Epilogue 3

325 8 0
                                    

WARNING THIS CHAPTER HAVE ADULT CONTENT

Epilogue III: Anton & Lucia

Rumah Anton & Lucia
Jakarta
09.23 WIB
5 hari setelah ending

Suasana cerah pagi ini di rumah Anton dan Lucia. Cahaya matahari pagi menyeruak dari balik tirai dan keadaan sedikit tenang. Lani, anak mereka, sudah berangkat ke sekolah diantarkan oleh Fiona, seperti biasa, dan secara kebetulan, hari ini Lucia dan Anton mendapat jatah libur yang sama, jadi hari ini mereka manfaatkan untuk benar-benar bersantai. Benarkah? Setidaknya itu menurut versi mereka.

Di dalam kamar, tubuh telanjang Anton dengan terengah-engah tengah menindih tubuh telanjang Lucia dengan kedua alat kelamin mereka menjadi satu. Keduanya tengah menjalankan kewajiban mereka sebagai suami istri, namun dengan cara yang sedikit berantakan, karena bantal, guling, dan selimut yang semalam masih rapi di tempatnya kini sudah berserakan di lantai, begitu pula dengan pakaian mereka yang sudah memencar hingga ke sudut-sudut kamar mereka yang cukup besar. Mengingat hari ini libur, maka semenjak semalam keduanya sepakat menuntaskan hasrat mereka yang menggebu-gebu yang sempat tertunda ketika Lucia tengah menunaikan tugas di KRI Antasena. Tercatat Lucia hanya berhenti sejenak untuk menyiapkan sarapan bagi Lani dan mengantarkan kepergiannya ke sekolah, itu pun Lucia hanya memakai kimono tidur satin tipis dengan bawah yang pendek, hanya sedikit di atas setengah paha sehingga memperlihatkan kakinya yang indah, serta kimono itu tidak diikat sempurna sehingga bagian depannya membelah hingga mencapai ulu hati, memperlihatkan bahwa Lucia tak memakai apa pun di dalamnya. Lani sendiri sudah maklum apa yang tengah dan akan dilakukan oleh kedua orang tuanya, sehingga setelah sarapan dia memilih untuk cepat-cepat berangkat ke rumah Fiona untuk diantarkan ke sekolah bersama dengan sepupu angkatnya, Xiao Mei dan Xiao Hua, alih-alih menunggu Fiona menjemputnya di rumah seperti biasa.

Ketiadaan Lani di rumah membuat keduanya dengan bebas berteriak dan melenguh dan mengucapkan kata-kata vulgar keras-keras. Anton terus menaikturunkan pinggulnya beradu dengan pinggul Lucia sementara kedua kaki Lucia dinaikkan ke atas pundak Anton untuk mempermudah. Kedua tangan Lucia menggenggam erat bagian kepala tempat tidur sembari mencoba menahan birahi yang meledak-ledak, apalagi sekali-sekali kepala Anton juga turun dan memberi ciuman panas baik pada mulut maupun dadanya. Entah sudah berapa ronde mereka memainkan permainan ini sejak semalam dan berapa posisi yang sudah dicoba, tapi sebagai manusia biasa, tetap ada batasan yang tak bisa dilanggar meskipun keinginan masih menggebu-gebu.

"Agak cepetan, Ton, aku udah capek," pinta Lucia dengan suara terputus-putus diselingi lenguhan kenikmatan.
"Iya, Luz, aku juga," kata Anton, "sekali lagi, bersama-sama,"

Mengumpulkan kekuatan terakhirnya, Anton pun mempercepat genjotannya sehingga membuat Lucia semakin berkelejotan dan pegangan tangannya pada kepala tempat tidur itu amat menguat hingga jarinya bisa merobek upholstery yang membungkusnya. Tempo benturan itu makin lama makin cepat begitu pula dengan interval lenguhan keduanya. Lama kelamaan, mereka merasa sesuatu sudah siap untuk meledak.

"Aku mau keluar, Ton!" teriak Lucia.
"Aku juga! Bersama-sama!" kata Anton.

Dengan satu usaha terakhir, Anton menyodok dengan amat keras dan baik tubuhnya maupun Lucia bergetar dengan amat hebatnya bagai terguncang oleh gempa 6 SR. Keduanya berteriak saat tubuh mereka kaku, menegang sambil terus bergetar sendiri, dan di bawah sana orgasme keduanya keluar dengan hebat bagaikan dua gunung api yang tengah meletus. Sesaat setelah itu, tubuh keduanya yang tadi kaku pun mulai melemas, dan Anton merosot hingga ambruk menindih tubuh istrinya, dengan kepalanya dihempaskan pada dada Lucia, yang bagi Anton bagaikan sebuah kenyamanan surgawi. Lucia hanya tersenyum saja saat otot-otot tubuhnya yang semula menegang menjadi lemas dan alum. Anton bangkit sejenak, keduanya saling bertatapan mata sambil tersenyum, kemudian Anton kembali mencium Lucia, bukan dengan ciuman yang penuh nafsu, melainkan ciuman yang lembut menenangkan, kemudian dia memeluk tubuh telanjang istrinya itu dengan lembut sambil tangannya mengusap-usap rambut Lucia. Lucia pun melakukan hal yang sama, dan keduanya kembali terhempas di tempat tidur dalam posisi masih saling berpelukan.

LAUT BIRU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang