16

110 11 2
                                    

Seketika seluruh tubuh Abel menegang, Ia gemetar luar biasa.
Percy merasakan itu dan terlihat senyum tipis di bibirnya, Ia hanya mendekatkan wajahnya untuk menghirup aroma tubuh Abel yang menyeruak di hidungnya.

"Maaf yang mulia, hamba tidak ingin melakukan itu lagi!"
Ucap Abel gemetar, Perlahan Percy menjauhkan wajahnya dan menatap intens retina Abel.

"Kenapa? Apakah Aku menyakitimu, jika iya biarkan Aku mencoba lebih lembut lagi sekarang!"
Ucapnya sangat lembut, Abel merinding seketika.

Ia menelan susah salivanya, dan berusaha menenangkan dirinya.

Meski jika dalam keadaan seperti ini Percy sangat berbeda, Abel tetap takut karena baginya Percy seperti kerasukan roh mesum.

Karena anehnya Percy sangat dingin jika di luar, bahkan Ia bersikap biasa saja seperti tidak pernah melakukan apapun dengan Abel.

Dengan cepat Percy hampir saja melumat bibir Abel yang untungnya Abel segera menutupi mulutnya dengan kedua tangan mungilnya, Percy menunduk dan mendengus lemah.

Hening...
Hanya terdengar desahan nafas Percy yang sepertinya tengah menahan hasratnya, tiba-tiba di saat yang tidak tepat perut Abel meggeram dan terdengar oleh Percy.

Abel benar-benar malu, kenapa perutnya tidak bisa di ajak kerja sama.

Percy mendongakkan wajahnya dan tersenyum tipis menatap Abel, dengan sederetan gigi yang rapi dan bersih Abel menyeringai menampakkan gigi putihnya.

Percy membelai lembut wajah tirus Abel dan segera melumat bibir mungilnya, Abel tidak bisa mencegahnya karena gerakan itu sangat cepat dan Abel tidak tahu bahwa Percy masih bersikukuh menginginkan itu.

Abel hanya membulatkan matanya dan pasrah dengan pagutan itu, namun Abel rasakan ini lebih lembut dari sebelumnya.

Sialnya lagi-lagi Abel menikmati lumatan itu, bahkan tanpa sadar Ia menyentuh dada bidang Percy dengan lembut kemudian mengalungkan lengannya pada leher Percy.

Semua itu terasa menyenangkan, entah berapa lama hal itu terjadi Abel menikmati semua ini dan lagi-lagi membiarkan lidah Percy menyusuri seluruh rongga mulutnya.

Percy semakin memperdalam lumatan itu dan perlahan melepaskannya, Ia menatap permukaan bibir Abel yang basah oleh salivanya.

Percy menyentuh bibir mungil itu dan mengelapnya, Abel menundukkan wajahnya yang merona.

"Rupanya kau menikmati?"
Ucap Percy lembut seraya menyentuh lengan Abel yang masih bergantung di lehernya, Abel segera melepaskan lengannya dan menggaruk tengkuknya.

Abel segera memalingkan wajahnya karena Ia
benar-benar malu, Percy masih menatapnya dengan senyum tipis.

Percy sendiri tidak tahu mengapa Ia sangat bergairah jika dengan Abel, bahkan Ia selalu menahan hasratnya jika di hadapan orang banyak.

Percy mendekatkan wajahnya lagi, namun Abel sedikit menghindar.

"Hamba lapar yang mulia!"
Ucapnya lirih, Abel memang benar-benar lapar karena sejak pagi Ia belum makan sama sekali.
Apalagi kegiatan tadi membuatnya menguras semua isi perutnya, dan Abel tidak bisa berbohong bahwa Ia benar-benar lapar.

Percy sedikit terkekeh kemudian menjauh, Ia berjalan ke arah kursi besarnya dan mengambil pakaian kebesarannya yang tergantung di kursi itu.

Ia memakai kembali pakaian kebesarannya yang berwarna hitam dengan plat ungu dan berpola indah dari emas, kini dada bidangnya tetutup dengan rapi.

"Aku akan memanggil dayang untuk mengantarkan makan, kau tunggu disini!"
Ucapnya lirih lantas keluar dari ruang itu.

Abel menyeka keringat dinginnya, Ia melemaskan dirinya dan duduk bersandar pada tembok di belakangnya.

Putri Bulan[ SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang