Epilogue (B)

6K 399 45
                                    


Ravi menghentikan mobilnya didepan rumah sakit jiwa, seperti yang Hongbin inginkan.

"Terimakasih."ucap Hongbin sebelum benar-benar turun dari mobil.

"Aku akan menunggumu disini."

"Baiklah, lagipula aku hanya sebentar."

Hongbin menenteng mapnya seolah-olah benda berbahan kertas itu hidup dan matinya. Ravi hanya menatap miris punggung sahabatnya tersebut.

Ketika Hongbin menyusuri lorong rumah sakit jiwa, beberapa pegawai yang mengenalnya kontan membungkuk, menyapa dan tersenyum ramah.

Hongbin membalas secukupnya. Langkah kakinya semakin ringan dan cepat saat mata bulatnya menangkap sebuah ruangan dengan pintu berukiran 2007 -- VVIP.

Hongbin berdiri didepan pintu tersebut, ada celah berbentuk persegi panjang yang membuatnya bisa melihat sesosok gadis berpiyama sutra yang duduk diatas ranjang.

Di ranjang berbahan besi itu tergantung sebuah papan bertuliskan 'Choi Hyejeong'.

Ya, Choi Hyejeong belum meninggal.

7 tahun yang lalu, Hongbin berhasil mengeluarkannya dari dasar air sungai yang dalam.

Saat itu Hyejeong tidak sadarkan diri, tidak bernafas. Hongbin membawanya kerumah sakit.

Dokter bilang, sistem pernafasan Hyejeong bermasalah. Paru-parunya mengalami sedikit sobekan, kepalanya juga terbentur cukup keras. Dengan keadaan separah itu, Dokter sudah pesimis bisa menyelamatkan nyawa Hyejeong.

Hongbin juga pesimis. Oleh karena itu ia tidak ragu membusungkan dada dan menerima peluru yang hendak menghujam tubuh tua sang ayah. Selain rasa sayangnya pada sang ayah, Hongbin juga merasa tidak akan sanggup hidup tanpa orang yang ia cintai.

Nyatanya takdir berkata lain..

Ia dibangunkan dari ranjang rumah sakit setelah koma hampir 2 bulan lebih lamanya. Tidak hanya itu, Ia juga diberi keajaiban.

Keajaiban jika Hyejeong juga masih hidup. Operasinya berhasil meski tidak dengan hasil sempurna.

Benturan dikepala ternyata berimbas pada sistem sensitif di otak hyejeong. Ia harus tinggal di rumah sakit jiwa.

Hongbin berkali-kali menyampaikan keinginannya untuk membawa Hyejeong pulang kerumah tapi Hyejeong sendiri tidak mau pergi dari rumah sakit jiwa. Gadis itu menjadi sosok yang dingin, tak pernah bicara barang sekali.

Meski dokter tidak berani mepresentase-kan kesembuhan total Hyejeong, tapi Hongbin masih terus berharap keajaiban mengelilingi hidupnya.

Hyejeong pasti akan sembuh suatu hari nanti, kalimat ini seperti prinsip hidup Hongbin.

Klek~

Pintu nomor 2007 -- VVIP itu terbuka perlahan ketika tangan Hongbin memutar kenopnya sedikit demi sedikit.

Hongbin membawa langkahnya masuk kedalam ruang bernuansa biru langit yang menenangkan tersebut. Ia menarik sebuah kursi lalu duduk menghadap Hyejeong yang masih terdiam seolah tak menyadari kehadirannya. Selalu seperti itu.

"Selamat pagi tuan putri, aku kemari terlalu pagi jadi aku tidak membawa bunga. Maaf"

Bunga diatas nakas memang sudah waktunya diganti meskipun Hongbin selalu menggantinya setiap hari.

Hyejeong memainkan rambutnya yang agak berantakan.

"Kau ingin aku mengikat rambutmu lagi?"

BAD ROMANCE [NC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang