Zaa sudah bersiap untuk bermain seharian dirumah kekasihnya karena hari ini hari libur sekolah.
Sudah jadi rutinitas mereka setiap hari bertemu meski hari libur.
"bund ayah sama de Vea kemana?" tanya Zaa yang sedang menuruni anak tangga melihat bunda Dewi sendirian duduk diruang tv.
"ayah ke kantor, ada meeting dadakan kalo Vea katanya mau ke toko buku" jelas bunda Dewi.
"de Vea sama siapa bund?" tanya Zaa lagi lalu duduk disamping bundanya.
"sendiri" Zaa ber-oh-bibirnya.
"bund kaka mau tanya bund"
"apa?"
"gadis pemilik Mili udah datang bund, dia ternyata sahabatnya Zeefa bund"
"lalu?"
"kaka nggak salahkan bund memilih Zeefa buat jadi pendamping hidup kaka walaupun pemilik Mili udah datang? kaka kan pernah janji buat nungguin dia bund tapi udah 10 tahun lebih bund, kaka juga gamungkin terikat masa lalu yang nggak jelas apalagi Zeefa udah ngisi hari kaka" ucap Zaa dengan wajah sedih, entah dia mensedihkan perasaan Zeefa atau Rina.
"kalo kamu memilh Zeefa bukan buat pelampiasan kekosongan kamu, kamu nggak salah ka, lagian kamu cuma janji buat nungguin kan? bukan buat jadiin dia pacar?"
"iya bund, kaka cuma janji nungguin dan jagain Mili sampe Rina datang tapi nggak ada difikiran kaka buat jadiin dia pacar walaupun sampe kaka nggak bisa nerima gadis manapun sebelum Zeefa hadir, bukan berarti kaka mau dia jadi pacar kaka"
"nah yaudah, sekarang fokus belajar dan jagain perasaan Zeefa, bunda setuju aja kamu sama Zeefa karna itu pilihan kamu dan Zeefa memang anak yang baik" bunda mengelus kepala anak sulungnya dengan kasih sayang yang tulus.
"pasti bund, makasih ya bundaku sayang" Zaa memeluk dan mencium pipi bundanya "kaka kerumah Zeefa dulu ya bund, Assalamuallaikum" Zaa mencium punggung tangan bundanya.
"Waalaikumsalam"
***
"Assalamuallaikum" Zaa memasuki rumah Zee tanpa harus menunggu dibuka pintunya karena keluarganya sudah menganggap Zaa sebagai anggota keluarga.
"Waalaikumsalam, eh Fahrezaa" jawab mamah Hila, Zaa mencium tangan mamah Hila.
"Zee dimana mah?" tanya Zaa.
Zaa dan Zee memang sudah sangat dekat dengan kedua orang tua masing-masing sehingga mereka memanggil sebutan kedua orang tuanya seperti orang tua sendiri.
"ada dikamar Zaa, kamu kekamarnya aja tapi nanti jam 12 turun yaa buat makan siang, mamah udah buatin makanan kesukaan kalian"
"oke mah" setelah itu Zaa berlalu menaiki tangga menuju ke kamar Zee.
Zaa membuka pintu kamar Zee, terlihat Zee yang sedang bermain game di laptopnya membelakangi Zaa.
"ehhem, fokus banget mainin gamenya sampe nggak denger pintu aku buka" Zaa mengalungkan tangannya dileher Zee membuat Zee kaget, Zee memukul tangan Zaa.
"ih kamu bikin kaget aja, maaf my king, abisnya kesel nggak menang-menang" Zee cemberut, Zaa mengacak-acak rambut Zee lalu duduk dipinggir tempat tidur Zee.
"kamu udah menang sayang"
Zee mengangkat kedua alisnya menatap Zaa tidak mengerti.
"menang ngedapetin hati dan hidup aku" Zaa menaik turunkan alisnya tersenyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Save In Heart || ✔
Teen FictionAMAZING COVER BY Ginapascabela [COMPLETED] kalau aku maunya kamu yang ngisi sebagian hati ini, turuti saja dan isilah hati ini, aku akan jaga -Zaa #424-TeenFic [10/3/2018]