7. Sebuah rasa

2.6K 125 1
                                    

"Jatuhnya hati manusia dan jatuhnya serbuk sari ke kepala putik sekilas memiliki kesamaan. Sama-sama tak tahu kapan dan bisa saja kita tak menyadarinya. Sebab, kesadaraan tidak akan mungkin datang di awal."

^^^

Vano memandangi lamat-lamat foto empat kolase yang baru saja diunduh olehnya. Mulai dari gayanya yang terkesan aib, karena belum siap berpose, hingga foto yang ia pikir paling sempurna dari yang lain.

Foto saat dia dan Vina sama-sama tersenyum.

Ia mengamati foto itu dengan bibir melengkung tertarik ke atas. Jika diperhatikan dengan seksama, penampilan Vina siang tadi amat... cantik. Dengan baju kebaya berwarna merah dengan sentuhan make up tipis di wajahnya sungguh membuat penampilannya terbilang sempurna.

"Lo dipikir-pikir lucu juga, ya?" gumamnya sambil tersenyum.

"Eh apaan sih!"

Vano keluar dari aplikasi galerinya dan segera beralih ke aplikasi Line miliknya. Segera ditepisnya segala macam bentuk pemikiran tentang Vina, hingga salah satu pesan chat dari seseorang berhasil menyita perhatiannya.

From: Rulita

Hai, Kak! Kak, aku boleh minta tolong, enggak?

Keningnya mengkerut saat membaca deretan kalimat yang sebenarnya sangat mudah dibaca namun entah kenapa dirinya seakan tak percaya akan apa yang dilihatnya.

"Aneh." gumamnya pelan sambil tersenyum tipis.

To: Rulita

Boleh, mau minta bantuan apa?"

Sent.

Sambil menunggu balasan dari perempuan yang akhir-akhir ini memang dikatakan 'mulai' dekat dengannya itu, ia melihat-lihat snap whattsap yang dibuat oleh teman-teman sekontaknya.

Dimulai dari yang baru saja dikirimkan, hingga jempol tangannya menekan salah satu snap whattsap seseorang agar tak bergulir ke snap whattsap selanjutnya.

Vina memposting foto dirinya yang sedang tersenyum manis diantara keempat temannya yang lain. Perempuan itu terlihat lebih mencolok—lebih cantik diantara yang lain. Vano akui itu meski sangsi.

"Gue enah sama senyumnya dia. Apa iya ada daya magnetnya ya sehingga gue kayak tertarik buat ngeliatin senyum yang sebenernya enggak ada bedanya dari senyum-senyum pada umumnya. Mungkin," gumamnya sebelum memutuskan beralih ke bagian Chatting.

From: Rulita

Besok ajarin Matematika ya di perpus pas pulsek. Sebagai gantinya, nanti aku traktir:) Makasih, Kak...

"APA?!"

***

Vina tidak henti-hentinya tersenyum sejak tadi sore, tepatnya sejak ia berhasil mendapatkan foto bersama kakak kelas yang menjadi incarannya. Siapa lagi kalau bukan Randy. Laki-laki yang memiliki hobi bermain sepeda fixie itu sukses menyita perhatian Vina pada saat pertama kali ia melihatnya.

Kadang, ketertarikan sesederhana itu. Tertarik, kagum, atau sayang? Entahlah, yang Vina tahu ia sedang bahagia sekarang.

Kak Randy: Lo tau g apa yng plg gue takutin?

Me: Kehilangan orang yang lo syg

Kak Randy: Salah :p

Me: Kok salah sih?

The Beginning✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang