18

83 11 0
                                    

Enjoy my story 😊

Setelah selesai, para dayang segera merapikan meja yang masih di penuhi dengan berbagai macam makanan yang belum habis. Abel pun ikut serta merapikan meja tersebut, para dayang memandang kagum dan tersenyum manis pada Abel.
Abel membalas senyuman itu dengan ragu, Ia khawatir senyum mereka memiliki arti tertentu namun setelah Abel lihat dengan baik senyum itu terlihat tulus.

"Kau beruntung sekali!"
Ucap salah satu dayang, Abel tersenyum tulus.
Entah Ia merasa beruntung atau tidak menurut Abel tidak, semua pelayan dan dayang di gaji sedangkan Ia tidak dan Ia pun tidak bisa pulang seperti yang lain.

Abel melangkah dengan nampan berisikan cangkir kosong, para dayang mengikutinya dari belakang.

Ia melihat seorang dayang membawa nampan dan masuk dari pintu luar, Abel mengerutkan keningnya dalam melihat dayang itu yang seharusnya masuk dari pintu samping.

"Bibi dari mana?"
Tanya Abel pada dayang itu, dayang itu tersenyum dan melangkah mendekati Abel.

"Aku dari paviliun barat, kau tahu? Sepertinya kaisar akan memiliki permaisuri!"
Ucapnya dengan tersenyum renyah, Abel sedikit terkejut dan hampir saja menjatuhkan nampan yang Ia genggam.

"Maksud bibi?"
Tanya Abel, dayang yang terlihat lebih dewasa itu hanya tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya.

*

"Salam yang mulia!"
Ucap Arnold, Gad dan Moses bebarengan.
Ketiganya berlutut hormat di hadapan Percy yang tengah duduk berwibawa di atas singgasana megahnya, Percy segera menyuruh ketiganya berdiri dan menanyakan urusan mengenai Mole.

"Bagaimana?"
Tanya Percy dingin dan dalam

Arnold tersenyum merekah, Ia menoleh kearah Gad yang hanya menaiki sebelah alisnya saat Arnold meliriknya.

"Dia berada di paviliun barat yang mulia!"
Ucap Arnold sopan

"Antarkan Aku!"
Percy berdiri dengan tegap, Ia melangkahkan kaki menuruni anak tangga satu demi satu.
Dengan langkah pasti, Sesekali Percy menyingkapkan jubahnya yang besar menghalangi langkahnya.

Para prajurit segera membungkuk saat Percy melewat, begitupun para dayang dan menteri lainnya yang tengah sibuk dengan pekerjaannya
masing-masing.

Sesampainya di paviliun, Arnold segera menuntun Percy menuju kamar yang di tempati oleh Mole dan Clarry.

Disana terdapat dua dayang penjaga dan segera menunduk hormat saat Percy mendekat, dayang itu membuka perlahan pegangan kunci yang terbuat dari perak itu sehingga pintu yang tertutup kini terlihat terbuka.

Percy melangkahkan kakinya perlahan, Ia melihat seorang gadis kecil yang tengah tertidur di balik balutan selimut hangat.

Ia mengedarkan pandangan yang tidak sama sekali menangkap sosok gadis dewasa, lagi-lagi Percy menggeram dan mengeratkan rahangnya.

"Dimana dia?"
Tanya Percy dingin, Arnold dan dua prajutit lain segera berlari memasuki kamar dan di susul oleh dua dayang yang tengah menjaga pintu tadi.

"Aku disini!"
Ucap Mole muncul dari balik pintu, ternyata tubuhnya tergencet oleh pintu yang dayang tadi buka kan.

Percy menatap Mole tanpa ekspresi namun penuh penyelidikan, begitupun dengan Mole yang menatap Percy terkejut.

Percy mengangkat tangannya ke udara untuk mengisyaratkan agar semuanya meninggalkan mereka berdua, para prajurit dan dayang segera membungkuk hormat dan keluar dengan tertib melewati pintu itu dan di tutupnya rapat.

Arnold mendekatkan telinganya sehingga menempel pada daun pintu itu, namun Gad segera menarik bajunya hingga Arnold tersungkur dan mencium lantai yang dingin.

Putri Bulan[ SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang