27. Dilema

1.2K 80 4
                                    

"Dilema adalah fase di mana kata 'gak tau' menjadi senjata. Sedangkan fase bingung adalah saat otak tak mengerti apa yang hati rasa."
***

"Sebahagia itu kah lo sama David?"

Pertanyaan itu terus mengulang dalam benak Vina. Pertanyaan sederhana sebenarnya namun mampu membuta Vina tak bisa memejamkan matanya hingga mentari pagi menyingsing. Bahkan sampai sang embun kembali menguap ke atas sana, pertanyaan itu tak kunjung hilang dari benaknya.

Hal itu tentu menimbulkan efek. Selain rasa kantuk yang datang terlambat, lingkaran hitam kini membingkai sempurna di kedua mata perempuan berambut hitam itu.

"Hari ini kita punya panda gais!" seru Rena sambil tergelak melihat kondisi sahabatnya itu.

Ica melirik. "Mengenaskan!" timpalnya sadis.

"Bangsat ya emang kalian!" semprot Vina kesal sambil menghujani kedua sahabatnya itu dengan tatapan tajamnya.

"Gue emang bangsat tuh," sahut Ica santai yang membuat Vina semakin geram.

Vina mendelik sinis. "Gue tuh lagi sedih bukannya dihibur. Malah dinista. Sahabat macam apa lo?"

"Halah... kemaren-kemaren aja selalu bilang 'gue gapapa'," cibir Ica sambil menirukan gaya bicara Vina saat ditanya, 'kenapa?'

"Setan!" umpat Vina sambil berusaha menelan rasa malunya.

"Mangkanya kalo punya masalah diceritain aja. Kita kan sahabat. Sahabat ada untuk mendengarkan," kata Putri sekembalinya ia dari dapur sambil membawa semangkuk besar berisikan nasi goreng untuk sarapan mereka kali ini.

Rena berdecak. "Gaya lo udah kayak Papi Mario Teguh aja," ejeknya.

"Lah kan gue emang anaknya kali?" sahut Putri segera.

"Anak dari mana pe'a!" Rena menoyor kepala Putri hingga perempuan itu meringis.

"Pagi-pagi itu sarapan. Bukan malah bikin keributan," tegur Lisa kemudian menyendokkan sesendok nasi goreng penuh ke dalam mulutnya yang kecil.

"Etdah... ni bocah udah main makan aja. Pindahin dulu ke piring woy!" omel Vina kesal lalu menarik mangkuk besar yang berisikan nasi goreng itu.

Lisa menyengir tanpa dosa. "Laper gue anjing!" katanya sambil ngegas.

Vina berdecih. "Gue gak peduli tuh!" acuhnya.

"Setan!" umpat Lisa sebal.

"Setan lagi ngatain ratu setan. Dududududu..." ceplos Ica.

Putri berdehem. "Udah-udah kita sarapan dulu. Abis itu kita mulai sesi curhat pagi. Alias denger Vina cerita," katanya.

"KUY!"

Vina melotot. "EH ANJIR GAK BISA GITU!!!" protesnya yang sama sekali tak digubris oleh siapa pun.

***

Minggu pagi Vano habiskan untuk bermesraan dengan kolam renang miliknya. Dengan hanya menggunakan celana pendek, Vano berenang dari mulai ujung kolam hingga ke ujungnya lagi. Begitu seterusnya hingga ia merasa cukup dan berdiam diri di sudut kolam.

Mentari pagi sudah terbit puluhan menit yang lalu. Namun, senyum diwajahnya tak kunjung terlihat cerah seperti pagi ini. Wajahnya terlihat kusut dengan mood kelabu menggentayangi hatinya.

"Mataharinya indah kayak kamu. Tapi sayang, ada awan. Jadi aku gak bisa melihatmu," gombalnya yang meluncur begitu saja saat matahari pagi menyinari tubuhnya yang basah.

Vano mengehela napasnya. "Kenapa gue se-bad ini cuma gara-gara cewek sih?" gumamnya heran tak habis pikir.

Lama ia terdiam, setelah puas menenggelamkan setengah tubuhnya di air, ia pun beranjak dari kolam.

The Beginning✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang