Part 6 : Why?

2.9K 320 46
                                    


Setelah kejadian perdebatan Jane dan Daniel, Jane memutuskan untuk kembali ke Roma besok paginya. Ia mengemasi barang-barangnya semalam dan telah mengabari petugas yang akan mengantarnya kembali. Namun ketika ia menunggu di tepi pantai sebuah kapal yang cukup besar berlabuh di depannya. Kapal yang besar dan terlihat mewah. Gadis itu hanya menundukkan kepalanya tidak peduli, karena ia tahu itu bukan tumpangannya.

 Gadis itu hanya menundukkan kepalanya tidak peduli, karena ia tahu itu bukan tumpangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hingga koper dan tasnya diambil alih oleh seseorang yang berbaju hitam dan bersetelan terlalu resmi untuk berada di pantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hingga koper dan tasnya diambil alih oleh seseorang yang berbaju hitam dan bersetelan terlalu resmi untuk berada di pantai. Jane membuka mulutnya ingin berbicara ketika sebuah tangan menggenggam telapak tangannya dan menarik gadis itu lembut untuk memasuki kapal yang terlihat mewah itu.

"apa yang kau lakukan?" tanya Jane setelah mereka berada di dalam kapal pada Daniel yang kini mengenakan kaus putih dan celana jeans hitam dengan kaca mata yang menghiasi wajah tampannya, serasi dengan Jane yang juga mengenakan gaunnya yang berwarna putih. Pria itu mengagumi Jane di balik kaca matanya tanpa harus membuat gadis itu risih.

"aku juga akan kembali ke Roma. Kau akan ikut bersamaku" ucap Pria itu santai mengalihkan pandangannya ke depan setelah melihat wajah Jane cukup lama. Tentu saja pria itu berbohong. Ia memiliki hari yang banyak untuk menjalankan beberapa tugasnya di Brazil. Namun mengetahui Jane yang berkemas semalam, Daniel memutuskan untuk kembali ke Roma bersamanya.

"kenapa aku harus kembali denganmu?" tanya gadis itu setelah menghela nafasnya. Gadis itu kesal tapi tidak terlihat kesal karena cukup sulit menebak ekspresinya.

"karena kau adalah modelku. Kau berjanji untuk menjadi model produk kami. Maka aku bertanggung jawab untukmu. Karena itu kau akan kembali bersamaku tanpa bantahan." ujar Daniel yang membuat Jane memejamkan matanya erat karena kesal.

Sepanjang perjalanan mereka hanya terdiam. Bukannya Daniel tidak ingin berbicara pada gadis itu. tapi Jane berusaha menghindarinya, dan membuatnya kesal. Sehingga pria itu hanya dapat menatap Jane dari belakang kacamatanya. Kedua tangan Daniel mengepal menahan hasratnya untuk menandai gadis ini dengan paksaan. Tapi ia tidak akan menyakiti Jane ke dua kalinya.

"apa kau akan terus mendiamkanku?" tanya Daniel yang tidak dijawab sama sekali oleh Jane.

Daniel membuka kacamatanya, membungkuk mendekat pada Jane, yang kini menatapnya aneh dan terkejut. Namun gadis itu, kembali menatap keluar dan Daniel menatap Jane lama. Seolah menyerap separuh nafasnya saat melihat gadis itu.


***

"aku memiliki tiket ku sendiri." ucap Jane ketika mereka sampai di Bandara. Daniel mengerutkan dahinya tidak suka. Kenapa gadis ini selalu mencari alasan yang tidak bisa ia bantah.

"buang saja. Kau akan ikut bersamaku!" ucap Daniel menarik tangan Jane bersamanya namun gadis itu menghempaskan tangan Daniel kasar dan menatapnya marah.

"mungkin banyak yang terlihat seperti sampah bagimu, tapi ini adalah uangku. Tidak mudah mendapatkannya. Kau tidak memiliki hak untuk memintaku melakukan apa yang kau mau. Tanggung jawab? Aku bahkan belum menandatangani kontrak apapun. Jadi berhenti memaksaku!" ucap Jane marah. Menarik koper-kopernya meninggalkan Daniel yang mengacak rambutnya. Pria itu merasa sangat frustasi menghadapi Jane.Tapi ia sangat menginginkan gadis itu.

Jane berjalan cepat meninggalkan Daniel yang berada di belakangnya. Bahkan setelah percakapan serius mereka kemarin, pria itu masih berani untuk berbicara dengannya dan bahkan menyentuhnya.

Ponsel Jane tiba-tiba berbunyi, membuat gadis itu menghentikan langkahnya untuk menjawab panggilan itu. "hallo Kayle?"

"Jane? apa maksudmu Jane? Kau bersedia menjadi model mereka?" tanya Kayle di seberang sana dengan antusias.

"bagaimana kau mengetahuinya?" tanya Jane menaikkan satu alisnya heran.

"bagaimana tidak? Seseorang baru saja menelfonku mengatakan kau akan menjadi model utama mereka dan kita akan menandatangi kontrak lusa,"

"kau dimana? Aku akan menyusulmu aku sudah di bandara." ucap Jane tanpa ingin menjawab pertanyaan Kayle.

Setelah berada di dalam pesawat entah mengapa wajah Daniel selalu memenuhi pikirannya. Rasanya sangat tidak nyaman setelah bertemu dengan pria itu. Wajah Daniel memang tampan, tapi entah mengapa dari sekian banyak pria tampan Daniel yang hanya terlihat mempesona? Kenapa pria itu harus Daniel?

Ia sangat tidak nyaman dengan perasaannya yang entah mengapa tiba-tiba saja merasa aneh saat berjauhan dari pria itu. Memangnya siapa pria itu sampai membuatnya seperti ini?

Jane memiliki kelemahan, yaitu sulit menghapal wajah, jalan, dan nama. Ia perlu melihat beberapa kali hingga ia baru dapat mengingatnya. Tapi dengan Daniel. Ia ingat persis wajah bersalah pria itu yang menatapnya. Dan sulit sekali dilupakan. Apa karena rasa bencinya? Tapi itu sudah lama, bagaimana mungkin amarah itu masih menguasai pikirannya tiba-tiba seperti kemarin.

Jane menyandarkan kepalanya ke kursi mencoba menenangkan pikirannya. Ia terbiasa tenang, tapi karena pria itu ia menjadi lebih emosian. Dan ia sendiri tidak tahu mengapa. Ia butuh ketenangan.

Beberapa menit saja

"Jane? kau baik-baik saja?" suara seseorang tiba-tiba membuat matanya terbuka. Kini ia melihat Kayle yang menatapnya dengan cemas. Cemas?

"ya aku baik-baik saja." jawab Jane terdengar serak.

"kau menangis Jane." ucap Kayle mengusap air mata yang tidak Jane sadari sudah menetes.

Jane yang terlihat bingung mengusap sudut matanya dan melihat jari-jarinya sudah basah. Ia menangis? Kenapa ia menangis?

.

.

.

Daniel menutup mulut dengan kepalan di tangan kanannya. Matanya sudah merah, bibirnya bergetar, dan air matanya membasahi pipinya. Pria itu menangis...

Menangis untuk pertama kalinya. Perasaan sesak yang menghantuinya ketika Jane menolaknya. Matanya menatap ke arah jendela yang menampakkan pemandangan awan yang sangat indah. Yang tadinya ingin pria itu lihat bersama Jane. Tapi gadis itu pergi sendiri meninggalkannya. Sekarang ia harus bagaimana lagi? Bagaimana cara agar gadis itu bisa bersamanya?

Bagaimana cara mengatakan kepada Jane jika ia menyesal?

Ia bersalah, ia tulus meminta maaf, dan ia berjanji tidak akan melakukannya lagi pada siapapun. Ia memang pria kejam. Mengingat kembali ketika ia menyakiti Jane dengan jemari miliknya membuat pria itu ingin sekali memotong tangannya.

Tapi jika ia melakukannya, bagaimana cara pria itu menyentuh Jane? menggenggam jemari gadis itu dan betekuk meminta maaf.

"dasar bodoh!" lirih Daniel





.


,


,


TBC

hai semuanyaaaa.... maaf udah lama gak update hehehe... cieee yang masih nungguin. kalian kalau udah ditinggal baru pada ngomen, giliran udah diupdate males ngomen sih.

hehe becanda...

jadi ceritanya, aku tu masih mikir buat ngetik cerita ini karena banyak yang nungguin dan aku takut ngecewain. kemaren-kemaren aku juga lagi sakit. maaf ya aku nulisnya dikit. lain kali aku usahain lebih panjang...


My Yellow Carnation Mate (MIM Child Sequel) - [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang