Chapter 2 (The Omen)

1K 19 4
                                    

Part II: The Omen

Washington DC
Pentagon

Jenderal Al McKenna masih termenung sambil menghadapi file-file CIA soal kapal selam tempur terbaru yang dimiliki oleh Indonesia. Dalam beberapa waktu belakangan ini, masalah Indonesia menjadi hal yang paling sering dikhawatirkan oleh Al McKenna. Setelah Presiden Hariman Chaidir naik jabatan, kekuatan militer Indonesia jelas-jelas telah dibangun dengan tingkat yang cukup signifikan. Hariman Chaidir adalah lulusan Lemhanas dalam Bidang Kelautan, dan ia sempat menjadi atase di Moskow dan Beijing, dan dengan naiknya dia sebagai presiden, otomatis merintis kerjasama yang cukup intensif dengan kedua negara itu. Sebelum menjadi presiden, Hariman Chaidir juga pernah mempublikasikan cita-citanya untuk membangun kekuatan dan potensi maritim Indonesia menjadi aspek yang kuat dan profesional. Kapal Selam ini, pastinya adalah salah satu mercu suar Presiden Chaidir juga. Atau mungkin juga ini dipicu oleh Amerika?

Dua tahun lalu, AL AS berhasil membuat sebuah kapal perang bertipe LCS (Littoral Surface Combatant), menyamai korvet, yang dibangun dengan konsep trimaran. Kapal ini hanya memiliki satu tugas, yaitu untuk memburu dan menghancurkan kapal selam lawan. Untuk itu, ia pun dilengkapi dengan senjata-senjata dan sensor untuk menunaikan tugasnya itu. Nama sandinya adalah "Calypso". Dioperasikannya kapal ini amatlah sangat efektif, karena ketika versi patrolinya yang dioperasikan oleh US Coast Guard berhasil menangkap dan menghancurkan puluhan kapal selam mini pembawa heroin yang digunakan oleh kartel narkotik Amerika Selatan. Tapi itu baru kesuksesan versi sipilnya.

Versi militer dari kapal ini malah lebih banyak mendatangkan masalah, justru karena dipandang amat efektif. Oleh karena itu, Pentagon memutuskan untuk "meningkatkan" kemampuan kapal ini, yaitu dengan cara menambah rudal permukaan Tomahawk, yang bisa menghantam sasaran darat dari jarak yang cukup jauh. Selain itu, kapal ini juga diproyeksikan bisa untuk keperluan pengangkutan pasukan komando ke wilayah-wilayah musuh, memanfaatkan sifat silumannya. Israel, sekutu utama Amerika Serikat, yang mendapatkan konsesi pemakaian pertama kali, langsung saja merasakan kehebatan kapal ini, dan membombardir wilayah Lebanon yang dicurigai sebagai markas gerilyawan Hizbullah dari tengah laut, jauh dari jangkauan roket-roket Grad maupun Quds milik Hizbullah; di samping beberapa kali juga Pasukan Komando Israel, Sayeret Matkal, keluar masuk wilayah Lebanon, Mesir, Syria, dan Palestina dengan memanfaatkan kapal ini, yang belum bisa ditangkal oleh kapal-kapal lawannya.

Australia, sekutu Amerika Serikat di Selatan, pun mendapatkan senjata baru ini. Nah, di sinilah Indonesia merasakan ancaman dari kehadiran kapal-kapal LCS ini. Saat itu, belum ada 5 bulan Indonesia baru saja membentuk Satuan Tugas Kapal Selam (Satgassel), yang nantinya akan dikembangkan menjadi Komando Armada Bawah Laut (Koarbal), dengan kekuatan 5 buah kapal selam jenis KSPR. Amerika Serikat terkejut pertama kali memergoki kapal selam ini, karena bentuknya mirip sekali dengan U-Boat Jerman di Perang Dunia II, yaitu Type VIIB, type yang digunakan oleh Korvetten Kapitan Günther Prien untuk membobol Scapa Flow. Dahulu, oleh Großadmiral Karl Dönitz, kapal selam type ini dinilai cocok untuk mengarungi Samudera Atlantik yang ganas (dan memang terbukti), jadi bagaimana sekarang?

Amerika Serikat memang mencurigai bahwa rancangan dari kapal selam ini diberikan oleh Jerman (yang mana ini dinilai melanggar perjanjian kalah perang pada 1945), meskipun secara jelas memang diberitahukan bahwa kapal selam ini dibuat oleh PT PAL bekerjasama dengan galangan kapal Wilhelmshaven di Jerman, namun Amerika menduga bahwa Jerman "sudah memberikan lebih banyak dari yang seharusnya". Apalagi, meskipun bermuka lama, tapi sejumlah teknologi baru membuat kapal selam ini cukup mematikan. Taruhlah mesin diesel efisiensi tinggi buatan PT Texmaco (Tex-M1A1) yang setara dengan mesin diesel MAN buatan Jerman, baterai yang lebih tahan lama, serta yang paling menakutkan adalah torpedo buatan dalam negeri PTDI SUT Mark XIII yang kedigdayaannya nyaris menyamai torpedo canggih dari Amerika Serikat. Hebatnya lagi, apabila dulu U-Boat diawaki oleh 100 orang, maka kapal selam KSPR ini cukup dengan 20 orang saja, berkat telah diotomatisasinya sebagian besar sistem di kapal selam ini. Meskipun hanya mengangkut tidak lebih dari 10 torpedo saja, tapi kapal selam ini jelas cukup cepat dan menjadi ancaman bawah air yang cukup menakutkan bagi negara-negara sekitar, meskipun konsep KSPR ini adalah sebagai pengawalan hingga wilayah terluar ZEE Indonesia.

LAUT BIRU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang