He's Smiled

3.3K 147 5
                                    

Hai....

Ya allah, berapa abad aku ga muncul? Satu abad? Dua abad?
Hehehehe.. Lama yaa😩 mohon dimaafkan ya readress, aku lagi gamood buka wattpad soalnya. Moodnya itu sekarang suka streaming Justin di youtube. Behhh😳

Oke, mau marah? Ya gapapa.. Wqwq, aku pantas mendapatkannya💔
Mohon maaf juga kalo ada kosa kata yang nyeleneh, atau typo yang gatau diri di part ini, belum sempet edit lagi, huhuhu💔

Sudah ya gaess..

Vote+commentnya ditungguuu♥♥♥

Bagian tigapuluh sembilan

***

"Good morning mommy.."

Suara kecil Ryn membuat Sarah terbangun dari tidurnya, Sarah tersenyum tanpa ada niatan untuk bangun, perempuan ini membawa putranya kedalam dekapan, mengecup pelipisnya cukup lama. "Good morning boy.." Sarah sedikit menunduk, kemudian bertanya. "Tidur nyenyak sayang?"

Memang, semalam Ryn memilih tidur di kamar Sarah, karna pria kecil tersebut tidak mau ibunya tidur sendirian. Selain itu, Ryn juga merindukan ayahnya yang hampir 3 minggu ini belum pulang juga.

Sarah kadang merasa sesak, jika melihat Ryn lebih sering berdiam diri sekarang. Sebagai ibu, Sarah merasa sedih jika melihat pemandangan tersebut.

Kadang, saat Sarah menjenguk Jason, perempuan itu juga membawa serta putranya bersamanya. Sarah berpikir, dengan begitu kerinduan Ryn pada Jason akan sedikit terobati.

Ryn semakin mengeratkan dekapannya, bersembunyi di balik dada sang ibu. Ia mengangguk. "Sangat.." desis Ryn. "Mommy bagaimana?" Ryn kembali bersuara, menatap sang ibu yang mengangguk. "Dan.. Adik bayi?" tanya Ryn kembali yang membuat Sarah menahan senyum. tanpa melepas pelukannya pada sang ibu.

Sarah tersenyum, sesekali mengecup kening Ryn dengan sayang. "Iya sayang, dia juga sama.." ujar Sarah lembut.

Kemudian bocah kecil itu sedikit bergerak, membuat Sarah mengendurkan rengkuhannya, sembari menatap Ryn dengan alis yang saling bertaut.

"Mom..." dengan pelan Ryn memanggil Sarah, anak itu menunduk, tangannya memilin pinggiran selimut.

"Ada apa sayang.." Sarah kemudian ikut terduduk, sedikit menarik putranya agar lebih mendekat. "Ryn kenapa?" tanyanya lagi.

"Ryn merindukan daddy.." lirih Ryn, ia kemudian menatap Sarah dengan sendu. "I needed daddy mom.." dengan mata yang sudah berkaca kaca Ryn berujar dengan nada bergetar.

"Ssstt..." dengan cepat Sarah membawa putranya yang menangis kedalam pelukan, membenamkan kepala Ryn kedalam ceruk lehernya, mengusap lembut punggung Ryn. "Sudah sayang.. Jangan menangis.." Sarah berujar sembari menenangkan isakan putranya.

Hati Sarah kembali mencoles saat mendengat isakan pilu putranya, hampir tiga minggu, Jason--suaminya belum juga sadar. Bukan hanya Ryn yang merindukan Jason, Ia juga. Bahkan seluruh keluarganya.

"Ssstt.. Anak tampan.." Sarah masih terus mengusap punggung Ryn yang bergetar, mengecup pelipis Ryn berkali kali. "Mommy disini nak.. Berhenti menangis.." Sarah kembali berujar pelan, mengusap helaian rambut Ryn. "Daddy pasti pulang, mommy janji.." tulus Sarah kemudian.

Hingga rengkuhan antara ibu dan anak itu terlepas. Membuat Sarah sedikit menunduk, melihat wajah sembab putranya akibat menangis. "Jangan menangis.." Sarah menangkup pipi Ryn, lalu mengusap lembut pipi putranya yang agak basah akibat sisa airmata. "Kau ingin seperti daddy yang kuat kan?"

Ryn hanya mengangguk, sembari sesenggukan.

Sarah tersenyum tulus, lalu mengecup sekilas bibir mungil Ryn. Kalau begitu.. Berhenti menangis, hm.." ujar Sarah yang mengecup sayang kening putranya.

Married (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang