8. Bahagia

1.6K 65 13
                                    

"Dalam cinta, jangan gunakan otakmu untuk berpikir. Tapi, gunakan hatimu dan perasaanmu. Dengan begitu, kamu dapat mengerti bagaimana cinta mengambil peran dalam kehidupan ini."

***

"Kak Vano, hallooo..."

"Eh?" Vano tersenyum kikuk saat dirinya ketahuan melamun oleh Rulita yang kini ada di hadapannya.

"Lo ngelamun ya? Lo punya masalah, Kak? Coba sini cerita sama gue." ucap Rulita dengan senyum manisnya meski jauh di lubuk hatinya ia sudah merasa jengkel karena sejak Vano mengajaknya kesini untuk membantunya belajar, kakak kelasnya itu seperti tidak benar-benar ada disini.

Raganya memang berada di tempat yang sama bersamanya. Namun, pikirannya seperti tertinggal di suatu tempat yang tidak ia ketahui dimana.

"Gue enggak papa." Jawab Vano singkat dengan seulas senyum tipis.

"Ayolah, Kak. Cerita aja gapapa."

Sungguh, ada setitik rasa ingin tahu mengapa Vano menjadi tidak fokus seperti itu. Peduli? Tidak, bukan peduli. Ia hanya ingin tahu. Itu saja, mungkin.

Vano menghela napasnya. "Lo pernah gak sih, apa ya... ngerasa suka sama dua orang? Atau hati lo kayak peduli sama si A misalnya, tapi lo juga nyaman saat lo sama si B, pernah?" tanyanya.

"Pernah, kok. Kenapa?" Rulita menatap Vano dengan tatapan teduh yang ia punya.

Sejenak mata mereka bertubrukan. Vano bisa merasakan darahnya berdesir hangat saat manik mata Rulita menyelami matanya yang redup. Akan tetapi, hal itu tak berlangsung lama karena Vano cepat-cepat mengakhirinya.

"Enggak, sih. Gapapa. Gue cuma nanya." Katanya berbohong.

Rulita mengangkat sebelah alisnya. "Masa sih?" tanyanya tak percaya.

Vano mengangguk mantap. "Gue nanya aja. Soalnya gue lagi baca cerita di Wattpad yang kisahnya kayak gitu. Ya gue penasaran aja, gitu. Ternyata cerita orang jatuh di dua hati enggak cuma ada di Wattpad doang. Di real life juga ada." Katanya menjelaskan sekaligus sebagai kalimat tambahan yang meyakinkan.

"Ouh.... Kakak suka baca Wattpad?!" tanya Rulita tak percaya.

Vano mengangguk antusias. "Huh, yaiyalah. Cerita-cerita di Wattpad tuh seru-seru tau." Ucapnya seraya melemparkan senyum khasnya.

"Whaaa!!! Sama dong! Gue juga suka baca Wattpad!" Rulita berseru dengan mata berbinar. Tapi sayang gue tukang boong. Batinnya melanjutkan.

Vano mengulum senyum. "Ta, kalo lo suka sama dua orang, lo bakalan pilih yang mana?"

Rulita mengerutkan keningnya. "Hah?"

Vano menghela napasnya. "Jawab." Katanya singkat.

"Gue bakalan pilih orang yang kedua. Soalnya, kita gak akan pernah suka sama orang kedua kalo kita emang beneran sayang sama orang yang pertama." Tutur Rulita dengan senyum manisnya.

Setelah Rulita menyuarakan pendapatnya, suasana diantara mereka mendadak seperti ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan. Dan sialnya, suasana itu bertahan hingga sepuluh menit selanjutnya. Keduanya hanya saling melakukan kontak mata tanpa ada yang membuka suara.

Tapi, hal itu hanya berlaku sekitar sepuluh menit. Sebab didetik berikutnya, Vano berdehem dan membuat Rulita segera menata fokusnya kembali.

"Berarti gue harus pilih orang yang kedua ya?" katanya.

Rulita mengangguk.

"Tapi entah kenapa rasanya gue lebih condong ke yang pertama meskipun gue sedikit punya rasa sama yang kedua."

Rulita menghela napasnya. "Kak Vano udah yakin emang kalo diri lo punya rasa sama yang kedua?" tanyanya dengan tatapan mengintimidasi.

Vano menggeleng. "Belum pasti, sih. Cuma masih sekedar dugaan. Kalo sama yang pertama mah udah pasti." ujarnya menjelaskan.

Sebersit rasa penasaran tiba-tiba hinggap di hati Rulita. Rasanya ia tak pernah menyangka bahwa ia akan memiliki kesempatan untuk mengetahui sedikit tentang kondisi asmara kakak kelasnya itu.

"Emang kalo boleh tau, yang pertama itu siapa?" tanya Rulita dengan ke hati-hatian yang tinggi.

Vano mengulum senyumnya.

"Lo. Lo mau ga jadi pacar gue?"

***

Bahagia.

Mungkin itulah adalah kata yang kini mewakili apa yang dirasakan oleh Vina saat salah satu keinginannya terwujud. Bisa lebih dekat dengan Randy—kakak kelas pengendara sepeda fixie itu adalah mimpi terpendamnya sejak kejadian dimana pertama kali ia melihat laki-laki itu mengelilingi lapangan sekolah dengan sepeda kesayangannya.

Entah ini adalah sebuah pelariannya dalam usaha melupakan seseorang yang telah menjadi masa lalunya beberapa minggu yang lalu, atau memang hatinya telah memilih Randy sebagai penghuninya. Vina tak tahu pasti. Intinya ia bahagia bisa sedekat ini dengan kakak kelasnya itu.

Ya. Sedekat itu.

"Hey?"

"Eh?" Vina mengerjapkan matanya , tersadar dari lamunan yang tak bisa mencengah bibirnya untuk melengkung ke atas membentuk seulas senyum.

"Kamu lagi ngelamunin apa?" tanya Randy seraya memandang wajah Vina dengan lekat.

Vina terkekeh pelan. "Kepo." jawabnya singkat yang diselingi tawa.

"Hiii... ngaku deh kamu. Lagi ngebayangin yang 'enggak-enggak' ya? Hayo ngaku!" tuduh Randy dengan senyum smirk-nya.

"Ihhh aku bukan ngelamunin kayak yang Kakak pikirin kok!" seru Vina dengan nada meyakinkan.

Randy tertawa. "Emang aku mikir kalo kamu ngelamunin apa?"

Vina menatap Randy dengan tatapan yang begitu menyiratkan kekesalan. "Kak Randy nyebelin ih!"

Randy lagi-lagi tertawa. Rasanya baru kali ini ia melihat perempuan semenggemaskan ini. Sungguh, tak pernah ia bayangkan sekalipun bahwa berada sedekat ini dengan Vina begitu menyenangkan.

"Ketawa aja terus!" ketus Vina sambil mengaduk-ngaduk jus mangganya.

"Kamu itu lucu. Sumpah!"

"Hah?" Vina melongo dengan untaian kalimat yang baru saja didengarnya. Randy menyebutnya lucu? Sungguh?

Randy tak bisa menahan tawanya kala melihat perubah ekspresi yang terjadi pada wajah Vina saat dirinya mengatakan bahwa perempuan yang kini rambutnya di kuncir dua bak anak TK itu lucu.

"Sumpah ya, gue baru tau kalo ada cewek selucu elo di dunia ini."

"Hah?"

"Ya ampun..." Randy berusaha menghentikan tawanya yang bisa dibilang kelewat batas. Terbukti beberapa pasang mata pengunjung cafe yang lain mulai memerhatikannya.

"Kakak seneng banget ya?" tanya Vina dengan seulas senyum mengembang di wajahnya.

Randy mengangguk cepat. "Iya, dan itu karena kamu."

***

The Beginning✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang