Epilogue 1

543 11 0
                                    

Epilogue I: Erwina

Apartemen Reporter NewsTV
1 Hari Setelah Ending
09.12 WIB

Erwina terbaring di ranjangnya sambil menatap ke arah dunia luar di jendela yang sepertinya tak mampu dia tembus. Kakinya yang sudah terbiasa berkelana sangat ingin untuk keluar dan menjelajahi dunia di luar sana, tapi perintah dari dr. Annisa jelas, Erwina belum boleh meninggalkan tempat tidur setidaknya untuk 2 hari ke depan. Kungkungan inilah yang membuatnya amat jemu, walaupun dia tahu bahwa ini demi kebaikannya sendiri.

Kondisinya sudah berubah jauh dari sewaktu dia ditemukan oleh Pak Berthus pingsan di depan kantor NewsTV. Pipinya kini kembali ranum merona, dan berat badannya telah kembali, dan kini dia bisa tersenyum lepas kepada setiap orang yang datang. Dan karena banyak yang datang sambil membawa oleh-oleh, maka kamar ini pun penuh dengan banyak buah tangan hingga susah mencari tempat untuk meletakkannya.

Meskipun beberapa hari ini cukup enak baginya, tak perlu pergi ke mana-mana, cukup makan dan tidur saja, rutinitas ini membuat Erwina yang memang terbiasa untuk “menggelandang” menjadi jemu, dan dia mulai merindukan saat-saat dia menjelajah ke sana kemari untuk mencari berita. Lagi pula kesibukan bekerja akan dengan cepat mengalihkan pikirannya dari ingatan mengenai saat-saat ketika dirinya dicekam teror yang luar biasa di bawah tahanan “Sang Pemimpin”. Dan bila diingat lagi, semua siksaan fisik maupun batin membuat Erwina bisa menangis, kecuali satu hal, yaitu ketika Sang Pemimpin mengajak Erwina untuk berdiskusi dalam membuka sandi di komputer Dr. Sedorenkov. Hal yang tak bisa dia lupakan, akibat keingintahuannya sebagai wartawan, adalah sandi 5 karakter yang digunakan, yang dikaitkan dengan angka 13-12, sebagaimana ayat Injil yang dibisikkan oleh Dr. Sedorenkov. Apakah itu?

Pintu terbuka tiba-tiba, dan Anton pun masuk sambil membawa sebuah karangan bunga bertuliskan “Cepat Sembuh”. Erwina tersenyum melihat bosnya ini datang menjenguknya, terlebih mengingat Anton baru pulang dari sebuah “petualangan gila” di Samudra Indonesia.

“Gimana keadaanmu, We?” tanya Anton sambil meletakkan karangan bunga itu di sebuah kursi karena semua meja sudah penuh.
“Dua hari lagi baru boleh kerja,” kata Erwina, “Bos sendiri udah mulai kerja? Katanya baru kemaren pulang?”
“Aku cuman ngeberesin satu dua hal,” kata Anton, “baru akan kerja lagi sama kayak kamu, Lucia juga,”
“Gimana keadaan Lucy?” tanya Erwina.
“Baik, paling enggak lebih baik dari kamu,” sindir Anton.

Anton kemudian mengambil bangku dan duduk di sebelah ranjang Erwina, sementara Erwina menata bantal agar dia bisa tiduran sambil badannya ditegakkan. Mereka lalu mulai bercerita dan Erwina-lah yang bercerita lebih banyak, terutama mengenai pengalamannya saat disekap. Beberapa kali, pada bagian yang teramat pahit, Erwina berhenti sebentar dan menitikkan air mata, sehingga Anton harus siap sedia memberikan tissue untuk menyekanya. Dan yang Erwina ceritakan ini jauh lebih banyak daripada yang sebelumnya dia ceritakan kepada orang lain. Erwina tahu bahwa untuk soal ini, Erwina bisa mempercayai bosnya. Tak terasa, jarum jam sudah jauh berubah saat Erwina selesai. Anton masih termangu saja mendengarnya.

“Bagaimana menurutmu, Bos?” tanya Erwina mengakhiri sesi cerita itu.

Anton terdiam, kemudian dia menepuk dan memegang tangan Erwina dengan lembut.

“We, sepertinya ini saat yang tepat buat aku untuk bilang kalau sudah lama aku mengkhawatirkan cara kerjamu yang menghilang seenaknya sendiri,” kata Anton, “kami semua sangat khawatir waktu tahu kamu hilang, setidaknya kalau ingin melakukan peliputan mandiri, bilang dulu sama yang lain, jadi yang lain juga tahu posisi kamu,”
“Iya, Bos, aku tahu aku salah soal itu,” kata Erwina.
“Untung kamu masih bisa kembali dengan selamat,” kata Anton, “dari yang aku pernah dengar, kelompok semacam itu bisa saja menghilangkan orang dengan mudah, apalagi ditambah kebiasaan kamu yang nggak pernah ngasih tahu posisi,”
“Ya, aku sudah kapok,” kata Erwina, “tapi orang-orang itu, apakah mereka teman atau lawan? Apakah bener keputusanku memberi tahu kata-kata terakhir Dr. Sedorenkov?”

LAUT BIRU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang