nggak cape bulak-balik,"
"Yaudah deh terserah kamu. Tapi kamu hati-hati ya naik taksi malam-malam,"
"Siapp,"
"Yaudah aku berangkat dulu ya, assalamu'alaikum," ucap Andra sambil mencium keningku.
"Wa'alaikumsalam," jawabku sambil mencium tangannya.
Ya, semenjak kami menikah, Andra tidak lagi menjadi pilot. Tetapi ia berganti profesi menjadi manager di perusahaan papah. Ini semua Andra yang mau. Dia bilang kalau ia jadi pilot, itu berarti ia akan sering berpisah dengan Auna.
Ett, jangan kalian fikir Andra mendapatkan jabatan manager dengan segampang itu ya, awalnya Andra hanya karyawan biasa di perusahaan papah, tetapi karena kinerja Andra yang baik, papah jadi menaikkan jabatan Andra menjadi manager. Jadilah satu tahun yang lalu Andra menjabat sebagai manager di perusahaan papah.
***
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, aku langsung buru-buru mencari taksi untuk menuju kafe tempat aku dan juga Andra janjian.
Setelah mendapatkan taksi, aku menaikinya dan segera mengintruksi supirnya untuk menuju kafe.
Sesampainya di kafe, aku mengarahkan pandanganku ke penjuru kafe untuk mencari Andra. Tetapi aku tak mendapati Andra.
Aku fikir Andra mungkin masih di jalan, jadi aku berjalan mencari bangku untukku dan Andra nanti.
Sudah satu jam aku menunggu Andra tapi ia tak datang-datang. Ada perasaan khawatir di hatiku. Takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang dialami oleh Andra. Tapi aku buru-buru menepis fikiranku itu.
Jadi aku memutuskan untuk terus menunggu sampai Andra datang. Tapi sampai jam sembilan dan kafe hampir mau tutup, Andra belum datang juga. Handphone nya aku telpon juga tidak aktif. Ya Tuhan, lindungilah suami hamba.
"Mba maaf. Kafenya sudah mau ditutup," ucap pelayan tersebut.
"Oh iya mba maaf. Yaudah saya pulang aja deh. Oh iya mba, kalau misalkan ada lelaki yang nyariin saya, bilang aja ya saya sudah pulang,"
"Baik mba," jawab pelayan tersebut sambil tersenyum.
Akhirnya aku memutuskan untuk pulang dengan keadaan hati yang tak karuan.
***
"Astaga. Kenapa gue bisa lupa kalo ada janji sama Auna di kafe. Mana udah jam setengah sepuluh lagi. Shit, mati lagi handphone gue. Gue samperin Auna ke kafe aja lah,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain, I Love You [Compeleted]
Chick-LitKetika semesta mempertemukan sifat yang saling bertolak-belakang. Ketika semesta merubah segalanya yang kelam menjadi indah dan sebaliknya. Akankah semesta mempersatukan mereka di balik badai yang tak kunjung usai? *** banyak banget kesalahan peng...