"Cinta itu sifatnya fleksibel. Bisa dari benci lalu menjadi cinta, ataupun sebaliknya. Namun, ada pula, terlalu cinta membuat kita bisa dibenci oleh orang yang kita cintai."
***
Ada beberapa misteri yang hingga kini masih belum terpecahkan. Seperti, mengapa jam istirahat selama empat puluh menit terasa amat singkat? Akan tetapi bila dipakai untuk belajar matematika entah kenapa terasa begitu lama?
Entahlah, misteri yang begitu sulit untuk ditemukan titik terangnya.
Kelas XI MIPA-2 hening tanpa suara saat Pak Hendi memasuki kelas tanpa salam maupun hal-hal lain yang biasanya diucapkan oleh guru-guru lainnya saat memasuki kelas. Tak ada sapaan atau seulas senyum terpasang di wajahnya.
"Keluarkan buku catatan kalian. Kali ini kita akan membahas soal yang kemarin bapak berikan sebagai tugas." katanya setelah menaruh buku-buku tebalnya di meja guru.
Hembusan helaan napas terdengar hingga di telinga Pak Hendi. Meski begitu ia tak peduli.
Pak Hendi mulai menulis berbagai macam angka dan rumus di papan tulis sebelum menerangkan satu per satu apa yang ditulisnya.
"Ngapa sih harus ada pelajaran Matematika?" gerutu Vina sambil mengambil bukunya dari dalam tas.
"Udah, lah. Tinggal perhatiin doang aja ribet lo." cibir Putri yang duduk di sampingnya.
Vina mendumel pelan sesaat sebelum menopang dagu dengan mata melas melihat papan tulis yang sudah seperti lautan angka yang memusingkan.
"Lucu."
"Apanya, Van?" tanya Steven bingung.
"Hah?" Vano mengerjap dari lamunannya. "I-itu Pak Hendi tulisannya lucu." lanjutnya gelagapan.
Steven menglongo sesaat kemudian menoleh kearah papan tulis. "Mata lo katarak tulisannya lucu! Orang udah kayak semut ngebaris gitu, pe'a."
"Serah lo, tai."
Hampir. Hampir saja ia ketahuan sedang memerhatikan gerak-gerik Vina yang entah kenapa seakan menarik matanya hingga terfokus sampai lupa keadaan sekitar. Melamun.
Tetap saja matanya seakan tak pernah lepas dari perempuan yang duduk di hadapannya ini. Sampai akhirnya ia tersadar.
"Gue ngapain sih ngeliatin itu cewek mulu? Sial." gerutunya dalam hati memaki dirinya sendiri.
"Kata orang, cinta itu dari mata turun ke hati. Jadi, jangan suka liatin orang nanti lo bakalan jatuh hati sama orang itu, Van."
Vano menoleh kearah Steven saat itu juga. Sedangkanya yang dilihat malah pura-pura menyimak dengan serius penjelasan dari Pak Hendi.
"Bagi gue, cinta itu bullshit. So, ucapan lo itu pun bullshit." katanya seraya tersenyum tipis.
Steven menoleh kemudian tersenyum miring. "Lo bisa bilang cinta itu bullshit karena lo gak pernah tau makna cinta dari sebenarnya. Gue do'ain semoga nanti ada cewek yang bakalan bikin lo jatuh cinta sejatuh-jatuhnya. Lebih jatuh dari sekedar jatuh."
Vano seketika bungkam.
***
Jam kosong terkadang adalah waktu yang paling tidak ditunggu-tunggu saat kuota habis dan tidak adanya jaringan wi-fi yang memadai. Hal itulah yang kini dirasakan oleh Bayu.
"Ternyata gini ya rasanya ditinggalin pas lagi sayang-sayangnya." gumamnya pelan sambil memainkan pulpen hitam kepunyaannya.
"Lagian, sih. Jadi cowok itu jangan terlalu cuek. Emang lo pikir sabar itu kayak alam semesta gitu, yang gak ada batasnya?" celetuk Randy yang duduk di sampingnya dengan mata terfokus pada game Mobile Legends-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beginning✔
Teen FictionCinta itu sederhana. Sesederhana hujan yang jatuh ke bumi tanpa harus berpikir tempatnya untuk jatuh. Sebab yang rumit itu bukan cintanya, tapi kitanya. Kita yang selalu memikirkan tentang cinta hingga lupa akan sebuah hal. Cinta itu bukan dipik...