15. Something Feel

1.6K 98 1
                                    

"Cinta itu dirasakan. Jangan dipikirkan."

***

Ingatan Vina memutar ulang berbagai macam kejadian yang melibatkan dirinya dengan Vano. Tak ayal hal itu cukup mampu membuat sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk seulas senyum. Ia tak tahu mengapa otaknya memutar kejadian-kejadian itu. Pun ia tak tahu menagap kini hatinya berdebar tak menentu.

"Gue udah gila kali ya?" tanya Vina pada dirinya sendiri.

"Tapi gue baper pas doi bilang kalo gue lucu aaa..." Vina tersenyum simpul mengingatnya kembali.

Vina membuka tutup pulpennya. Sesekali ia mengetuk-ngetukkannya ke kening, berpikir. Ujung pulpennya telah menyentuh kertas, otaknya berjalan, dan tanpa disadari memorinya merangkai wajah seseorang yang membuat tangannya kini menari-nari di atas kertas.

Sebuah rasaAku tak tahu harus memulainya darimana

Sebab kamu adalah kosa kata yang tak dapat kucerna

Yang kurasa didekatmu aku sempurna

Berada jauh darimu aku merana

Rasa apa ini sebenarnya?

Sulit ditebak dan kutak tahu apa asal-usulnya

Terlalu sukar tuk kubayangakan bagaimana awalnya

Sungguh, ini lebih rumit dari matematika dan rumusnya

Di dekatmu kurasakan sesuatu yang berbeda

Begitu menghentak dalam dada

Begitu syahdu bagai sabda

Ini bukan bualan dan benar ada

Aku hanya ingin berkata

Jika nanti mungkin aku jatuh cinta

Kuharap aku takkan kembali terluka

Sebab karena cinta aku pernah luka-luka

"Ohhh... jadi Vina lagi galau ni ceritanya?"

"CIEEE!!!"

Vina tersentak dan langsung menutup buku hariannya. Ia membalikkan tubuhnya dan matanya menangkap senyum-senyum penuh kemisteriusan dari keempat sahabatnya. Tentu ia tahu apa maksud mereka mendatanginya ramai-ramai seperti ini.

"Kalian mau ngapain sih?" tanya Vina kesal sekaligus menyembunyikan rasa malunya akibat tertangkap basah sedang membuat puisi yang begitu menjelaskan bagaimana perasannya kini.

"Aciee... yang lagi jatuh cinta mah sensian gitu ya," goda Putri seraya menaik-turunkan alisnya dengan mimik wajah yang membuat Lisa, Ica, dan Rena tertawa sedangkan Vina mendumel pelan.

Vina ingin pergi rasanya dari kamarnya saat itu juga. Namun, rasanya mustahil. Mengingat Putri telah menutup pintu kamarnya dan duduk persis di depan pintu tersebut. Pun ada Rena dan Ica yang sengaja duduk di jendela agar sama sekali tidak ada celah untuk Vina melarikan diri.

Vina mendesah pelan di kursi belajarnya. "Lisa, lo gak ikutan jagain biar gue gak kabur juga?" tanyanya sambil menatap Lisa yang kini lebih memilih duduk di kasurnya dengan nyaman.

"Gue mah mau tempat ternyaman aja. Siapa tau kelak gue dibikin nyaman." celetuk Lisa yang sukses membuat keempat sahabatnya membeo.

"Lo sejak kapan ngurusin tentang hati?" tanya Ica tak percaya.

"Biasanya juga cuma mikirin pelajaran," timpal Rena yang diangguki oleh Ica.

Lisa menghela napasnya. "Gue juga cewek yang udah puber dan punya hati kali. Sometime, I will have a boyfriend like Manu Rios."

The Beginning✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang