Epilogue V: Arliena
Wilayah Antara Bogor-Jakarta
01.02 WIB
15 hari setelah endingIring-iringan dua kendaran melaju di jalanan yang sepi antara Bogor-Jakarta. Jam seperti ini, suasana jalan sudah seperti kuburan saja, tapi kedua mobil ini, satu sebuah Ford Everest dan satu lagi sebuah Mercedes S-Class terbaru, berjalan dengan santai walau konon d daerah ini cukup rawan dengan yang namanya perampokan atau pembegalan. Tapi tentu saja, siapa perlu khawatir bila di dalam Ford Everest ada 6 orang yang terlatih dalam bertarung yang masing-masing membawa sepucuk pistol Browning HP 9mm dan juga sebilah klewang pendek? Bahkan keenam orang ini rata-rata adalah jebolan tentara, ada yang dari Marinir, bahkan ada yang eks-Raider. Ini masih ditambah dengan komandan mereka yang duduk di bangku depan Mercy yang selain pistol Browning HP, juga membawa sepucuk AR-15 semiotomatis. Tapi, siapakah si VIP yang memerlukan perlindungan sebanyak ini yang duduk di bangku belakang Mercy?
Ternyata, itu adalah mobil milik Fariz Hamzah, kepala Komisi I DPR yang mengurusi bidang pertahanan dan keamanan negara. Dia sendiri tampak tenang, sepertinya percaya diri dengan semua pengawalan yang dia miliki, padahal polisi berkali-kali mengingatkan di media bahwa perampok di daerah ini tak segan-segan untuk membunuh korbannya. Bahkan polisi pun sampai berencana untuk mengirimkan pasukan besar terdiri dari Brimob dan Gegana demi menyisir dan menumpas ancaman perampok dan pembegal daerah ini. Tapi dengan ada 7 orang bersenjata lengkap, dan mobil yang dilapisi kaca anti peluru, siapa pun pasti merasa cukup aman berada di dalamnya.
Fariz Hamzah baru saja pulang menemui salah satu konstituennya di daerah ini. Ada beberapa deal yang harus diselesaikannya hingga baru bisa pulang selarut ini, tapi baginya itu cukup sepadan, karena selain ada “uang lelah”, ada juga suguhan wanita berkode “Pushtun” yang memang sudah tersohor. Fariz Hamzah sendiri memilih tak melakukan deal semacam ini di ibu kota, karena KPK sekarang cukup ganas dalam mengawasi semua yang dicurigai terlibat “malaprestasi”. Hotel-hotel baik mewah maupun melati kini sudah tak aman lagi, mengingat cengkeraman KPK atas ibu kota yang amat dalam, hanya di luar kota lah cakar KPK masih agak kendur. Pun, pejabat di luar kota biasanya lebih mudah diajak berkongkalikong mengingat pengawasan Pusat pun sering agak longgar di daerah. Dilihat dari senyum Fariz Hamzah yang masih mengembang, tampak bahwa “Pushtun” yang tadi disajikan benar-benar memuaskan. Bahkan sampai saat ini pun lututnya masih lemas.
Sebenarnya, mengenai pemilihan rute ini, si sopir dan si kepala keamanan yang duduk di bangku depan Mercy, agak tidak setuju karena ada rute lain yang lebih ramai. Hanya saja, mengingat Fariz Hamzah ingin “bergerak di bawah radar”, maka dipilihlah rute ini dengan konsekuensi membawa pengawal segambreng. Satu-satunya orang yang terus fokus pada keadaan jalanan, selain sopir adalah si kepala keamanan, yang dikenal dengan sebutan “Jendra”. Dia juga yang menyiapkan sepucuk AR-15 yang diletakkan di antara kedua kakinya, dengan kondisi siap untuk sewaktu-waktu digunakan. Tadinya semua anak buahnya bahkan akan diwajibkan membawa masing-masing sepucuk Uzi bermagasin penuh, tapi Fariz Hamzah melarangnya, karena terlalu berisiko membawa senjata sebanyak itu. Lagi pula mereka semua pergi untuk bersenang-senang, bukan untuk berperang. Jendra sendiri adalah mantan anggota pasukan komando yang dulu pernah bertugas di daerah-daerah konflik. Soal duel satu lawan satu, baik tangan kosong maupun bersenjata, dia adalah jagonya. Tapi semua kemampuannya ini tak bisa membantunya untuk tak merasa gugup pada saat ini.
Perjalanan berlangsung lancar, dan jika tak ada halangan, dalam 45 menit, mereka akan mencapai daerah pinggiran Jakarta, dan dari situ bisa langsung pulang dan selesailah tugas semua orang di malam yang mencekam ini. Tapi sebelum itu terjadi, jalanan yang sepi dan jarang berlampu ini masih merupakan ancaman yang harus dianggap serius. Dan entah kenapa, bagi Jendra, dia tak yakin bahwa malam ini akan berlalu dengan “lancar-lancar saja”.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAUT BIRU (END)
ActionDi suatu waktu Indonesia telah berhasil membangun kapal selam nya sendiri namun keberhasilan ini membuat gerah beberapa pihak. apakah rahasia di balik proyek kapal selam ini? konspirasi apa kah yg akan terjadi?