Chapter 4 (The Battle)

687 12 0
                                    

Chapter IV: The Battle.

Somewhere at sea
Selat Madura
WIB

Laksma. Mahan berada di anjungan komando sembari mengawasi laporan-laporan dari para perwiranya. Kapal selam ini sekarang berada di kedalaman periskop, dan terus berlayar. Ketika menyelam, maka kapal selam boleh dibilang berlayar secara "buta", karena sama sekali tidak bisa melihat keadaan di luar. Lagipula, di luar pun tak ada yang bisa dilihat kecuali air laut yang gelap. Hanya di kedalaman periskop, kapal selam bisa mengawasi keadaan di sekitarnya secara visual. Lebih dalam dari itu, maka peralatan sonar, sensor, peta koordinat, serta telinga sensitif saja yang digunakan untuk menavigasi arah kapal.

Arus laut di dalam Selat Madura cukup keras, dan ini menuntut segala keahlian dari Laksma. Mahan, karena sejak menyelam tadi, arus ini sudah menghambat gerakan kapalnya. Kedua mualim kapal pun tidak henti-hentinya berkonsentrasi untuk mengemudikan kapal, karena apabila kalah dari arus, maka kapal bisa saja terdisorientasi yang akibatnya memaksa kapal untuk naik ke permukaan dan mengevaluasi ulang posisi. Dalam keadaan perang, hal ini tentu saja adalah alamat maut, karena kapal selam cukup rentan apabila tengah berlayar di permukaan. Tak dalam keadaan perang pun tetap ada bahaya kapal selam hanyut hingga terhantam karang atau bahaya navigasi lain. Tapi Laksma. Mahan adalah nakhoda yang cakap, apalagi dengan KRI Antasena yang canggih. Sebuah kapal selam type KSPR mungkin logamnya sudah berderak kencang dengan arus sekuat ini, tapi kapal selam ini masih mulus saja.

Lucia dan Iwan pun ada di anjungan. Tidak seperti ketika di pangkalan, di sini Laksma. Mahan membebaskan tim NewsTV ini untuk meliput apapun yang mereka mau. Mungkin saja Laksma. Mahan melakukannya karena memang di lingkungan ini, tak ada lagi tekanan dari pihak Intelejen; di samping itu, seorang nakhoda kapal berkuasa secara absolut di dalam kapalnya. Di bagian lain, para awak teknis memeriksa semua pipa-pipa, katup-katup, dan kabel-kabel untuk memastikan semuanya berjalan dengan lancar. Ini adalah pelayaran pertama dari kapal selam pertama buatan dalam negeri, wajar saja jika semua hal harus dicek dengan pasti, setidaknya ketika mereka masih di perairan aman. Pipa-pipa sedikit berderak, namun tak ada kebocoran.

"Keluar dari zona hijau, Kep!" kata perwira navigasi.
"Status?" tanya Laksma. Mahan.
"Arus laut sudah mulai stabil, kita memasuki perairan yang lebih dalam," kata perwira navigasi lagi.
"Periskop?" tanya Laksma. Mahan.
"Semua aman, Kep! Barusan tadi ada kapal ferry lewat di samping kita," kata Letkol. La Masa di periskop, "kayaknya itu kapal kelebihan muatan; kasian itu kapal sudah kakek-kakek disuruh angkut berat-berat,"
"Tapi nggak tenggelam, toh?" tanya Laksma. Mahan sambil tertawa.
"Tentu tidak, kalau tenggelam pasti bakal muncul lagi di berita ?" kata Letkol. La Masa sambil melirik ke arah Lucia.

Semua tertawa saja mendengar candaan itu. Sebentar saja, karena Laksma. Mahan lalu memasang tampang serius kembali.

"Buka manifest," kata Laksma. Mahan.

Letkol. Ari La Masa lalu menurunkan periskop, lalu menuju ke belakang kabin, ke sebuah ruangan penyimpanan, dan kembali membawa sebuah kotak yang memiliki dua lubang kunci. Letkol. La Masa kemudian mengambil kunci yang tergantung di lehernya, begitu pula dengan Laksma. Mahan, lalu mereka berdua memutar kunci di kotak itu secara bersamaan. Lucia melihat kejadian itu dengan penuh rasa keheranan. Isi dari kotak itu hanya sebuah amplop kertas yang di atasnya tertulis serangkaian kode. Letkol. La Masa kemudian mengambil sebuah buku tebal dan membuka isinya.

"Konfirmasi manifest: Alpha-Alpha-Bravo-Sierra-November-Zulu-Echo-Echo-Romeo-Tiga-Tiga-Sembilan-Empat-Charlie-Foxtrot-Dua-D ua-Sembilan-Oscar-Enam," kata Laksma. Mahan membaca kode di atas manifest.
"Dikonfirmasi: Alpha-Alpha-Bravo-Sierra-November-Zulu-Echo-Echo-Romeo-Tiga-Tiga-Sembilan-Empat-Charlie-Foxtrot-Dua-D ua-Sembilan-Oscar-Enam," kata Letkol. La Masa, "silakan dibuka,"

LAUT BIRU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang