04

112 25 2
                                    

Hanya sedikit informasi, ini masih Flash back yaa..
Happy reading!

5 Tahun kemudian....

Remang-remang Cellia mengintip dari balik jendela dengan sedikit membuka gordennya, ia melihat sosok laki-laki memakai pakaian serba putih lengkap dengan udeng yang juga berwarna putih. Wajahnya tidak terlalu jelas karena keadaan diluar masih sangat gelap, namun samar-samar Cellia sedikit mengenali wajah yang mirip sekali dengan tabib yang membantu persalinannya dulu.
Meski sebelumnya tabib itu berusaha membunuh bayinya, namun karena mendapat hidayah syukurlah dia tidak jadi membunuh bayi itu dan menyarankan untuk di bawa pergi dan ia pula yang membantu Cellia keluar dari kamar persalinan.

Di hadapan tabib itu tampak seseorang berpakaian prajurit yang ditutupi sebagian wajahnya agar tidak diketahui identitasnya,
Keduanya terlihat saling berbicara serius namun ada raut panik dan ketakutan yang tampakkan dari tabib itu.

Cellia berjalan perlahan keluar dan mendengarkan perbincangan keduanya, tiba-tiba dengan seringai tajam prajurit itu menghunuskan pedangnya pada tabib itu.

SREKK!!

Cellia segera berlari dan menutupi tubuh tabib itu dengan tubuhnya, alhasil pedang itu berhasil menancap tepat di punggung
Cellia dan menembus ke uluh hatinya seketika mulut Cellia mengeluarkan darah kental dan pekat kemudian ambruk ke lantai.
Tabib itu terperanga melihat keadaan Cellia, begitupun dengan prajurit itu yang kini terlihat syok dan panik.

"Putri!"
Ucap tabib itu lirih, saat tabib itu berusaha memukul prajurit dihadapannya dengan cepat prajurit itu mencengkal lengan tabib yang berusaha memukulnya.

SREKK!!

Prajurit itu kembali menghunuskan sebuah belati tepat di kerongkongam tabib itu, seketika darah memuncrat dan sedikit mengenai wajah prajurit itu karena jaraknya cukup dekat.

"Memang kau yang seharusnya mati!"
Ucap prajurit itu dingin dan segera pergi meninggalkan tubuh keduanya yang kini sudah tak bernyawa, Ia membiarkan darah itu menggenang dan mengkotori lantai.

Langit menampakkan semburat jingga yang pekat dari ufuk timur, saat itu pula semua pelayan dan prajurit syok dan panik melihat keadaan Putri Aracellia dan seorang tabib terkulai lemah tak bernyawa.

Sebagian prajurit segera melapor kepada Alexa, dan sebagian lagi kepada Austrin.

Semalam Austrin memang tidak tidur dikamar menemani Cellia melainkan di ruang kerjanya, ia harus memeriksa setiap laporan perdagangan dan
surat-surat kerajaan yang membuatnya harus bermalam di ruang kerjanya yang dingin itu.

Saat Austrin menerima laporan mengenai berita kematiannya Cellia, ia segera menghentikan aktifitasnya dan terperanga menatap tak percaya pada apa yang diberitakan nya.

Austrin menghela napas panjang dan berusaha tenang, namun tanpa disadari pipinya memanas dan matanya memerah serta bening-bening kristal memenuhi pelupuknya.
Ia melangkah dengan cepat dan tegap menuju lokasi kejadian.
Tubuh Austrin terkulai melihat pemandangan di hadapannya, seluruh otot dan syarafnya bagaikan lepas dari anggota tubuh. Lututnya pun sudah tidak mampu menopang tubuhnya hingga Austrin tersungkur diantara darah yang menggenang, Ia memeluk erat jasad istri tercintanya yaitu Cellia yang tengah terpejam untuk selamanya

"Maafkan Aku yang tidak bisa menjagamu dengan baik, maafkan Aku!"
Ucap Austrin lirih di sela tangisnya, Ia mengecup puncak kepala Cellia yang kini telah menjadi jasad.

Mendengar berita itu Alexa segera memerintahkan para prajurit dan pelayan untuk memberesi mayat tabib itu, dengan segera semuanya memerintahkan tugas yang sudah di perintahkan.

Putri Bulan[ SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang