26. Akibat dari Rencana

1.2K 79 3
                                    

"Salah paham kadang dapat membuat masalah yang cukup besar. Seperti cemburu misalnya."

***

"JANGAN!!!"

Hening. Semakin hening.

Suasana kantin yang semula hening karena David yang sedang 'menembak' Vina, kini hening saat dua suara berseru kencang. Kontan saja semua mata memandang ke arah mereka berdua.

Ke arah Vano dan seorang perempuan yang tidak disangka-sangka suaranya akan terdengar.

"Kenapa lo teriak ngikutin gue, hah?!" sentak Vano marah.

Perempuan itu tertawa. "Emang apa masalahnya sama lo? Suara-suara gue. Kenapa elo yang repot?" sinisnya.

Vano mendesis kesal. "Kenapa lo ikutan teriak? Emang mereka punya urusan apa sama lo, Dita?" tanyanya.

"Lah? Lo sendiri kenapa lo teriak?" tanya balik perempuan yang bernama Dita.

"KARENA GUE SAYANG SAMA VINA! GUE GAK MAU DIA JADI MILIK ORANG LAIN!" Vano berseru kencang hingga seluruh isi kantin dapat mendengarnya. Termasuk perempuan yang kini tersentak dengan pernyataan itu. Pengakuan yang dibumbui kecemburuan.

Vina berbisik pelan kepada David. "Sumpah gue gak nyangka kalo akhirnya bakalan kayak gini," katanya.

"Sama. Ya udah kita nikmati pertunjukan ini aja," balas David berbisik.

Vina mengangguk kemudian tersenyum. Ia harus menikmatinya. Menikmati moment yang sangat jarang ia lihat.

Vano menunjuk wajah Dita dengan telunjuknya. "Sekarang lo udah tau kan kenapa gue teriak?! Sekarang lo. Kenapa lo teriak barengan gitu sama gue?!" tanyanya dengan marah.

Vano kadang memang seperti itu. Bisa marah hanya karena hal sepele. Seperti sekarang contohnya.

Dita bukan membalas tunjuk pada Vano. Ia justru menunjuk David yang kini masih menggenggam tangan Vina dengan lembut. Matanya mengarah pada David. Bukan binar cinta yang ada pada matanya, namun binar obsesi yang ada di sana.

"KARENA DIA!" serunya kencang.

David melotot kaget. "Kok gue sih?" tanyanya heran.

Dita berjalan mendekati David tanpa menurunkan tangannya. Masih menunjuknya hingga tangannya hampir akan menyentuh wajah David.

Dita tersenyum miring. "Karena lo," katanya.

Vina senang melihat senyuman itu. Rupanya ia harus menumpahkan minyak tanah di atas kobaran api.

Vina menepis tangan Dita yang sedang menunjuk laki-laki yang tangannya sedang ia genggam. "Apaan sih pake segala nunjuk-nunjuk dia!" kata Vina dengan marah.

Dita mendorong bahu Vina hingga perempuan itu terhuyung. Untung saja dengan sigap David menahannya sehingga kini Vina bersandar pada dada bidang David.

"Apa-apaan sih lo?!" Vano balas mendorong Dita kencang dan langsung menarik Vina ke sisinya.

Vina terkejut sekaligus menahan senyumnya untuk tidak terbit mati-matian sekarang. Ia melirik tangannya yang kini digenggam erat oleh Vano. Sungguh, rencana kali ini memang sangat menguntungkan.

Senang? Tentu saja.

Dita tersenyum miring. "Kalo lo sayang sama dia..." ia menunjuk Vina. "kenapa lo biarin dia deket sama David, hah?!" sentaknya.

"Emangnya apa masalah lo? Kenapa lo ngungkit tentang David terus? Lo siapa emang?" tanya Vano sangat geram. Perempuan di depannya ini sangat angkuh dan ia tak suka itu.

The Beginning✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang