26

49 4 2
                                    

Jika diberi pilihan, Abel ingin kembali ke masa dimana ia tinggal hanya bersama Ibu dan Adiknya saja. Tanpa seseorang yang mengganggu atau binatang apapun yang membentak mereka.
Namun takdir berkata lain. ketika ia ingin merasakan seperti apa menjadi seorang putri, kini ia tahu bahwa menjadi seorang putri sangatlah melelahkan.

"Mengapa tubuhmu sangatlah harum?"
Ucap Percy lirih, Abel hanya terdiam dengan tubuh menegang.

"Aku pasti akan sangat merindukan aroma ini!" Sambungnya

"A-a-apakah yang mulia hendak pergi?"
Tanya Abel gemetar

"Mengapa kau bertanya? Memangnya kau peduli?"

"Kau pamanku,  tentu saja Aku peduli!"
Jawab Abel spontan, padahal bukan karena itu Ia melontarkan pertanyaan tersebut.
Entah atas dasar apa, Abel hanya merasa takut kehilangan.

"Cih!! Aku bukan pamanmu, harus berapa kali lagi Aku mengatakan nya?"
Ucap Percy dengan nada dingin seraya melepaskan pelukannya.

Lagi-lagi Abel hanya terdiam merenung di tempatnya. Sedangkan Percy lantas pergi begitu saja meninggalkan taman yang kini dingin seperti pemiliknya.

👑👑👑

Angin menyelinap di antara dedaunan, menerbangkan beberapa helaian yang runtuh dari pegangannya. Mentari muncul di ufuk timur,  yang memberikan kehangatan alamiah untuk semua penikmat nya.

Keadaan Erasmus tidak seperti biasanya. Meski cuaca seakan memberikan kabar baik,  namun di dalam istana, Percy memerintahkan para prajurit untuk memperkuat pertahanan militer di bagian gerbang utama dan gerbang kedua. Di tambah, pasukan khusus di perintahkannya untuk membuat benteng di luar istana sebelah barat dan timur.
Keadaan semakin getir saat Eric yang seharusnya memimpin pasukan khusus, harus ambil alih ke luar kota karena sesuatu hal yang dikatakannya penting.

"Untuk semua Jendral, segeralah mengambil semua senjata yang di perlukan di ruang bawah tanah. Dan untuk Menteri Pertahanan, segeralah buat strategi yang tepat untuk gencatan ini dan segera laporkan padaku!"
Percy berbicara di atas mimbar dengan suara lantang dan tegas.

Austrin ikut serta membuat strategi,  Ia kembali teringat akan keadaan beberapa puluh tahun yang lalu. Keadaan yang menggemparkan Erasmus, dimana kerajaan sekutu menyerang tanpa sebab.
Bahkan, tidak ada informasi sebelumnya bahwa sekutu akan menyerang.

"Bun, Aku takut!"
Ucap Clarry lirih di dalam dekapan Mole

"Tidak akan terjadi apa-apa, Ayah pasti mampu menanganinya!"
Ucap Mole menenangkan

Clarry kembali memeluk Mole dengan erat, begitupun dengan Mole. Ia tidak ingin kehilangan sang putri seperti kehilangan suaminya dahulu. Namun Mole sendiri merasa khawatir jika terjadi apa-apa pada Austrin dan Erasmus. Ia yakin, keadaan ini Pasti tidak jauh berbeda dengan kejadian sebelumnya.

Di tempat lain, Percy sudah memimpin pasukan khusus di balik tebing. Ia akan memantau pergerakan lawan, dan akan mengambil kesempatan saat ada peluang muncul untuk menghabiskan mereka.

Mata elangnya tampak membara bagaikan api yang siap menghujam siapa saja yang menatapnya. Awan yang semula cerah tampak  menggelap, seakan ikut serta  menyertai peperangan ini.

BRUMMM!!!!

DUAR!!!!

KREKKK!!!!

Ribuan kerikil panas di lemparkannya oleh sekutu, menghanguskan apa saja yang di hinggapinya.
Ribuan panah api segera di luncurkan oleh pasukan Erasmus, para pemimpin pasukan saling bertarung dengan napas tersengal - sengal.

Ketika ribuan kerikil panas itu mulai menipis, Austrin segera memerintahkan pasukannya untuk membasmi mereka dengan panah api yang masih tersisa cukup banyak.  Di susul oleh bom asap yang membutakan mata, menghimpit rongga dada sehingga sulit untuk bernapas.

Putri Bulan[ SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang