03

122 26 5
                                    

Abel berjalan menyusuri jalanan beraspal tanpa alas kaki, Ia sedikit panas karena cuaca sekarang pun matahari tengah menetap di atas.
Sesekali ia mengangkat kakinya yang perih, dan bagaimanapun tempat ini sama sekali berbeda dengan tempat tinggalnya.

"Oya, Aku belum tahu nama paman!"
Ucap Abel di tengah perjalanan

"Panggil saja Kakek Harry! Aku terlalu tua untuk di panggil paman"
Jawabnya dengan seringai tawa yang menunjukkan sederetan giginya yang masih rapi meski sudah tua

"Baiklah!"
Ucap Abel dengan senyum manisnya

Setiap pasang mata menatap Abel dengan kakek Harry yang berjalan menuju desa Metta, tempat tinggal dari kakek Harry.
Para pemuda
terkagum-kagum melihat kecantikan Abel yang jalan berdampingan dengan Kakek  Harry, sesekali mereka menyapa Abel dengan manis.

"Oya kek, buahnya kan belum habis mengapa sudah pulang?"
Tanya Abel melihat gerobak yang masih penuh dengan buah-buahan

"Nanti kita jual di desa saja!"
Abel mengangguk, namun sebelum sampai di desa Abel bosan karena sepanjang jalan hanya terdiam. Akhirnya Abel berinisiatif untuk menjajakan
buah-buahan segar itu, iapun berteriak mulai menjajakan buahnya.

"Buah segar! Buah segar!"
Teriak Abel dengan suara lantangnya, namun masih terdengan lembut. Harry tersenyum hangat melihat tindakan Abel, ia teringat akan anaknya yang tidak ada.

Para pemuda yang melintas dan tengah berada disana segera menyerbu buah tersebut, bukan hanya untuk membeli buahnya saja namun mereka ingin memandang wajah Abel dengan lebih dekat. Mereka rela berdesak desakkan memborong buah itu, mereka melakukan semua itu demi melihat dengan jelas wajah cantik Amabel.

"Nona, buah manis ini kalah dengan senyumnya manismu!"
Rayu salah satu pemuda, Abel hanya tersenyum tipis.

*
Di tempat lain, segerombolan kuda dengan masing-masing penunggangnya memasuki gerbang besar istana.
Percy melompat dari kudanya dan segera memasuki istana, disusul oleh pengawal pribadinya.

"Yang mulia, mengapa Anda tidak membawa gadis itu?"
Tanya pengawal pribadi Percy, Percy hanya acuh dan terus berjalan melewati koridor istana. Para prajurit yang tengah berdiri menjaga, segera menundukkan kepalanya saat Percy melewat.

Percy berhenti di depan pintu kamarnya, begitupun dengan pengawal pribadinya.

"Arnold, kau boleh pergi! Aku ingin istirahat"
Ucapnya lirih

"Baik yang mulia!"
Arnold membungkuk kemudian pergi dari tempat itu

Percy membuka pakaian kebesarannya yang terbuat dari kain terbaik dengan ukiran-ukiran kecil seperti akar yang terbuat dari emas, ia merebahkan tubuhnya diatas ranjang dengan mengenakan piyama biasa.
Percy mulai memejamkan matanya dan merasakan denyut darahnya yang mengalir lancar di tubuhnya, namun ingatannya selalu terbayang akan apa yang di ucapkan Abel tadi siang.

*
Abel mulai melakukan kebiasaannya, ia mulai bernyanyi saat sampai dirumah kakek Harry. Gerobak yang sebelumnya penuh dengan keranjang yang berisikan buah, namun kini menyusut dan hanya beberapa yang tersisa.

Kakek Harry mengajak Abel masuk kedalam rumahnya, dan menunjukkan kamar untuk Abel.

"Ini kamar siapa kek?"
Tanya Abel heran karena kakek Harry pernah bicara bahwa Ia hanya tinggal seorang diri.

"Itu kamar anak kakek dulu!"
Jawab kakek Harry yang berjalan kearah kamarnya

"Jadi kakek punya anak? Dimana Ia sekarang?"
Tanya Abel kembali penasaran

"Anak kakek pergi mengambil jalannya sendiri untuk mengabdi, yang sekarang entah dimana!"
Suaranya terdengar serak menahan tangis, Abel segera berjalan mendekati kakek itu dan merangkul bahunya.

Putri Bulan[ SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang