2. Perkataan dan Pernyataan

3.9K 174 21
                                    

"Disaat kamu terluka, jangan bersedih hingga menjatuhkan air mata. Sebab Tuhan pasti kan mengirimkan penyembuhnya."

***

"WOY, ANI GUE LIAT PR DONG!" seru Steven sambil mengambil buku tugas Matematikanya.

Ani mendumel pelan. "Nih, gue kasih waktu lima menit buat nyalin. Awas aja kalo lebih. Tulang lo gue patahin." ancamnya.

"Gapapa, deh. Asalkan jangan hati gue lo patahin. Udah retak banget, nih."

"Malah curhat lo bayi dugong!"

Steven terkekeh pelan sebelum mengambil buku tugas milik Ani untuk menyalin PR Matematika yang belum ia kerjakan. Sebenarnya PR ini tergolong mudah karena diambil dari soal-soal Matematika kelas X.

Tapi, bukan soal mudah atau susahnya. Malasnya itu loh, ck!

"LISA GUE NYONTEK NO 5 DONG!"

"ARA LO NOMER 2 UDAH BELOM?"

"WOY ANJIR GUE JUGA MAU NYONTEK!"

"IH BUKU GUE JANGAN DIOPER-OPER GITU! NANTI JADI BULUK CEM WAJAH LO!

"ANJIR!"

Vano memasuki kelasnya dengan wajah bingung. Padahal hari ini adalah hari pertama KBM aktif akan dijalankan, tapi kenapa semua teman-temannya sudah ribut soal PR begini?

Ia berjalan santai menuju mejanya yang terletak di barisan kedua dari pintu masuk, tepat bangku urutan kedua. Pun ia tidak duduk sendiri, ia duduk bersama Steven.

"Vin, emang ada PR?" tanyanya pada Vina yang duduk di depannya.

"Ada." jawab Vina singkat tanpa mengalihkan fokusnya dari buku novel yang ia baca.

Vano mendecak pelan. "Kalo ada orang nanya tuh diliat mukanya."

Vina menghela napasnya kemudian menutup buku novel yang ia baca. "Ada PR Matematika. Kemaren Pak Hendi masuk langsung ngasih soal, katanya supaya enggak lupa-lupa amat sama pelajaran kelas X." jelasnya tanpa ekspresi. Datar.

"Kok enggak ada yang ngasih tau gue, sih?" tanya Vano kesal.

"Lo gak buka GC Grup. Gue udah ngasih tau semalem."

Dirasa cukup, Vina kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda. Membuka kembali novelnya kemudian menggulirkan beberapa lembar untuk sampai pada bagian terakhir yang dibacanya.

"Cuek amat sih nih, cewek." dumel Vano dalam batinnya sambil mengeluarkan buku tugasnya dari dalam tas.

"Van, lo gak mau ikutan nyontek juga nih?" tawar Steven dari meja Ani yang jauhnya tidak seberapa.

"Bentar!"

Vano bergegas menuju meja Ani untuk ikut menyalin PR Matematika. Tapi, entah ada dorongan darimana, langkahnya tertarik ke belakang hingga tepat berada di depan Vina yang sedang membaca dengan serius.

"Anjir... kapan coba ada Dilan versi nyata?" gumam Vina sambil menggulir novel Dilan-nya ke halaman selanjutnya.

Vano mengkerutkan keningnya. "Dilan, siapa itu Dilan?" batinnya bertanya-tanya. "Halah, bodo amat sama Dilan-Dilan itu. Gak tau gue. Gak penting juga." lanjutnya.

"Lo kok malah baca novel sih? Bukannya ngerjain PR." celetuk Vano yang langsung mencuri perhatian Vina.

Vina menatap Vano sejenak sebelum kembali terfokus pada novelnya kembali.

"Gue udah ngerjain PR, keleus." tandasnya yang membuat Vano meringis malu.

"Iya dah iya, maaf. Gue liat PR lo dong?"

The Beginning✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang