Part 9 : Like a Dream

3K 341 56
                                    


Warning : siapkan lagu mellow please. Apa aja, yg penting bikin kamu sedih

Backsound : Jangan Rubah Takdirku - Andmesh (author dengerin lagu ini waktu nulis part ini. entah kenapa)

Part ini didedikasikan buat smua readers yg setia nungguin cerita ini. Please vote and komennya. Ditunggu ya guys...

.

.

.

.

Seminggu berlalu dengan cepat, dimana akhirnya Jane terbebas dari kontrak perusahaan milik Reyhand. Setidaknya ia tidak harus bertemu lagi dengan Daniel bukan? Walaupun sudah beberapa hari yang lalu ia tidak lagi melihat pria itu lagi. Terakhir ia melihat Daniel ketika pria itu menatapnya dari jauh dengan tajam, lalu menghilang.

Ada yang hilang, tentu saja ada yang aneh dengan perasaan Jane yang merasa sesak. Saat ia tidak ingin mengingat pria itu malah sebaliknya yang terjadi. Ia akan kembali mengingat wajah pria itu. Perasaan aneh selalu menghantuinya.

Dan sekarang, ia hanya dapat memandangi Kayle yang terlihat sibuk dengan beberapa baju milik Jane. Membongkar satu-persatu baju dan mencocokkannya di tubuh Jane.

"Katakan padaku. Apa sebenarnya yang kau lakukan?" tanya Jane setelah bertahan dengan rasa ingin tahunya selama 15 menit.

"Tentu saja mempersiapkanmu ke pesta alumni sekolahmu dulu. Kau mendapatkan undangan resmi yang dikirim pada emailmu. Pesta ini akan sangat bagus mempromosikan dirimu Jane. Kita bisa mendapat perhatian lebih." Ujar Kayle antusias. Namun Jane menunduk dan menghela nafasnya.

"Aku sudah mengatakannya Kay. Aku tidak akan pergi ke pesta manapun. Kau tahu itu kan?" kesal Jane. Bukan tanpa alasan gadis itu menolak, tetapi masa lalunya yang kelam akan kembali teringat di benaknya. Memikirkan ia akan bertemu dengan orang-orang itu membuat dirinya muak,

"Oh ayolah, mereka akan mengadakan pemeran. Lukisan tiga dimensi, bukankah kau mengincar pemeran itu Jane? Seingatku kau mendiamiku selama seminggu saat aku gagal mendapatkan tiket untukmu ke pameran itu." ucap Kayle membuat Jane terdiam. Gadis itu menggerak-gerakkan bola matanya ragu.

"Baiklah, aku akan pergi. Tapi aku tidak akan berbicara pada siapapun." Ucap Jane membuat Kayle memasang ekspresi protesnya. "Jane! kenapa? Kau tahu kan ini untuk kebaikan karirmu." Ujar Kayle membujuk gadis itu.

"Tidak di tempat itu Kay. Karir tidaklah penting selama aku masih bisa mendapatkan uang. Kau tahu kan, aku akan melakukan apapun yang aku inginkan. Aku hanya meminta pengetianmu." Jelan Jane lagi.

"Aku hanya ingin yang terbaik untukmu Jane. Tapi semua keputusan berada di tanganmu. Aku tidak akan memaksa. Jadi, kau akan pergi atau tidak?" tanya Kayle menatap Jane dengan penuh pengertian..

"Kau pikir aku akan menyia-nyiakan pameran itu?" tanya Jane lalu kembali tersenyum dan menularkannya pada Kayle, lalu gadis itu berjalan santai ke kamar mandi.

.

.

.

"Dengarkan aku, setidaknya kau harus tersenyum di sana Jane. Dengan begini saja semua mata pasti akan memandang ke arahmu. Apalagi jika kau tersenyum, semuanya pasti akan..."

"Aku sudah mengatakan aku tidak akan mencari pekerjaan untuk saat ini Kayle," ujar Jane tanpa senyum di wajah cantiknya.

"Oh sayang, setidaknya dengarkan dulu kata-kataku. Aku hanya berharap satu dari mereka dapat merebut perhatianmu. Aku ingin melihatmu bahagia Jane." Ujar Kayle menjelaskan apa yang ingin sampaikan tadi.

My Yellow Carnation Mate (MIM Child Sequel) - [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang