Make Me Feel..

6.7K 207 0
                                    

Bagian tujuhbelas.

Setelah seminggu di swiss, Jason dan sarah memutuskan untuk kembali ke indonesia.

"Kau yakin ingin kembali?" Jason kembali bertanya, sudah beberapa kali ia bertanya dengan pertanyaan yang sama.

Sarah berdecak kecil, ia menggeleng pelan. "Kau sudah bertanya itu tadi." ia menjeda kata katanya, "Lagipula seminggu sudah cukup bukan?" lanjutnya.

"Baiklah baiklah, aku menyerah Nyonya Wilstoon."

Jason lalu melihat gerak gerik Sarah yang terus kesana dan kemari. Tanpa Sarah sadari Jason menarik pelan lengan Istri belianya itu, dan berhasil membuat Sarah terkejut.

"Jason!" Sarah berteriak, bersamaan terduduknya ia kepangkuan Jason.

Jason terkekeh, ia kembali mengeratkan pelukannya pada Sarah. "Iya iya, aku mendengarnya sayang. Jangan berteriak."

Sarah menatap jengah suaminya itu, ia lalu berkata. "Jason lepaskan, aku harus berkemas.."

Jason menggeleng, "jangan beranjak dulu, tetap disini." ia kembali mengeratkan rengkuhannya.

Sarah berdecak. "Jangan seperti anak kecil Jason. Ayolah.."

Jason kembali menggeleng. "Tidak sayang." Lalu ia mengalungkan kedua tangannya di leher Sarah sebelum berkata. "Sebelum kau beri aku ciuman, aku tidak akan melepaskanmu."

"Apa?" Sarah berkata dengan nada tidak terima. "Menciummu?" lanjutnya.

"Iya." Jason mengangguk "Di sini." lanjutnya seraya menujuk bibir merah mudanya.

Sarah kembali berdecak. "Oh ayolah." kemudian, Sarah mengecup pelan bibir Jason, Hanya beberapa detik setelah itu melepasnya, kemudian segera beranjak dari pangkuan Jason.

"Aku mencintaimu Sarah, sangat."

Sarah berhenti berjalan, senyum simpul terukir di bibirnya. "Aku juga, dan juga sangat."

––

Ruang keluarga Wilstoon terlihat begitu tegang, disana sudah terduduk Jane, Felix, Celine dan satu perempuan lagi ~Selena

Oh ayolah, jangan tanya siapa Selena. Belum saatnya untuk dijelaskan.

"Jadi, apa maumu?" Jane, mulai bersuara, setelah lama diam dalam keheningan. "Apa yang ingin kau ambil."

"Putraku. Aku ingin putraku." Tatapan Selena begitu dingin.

Celine berdecih, "apa kau bilang? Putramu?" Celine menggeleng remeh. Tatapan matanya penuh kebencian. "Dia bukan putramu, dia bukan anakmu."

"Jangan banyak bicara! Dimana putraku!"

"Hey!" suara Felix mulai meninggi disana, "Jaga bicaramu. Jangan sampai aku lupa bahwa kau adalah seorang wanita." Lanjutnya dingin.

"Grandma, uncle felix, aunty celine. Dimana kalian?"

Suara Ryn menggema disana membuat semua orang menatapnya. Dan selena, ia masih membeku disana, tanpa kata.

Celine dengan cepat menghampiri Keponakannya itu, "Ryn, ayo ke atas. Bermainlah bersama eshe, nanti Aunty menyusulmu."

Tanpa bantahan, Ryn, mengangguk dan menuruti perintah Celine, Ryn berjalan melewati Selena tanpa kata dan menaiki anak tangga.

"Jadi, itu putraku."

"Ryn bukan putramu! Kau bukan ibunya!" Celiane berteriak, suaranya menggema disana. "Sekali lagi aku tekankan, Ryn bukan putramu! Ibu mana yang tega meninggalkan anaknya yang baru lahir dirumah sakit? Ibu mana yang tega pergi meninggalkan anaknya hanya demi uang? Aku rasa, tidak ada ibu seperti itu didunia ini, kecuali dirimu!" lanjut celine dengan menggebu gebu.

Selena tersenyum remeh, ucapan Celine seakan hanya angin lalu baginya.

Selena menghela napas, "Aku dengar, Jason sudah menikah. Aku tidak peduli itu, yang aku mau putraku." nadanya begitu dingin.

Celine menggeleng tidak percaya, "Kau ini wanita atau apa? Haaa!" suaranya keras "Cukup! Pergi dari sini! Pergi selena!"

Selena tertawa kecil, ia mengambil tas hitam miliknya lalu berkata. "Tunggu saja. Aku akan mendapatkan putraku."

Dengan segera Selena melenggang pergi, tanpa pamit.

Dan Celine kembali menggeleng, ia menggeleng pelan. "Kenapa wanita itu muncul lagi, apa maunya."

"Aku harus menghubungi Jason, dia harus tau ini."

Kata kata Felix disetujui celine, ya. Setidaknya Jason harus tau ini.

Jane menggeleng, "Jangan. Jangan ada yang menelfon jason. Dia sedang bulan madu. Tunggu dia pulang, kita akan bicarakan ini dengannya nanti."

––

Dan disatu sisi, Selena membanting pintu kamarnya cukup keras, ia berteriak, mengahancurkan barang² yang bisa ia hancurkan, semua berantakan, berserakan tak tersisa.

Napasnya terengah engah, lalu kembali memungut Pigura yang berisi Foto Ryn masih bayi, entah darimana ia mendapatkan Foto Ryn. Ia mengusapnya perlahan, dan berkali kali, ia tersenyum, begitu miris. "Putraku.. Putraku.." lalu memeluk pigura itu dengan eratnya, ia memejamkan matanya sekejap setelah berkata. "Ibu akan membawamu, kau milik ibu. Hanya milik ibu." Matanya memerah, menahan airmata, bibir merahnya bergetar penuh ambisi. "Aku harus mendapatkan Ryn, dia milikku. Aku tidak peduli jika menghancurkan apapun, asalkan Ryn ada bersamaku, termasuk membunuh mereka."

Bersambung.....

Jengjengjengggggg, haduh.. Maaf telat yaa aku sebenernya baca kok notif dari kalian, tapi ga sempet next sekarang kemaren² lagi ada something secret..

Jadi, selamat membaca yaa, maaf pendek bgt, maaf juga kalo ga ada feel di part kali ini🍃

Wassalam,

Octha

Married (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang